Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Rabu, 28 Februari 2018

Pencemaran Peternakan Karang kemojing, Dijadikan Sentra Pupuk Organik Kenapa Tidak

Asalamualaikum warga Banyumas saya warga karang kemojing kec Gumelar kab Banyumas sedang resah karena lingkungan di sekitar desa saya sedang mengalami dampak dari limbah industri peternakan ayam dampak yang sangat buruk adalah bau yang sangat menyengat serta ribuan lalat yang menyerang di setiap rumah warga semua itu di karenakan begitu dekat nya peternakan dari rumah warga yang hanya berjarak kurang lebih300 meter tolong bagi aparat ataupun dinas yang terkait mohon tindakan nya karena ini sudah sangat meresahkan warga terimakasih atas tanggapan nya ( Postingan sdr Tugi Iman dalam sebuah wall FB di medsos.

Pencemaran akibat peternakan dirasakan warga sebagai masalh yang cukup besar karena sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Bau yang tidak sedap, lingkungan yang tidak higenis bisa menjadi sumber penyakit. Namun, sebelum membahas solusi mari kita analisis apa saja yang terjadi.
1. Peternakan telah membuka peluang usaha  dalam hal ini berperan menggerakkan sektor ekonomi tambahan masyarakat petani
2. Ada berapa buah peternakan, sehingga dianggap meresahkan masyarakat terkait pencemaran lingkungan? Saya menebak, jumlahnya atau skala usahanya cukup besar. 
3. Potensi kotoran hewan yang besar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pukuk kandang , pupuk organik yang ramah lingkungan serta dianjurkan berbagai pakar lingkungan.
4. Hasil pertanian dengan pupuk organik nilai jualnya sangat tinggi.

Dari empat point di atas apa saja yang bisa dijadikan solusi ? Pertama terkait peran sebegai penggerak ekonomi, Setiap usaha skala besar pasti ada yang namanya program CSR, jika memnag belum, karen aini hanya peternakan kelas desa, maka bisa difasilitasi , sebagai salah satu solusi tahap pertama. Mengapa ini penting, karena dengan skema CSR, alias uang kompensasi dari pengusaha terhadap masyarakat yang lingkungannya terdampak pencemaran , setidaknya dana itu bisa digunakan untuk membuat program yang lebih besar yaitu bagaimana menciptakan industri , yaitu menjadikan daerah itu sebagai sentra pupuk organik yang dikelola bersama warga, maka dipastikan masalah pencemaran akan teratasi. Selain itu, pihak Desa harus memfasilitasi adanya pelatihan, bisa dengan mendatangkan ahli dari Dinas Peternakan, Dinas Pertanian atau Instansi lain yang berkepentingan seperti perguruan Tinggi, Dengan pelatihan ini diharapkan masyarakat bisa mengolah atau membuat pupuk yang baik, bagaimana manajemen penjualannya dan sebagainya.

Banyak referensi untuh contoh yang sudah menerapkan, Bagiama Desa Kalisari di Cilongok mengolah limbah tahu sebagai bio energi, atau bio gas, lalu bagaimana urin sapi bis adimanfaatkan untuk pupuk di sebuah desa dna sebagainya. Jadi mari jadikan masalah ini menjadi potensi yang mendukung pembangunan desa untuk membangun kesejahteraannya.  

