Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Jumat, 12 Agustus 2016

Pajak Hotel di Banyumas Selalu Lebih Target



Radar Banyumas 
Pertumbuhan hotel dan restauran di Banyumas berimbas pada realisasi pajak hotel di Kabupaten Banyumas. Pendapatan dari pajak hotel dan restauran selalu mencapai target. Bahkan melebihi target pajak selama setahun. Namun Pemkab Banyumas ternyata belum berani menaikan target pajak di sektor hotel. Alasanya, pajak hotel sangat bergantung pada potensi daerah, yang memiliki beberapa faktor pertimbangan. Ilustrasi Kasi Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Banyumas, R Soesanto SE menjelaskan, untuk target pajak hotel selama dua tahun terakhir masih tidak ada perubahan yaitu, Rp 5,5 miliar. Berdasarkan data, tahun 2015 lalu, realisasi pajak hotel di Banyumas bahkan melebihi target yaitu mencapai Rp 6,025 miliar dari target Rp 5,5 miliar. Sedangkan untuk realisasi tahun 2016 ini, khususnya sampai Juni lalu, sudah mencapai 63,60 persen atau senilai Rp 3,5 miliar dari target selama setahun. “Kita tidak bisa menaikkan target pajak hotel semau kita, karena hotel merupakan investasi besar yang membutuhkan waktu. Bahkan dari mulai pembangunan sampai operasional membutuhkan waktu sekitar 2 tahun,” jelasnya. Dia menjelaskan, target pajak hotel sangat bergantung pada potensi di masing-masing daerah. Menurutnya, untuk menaikkan target pajak, khususnya di sektor hotel sebenarnya bisa saja dilakukan dengan mempertimbangan beberapa faktor seperti tingkat hunian, jumlah hotel, hingga tarif. “Tingkat hunian sangat berpengaruh, sehingga untuk menentukkan target perlu juga dipertimbangan potensi huniannya. Belum lagi jumlah hotel dan tarif di masing-masing hotel, karena berkaitan dengan daya saing bisnis hotel ke depan,” jelasnya. Tidak hanya itu, menurut Santo, bisnis hotel juga sangat bergantung pada musim, seperti musim pendaftaran perguruan tinggi dan liburan. Sehingga pemkab juga tidak serta merta bisa mengajukan kenaikkan target pajak hotel. “Namun demikian, untuk tahun ini kita masih optimis masih dapat mencapai target pajak hotel sebesar Rp 5,5 miliar pada akhir tahun nanti. Namun untuk target bisa saja berubah di anggaran perubahan nanti, didasarkan pada laporan realisasi hingga pertengahan tahun nanti,” jelasnya. Diakui, sampai saat ini untuk pengawasan terhadap operasional hotel di Banyumas memang masih sangat sulit. Pasalnya, pengenaan pajak bisnis hotel merupakan jenis pajak self assesment, dimana masing-masing hotel menghitung sendiri pajak yang harus dibayarkan. “Tidak seperti pajak reklame misalnya, para pemasang reklame tidak bisa menentukan pajaknya sendiri, sehingga ditentukan dari kita,” tegasnya. Namun demikian, terkait pengawasan tersebut, nantinya akan diupayakan pembentukan cash register online. Hal itu diharapkan dapat lebih mempermudah pengawasan, karena nantinya transaksi yang dilakukan akan langsung teregister dengan DPPKAD. (bay/acd)
Sumber: http://radarbanyumas.co.id/pajak-hot...-lebih-target/