Selasa, 27 Februari 2018

Desa Wisata Lingkar Slamet Dijadikan Satu Paket

image
Desa wisata di kawasan lingkar Gunung Slamet seharusnya dijadikan satu paket wisata. Di kawasan ini terdapat sejumlah desa yang mulai mengembangkan sektor tersebut.
Kepala Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas, Mansur mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan sejumlah destinasi, di antaranya Bukit Gadog, Bumi Perkemahan Pondok Rau, dan Curug Dadap.
Objek wisata tersebut sudah dikenal di kalangan pegiat media sosial. ”Beberapa objek juga mulai dikembangkan lagi seperti Curug Dadap.
Kami mempromosikannya melalui media sosial untuk menarik pengunjung,” ujarnya, kemarin. Selain menawarkan destinasi wisata alam, pegiat desa wisata juga membuat paket wisata kuliner seperti Sega Lemeng dan Kopi Robusta Sunyalangu.
Makanan khas ini disuguhkan apabila ada wisatawan yang berkunjung dengan durasi lebih lama atau menginap. Desa Sunyalangu tak hanya mengandalkan wisata alam. Kelompok-kelompok pegiat desa wisata juga membuat paket-paket jelajah alam.
Sementara itu, Pegiat Aliansi Pariwisata Banyumas, Tri Agus Triyono mengatakan, potensi wisata di lingkar Gunung Slamet meliputi lima wilayah kecamatan, yakni Baturraden, Kedungbanteng, Karanglewas, Cilongok hingga Pekuncen.
Sejatinya, kawasan ini bisa dijadikan satu paket wisata yang terintegrasi. ”Dua tahun lalu pelaku wisata sudah meluncurkan paket wisata Kidul Gunung. Tapi gaungnya kurang terdengar,” ujarnya.
Tri menuturkan, paket tersebut dijual seharga Rp 500 ribu. Wisatawan diajak menjelajah selatan Gunung Slamet dengan mengendarai jeep.
sumber Suara Merdeka

Senin, 26 Februari 2018

Meluasnya Peran Purwokerto, Dari Kota Jasa Ke Industri


General Manager Sales & Marketing PT Tatalogam Lestari Tina Handayani Swatanto, CFO Wulani Wihardjono, CEO Yarryanto Rismono Koeswandi, GM Market Development Harsono Mintono saat jumpa pers, di Jakarta, Selasa (20/2/2018).

Purwokerto memang awalnya bukanlah kota industri, tapi perkembangan kota ini bermula dari LIngkunganPerguruan Tinggi yaitu Unsoed, berkembang menjadi koat Jasa terutama bidang pendidikan. Perkembangannya karena semakin banyaknya mahasiswa dari luar daerah turut menggenjot perekonomian, maka bermunculanlah perguruan tinggi lain, dan sektor usaha lain seperti penginapan, kos-kosan dan kuliner serta perdagangan. 

Selama 10 tahun terakhir, di dukung denganpembangunan infrastruktur maka pertumbuhan kota semakin dinamis meski bukan berstatus sebagai kota melainkan ibukota kabupaten. Tentu saja apa yang kita lihat sekarang tentu berbeda dengan Purwokerto pada saat awal reformasi atau periode sebelumnya meskipun dibanding 3 kabupaten tetangga eks kaersiden Banyumas tetap paling menonjol mengingat ada beberapa infrastruktur yang tak dimiliki semua daerah seperti Stasiun Daop V, Bakorwil, Korem atau RRI. Tapi perkembangan paling pesat dirasakan dalam 10 tahun ini. Dan pafa masa sebelumnya Purwokerto lebih dikenal sebagai kota pensiunan.

Saat ini Purwokerto juga berkembang ke sektor industri meski bukan bertsatus sebagai kawasan industri atau kota yang fokus mengembangan industri sebagaimana kabupaten tetangganya seperti Cilacap atau Purbalingga. Namun Purwokerto menarik investor untuk masuk , seperti pabrik rambut meski berskala kecil, dan beberapa pabrik di daerah penyangga seperti Semen Bima di Ajibarang, serta Holcim batching plant Purwokerto di Patikraja. Dan sekarang PT Tatalogam rencana akan masuk bisa jadi mengincara daerah penyangga Purwokerto meskipun secara Tata Ruang tak dirancang menjadi kota industri, namun peran Purwokerto yang semakin vital dalam pertumbuhan ekonomi wilayah dan kawasan , dirasa semakin penting sebagai basis untuk melebarkan sayap bagi investor. 