Bisnis Hotel Kian Memikat, Hotel Non Bintang di Banyumas Menjamur 
Beberapa tahun terakhir ini, sebagai warga di Purwokerto khususnya disuguhkan perkembangan yang luar biasa. Bermunculan hotel-hotel baru hampir di penjuru kota. Mulai dari sekitar komplek Gor Satria, Jalan Gerilya, hingga daerah pinggiran seperti Jalan Soeparjo Rustam Sokaraja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Banyumas tahun 2014 saja, jumlah Hotel di Banyumas sudah mencapai 182 unit yang 11 unit diantaranya merupakan hotel bintang. Selebihnya 171 unit hotel masih hotel non bintang. Data tersebut meningkat dari tahun sebelumnya, yakni 179 hotel dengan ketentuan, 11 hotel bintang dan 168 hotel non bintang. TUMBUH: Kota Purwokerto kian tumbuh, membuat bisnis jasa seperti perhotelan meningkat Kabid Pariwisata Dinporabudpar Banyamas, Deskart S. Djatmiko mengatakan, Banyumas menurutnya wilayah yang cukup strategis. Purwokerto dekat dengan pusat bisnis yang ada di Jawa Tengah bagian Selatan-Barat. “Kalau orang memikirkan bisnis, pasti akan memperhitungkan biaya transportasi. Diketahui banyak bisnis yang berkembang tidak hanya di Banyumas, tetapi Banjar (Banjarnegara.red), Purbalingga dan Cilacap. Kalau dia nginepnya di Banjar, ketika mau ke Cilacap maka lebih jauh dan mahal, begitu sebaliknya. Tapi ketika kita menginap di Purwokerto, mau ke mana saja lebih mudah dan dekat. Itulah alasan mengapa banyak investor hotel ke Banyumas,” kata dia saat ditemui di ruangannya, Rabu (10/8). Selain itu fasilitas pendukung di Banyumas, khususnya Purwokerto juga dinilai komplit, seperti adanya universitas, rumah sakit, dan transportasi pendukung seperti terminal dan stasiun yang baik. Menurutnya, di Banyumas atau Purwokerto memiliki faktor 5A, yakni aksestabilitas, tidak semua kabupaten di Eks Karesidenan Banyumas, termasuk Kebumen yang sudah punya taxi. Tidak semua kabupaten punya akomodasi yang mendukung, seperti tempat hiburan dan restoran. Selain itu, pendukung wisata di Purwokerto dinilai lebih komplit. Seperti atraksi wisata, aktivitas wisata, serta akomodasinya lengkap meliputi tempat makan, minum dan menginap dan yang terakhir amenitas atau faktor pendukung sebagai sarana pelengkap untuk orang melakukan perjalanan. Contoh seperti rumah sakit yang memadai, perbankan dan jumlah ATM yang cukup banyak. “Banyaknya universitas juga faktor pendukung, karena orang datang ke suatu daerah tidak hanya untuk bisnis, juga untuk untuk akademis, pariwisata dan lainnya. Nah itu kenapa alasan Purwokerto lebih ramai dan menjadi sasaran untuk investasi hotel, daripada tempat-tempat lain. Selain juga karena tempatnya yang kondusif,” ungkapnya. Sebelumnya Sekretaris Perhimpunan Hotel Republik Indonesia (PHRI) Banyumas, Is Heru Permana menyoroti banyaknya hotel-hotel non bintang di Purwokerto. “Seperti di sekitar GOR Satria, jalan Perintis Kemerdekaan. Sedangkan untuk hotel di luar Purwokerto seperti di Sokaraja juga di Tanjung,” ujarnya. Menurut Is Heru, pertumbuhan hotel non bintang lebih mengena ke semua lapisan masyarakat. Dengan harga yang cenderung lebih murah, hotel ini banyak menjadi pilihan. Minat masyarakat yang cukup tinggi ini menjadi faktor tingginya pertumbuhan hotel non bintang. Is Heru memprediksi, pertumbuhan hotel di Banyumas akan terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatkan perekonomian di Banyumas. Tumbuhnya perguruan tinggi di Banyumas juga menjadi salah satu faktor meningkatnya pertumbuhan hotel. “Investor pasti akan melirik Banyumas, karena saat wisuda hotel-hotel di Banyumas dipastikan penuh. Perkembangan PT, dimana mahasiswa semakin banyak juga menjadi salah satu pertimbangan investor untuk berinvestasi di Banyumas,” tutupnya.
Sumber: http://radarbanyumas.co.id/bisnis-ho...umas-menjamur/
__________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...