Dirilis dari Kompas, Pengembangan bisnis PT Tatalogam Lestari di bidang produksi genteng metal dan atap baja ringan terus berlanjut. Tahun ini, Tatalogam berencana untuk ekspansi pabrik di dua kota, yaitu di Purwokerto dan Kudus, Jawa Tengah. "Tahun lalu kapasitas pabrik 100.000 ton. Tahun ini kita perbesar 15-20 persen," ujar Chief Financial Officer (CFO) Wulani Wihardjono saat jumpa pers di Tatalogam Tower, Jakarta, Selasa (20/2/2018). Baca juga : Tatalogam Genjot Produksi Genteng dan Rumah Metal Instan Penambahan kapasitas pabrik ini, kata Lani, adalah dengan memindahkan mesin ke dua kota tersebut. Nantinya, kedua pabrik ini akan memproduksi galvanis dan galvalum. Selain itu, Tatalogam juga berencana untuk berekspansi ke Jawa Timur untuk menjangkau Indonesia bagian timur. Saat ini, Tatalogam memiliki 5 pabrik dengan 4 pabrik di Cikarang dan 1 di Cibitung. "Kita juga punya pabrik yang kecil-kecil, ada di 22 lokasi. Dengan 2 pabrik baru itu, menjadi 24 lokasi," jelas Lani. Adapun pasar terbesar Tatalogam adalah di Kalimantan sebesar 35 persen. Setelah Kalimantan, Tatalogam juga memiliki pasar yang besar di Sumatera. Beberapa produk andalan Tatalogam yaitu, Multi Roof, Sakura Roof, dan Surya Roof untuk genteng metal. Selanjutnya, Tatalogam juga memproduksi rangka atap baja ringan dengan merk Taso. Kemudian, produk lain yang dikeluarkan Tatalogam adalah Purlin berupa rangka metal galvanis, Sakura DX berupa pelat baja untuk untuk cor lantai, dan Praktis berupa kolom metal instan. 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tatalogam Tambah 2 Pabrik Baru di Kudus dan Purwokerto", http://properti.kompas.com/read/2018/02/20/190000921/tatalogam-tambah-2-pabrik-baru-di-kudus-dan-purwokerto
Penulis : Arimbi Ramadhiani
Editor : Hilda B Alexander


Rabu, 21 Februari 2018

8 Buaya Dititipkan di Dawuhan Kulon


KEDUNBANTENG, SATELITPOST-Setelah mendapatkan delapan ekor buaya dari penyerahan masyarakat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, menitipkan delapan ekor buaya itu ke penangkaran buatan di Desa Dawuhan Kulon, Kecamatan Kedungbanteng, Kamis (15/2).
Enam ekor dari Yogyakarta, karena di sana belum ada penangkaran kemudian diserahkan ke BKSDA Jawa Tengah. Kemudian BKSDA menitipkan buaya di sini (penangkaran Desa Dawuhan Kulon, red). Ini hasil penyerahan dari masyarakat, enam dari Yogyakarta dua ekor dari Kendal, totalnya jadi delapan ekor
Suharman
Kepala BKSDA Jawa Tengah
“Enam ekor dari Yogyakarta, karena di sana belum ada penangkaran kemudian diserahkan ke BKSDA Jawa Tengah. Kemudian BKSDA menitipkan buaya di sini (penangkaran Desa Dawuhan Kulon, red). Ini hasil penyerahan dari masyarakat, enam dari Yogyakarta dua ekor dari Kendal, totalnya jadi delapan ekor,” kata Kepala BKSDA Jawa Tengah, Suharman di lokasi penangkaran.
Dua ekor buaya yang berasal dari Kendal ini berumur dari 16 dan 19 tahun.  Sebanyak delapan buaya itu berjenis buaya muara yang dalam bahasa latinnya Crocodylus porosus dan buaya senyulong dalam bahasa latinnya Tomistoma schlegelii.
Untuk ukurannya kedelapan buaya tersebut berfariasi. Ada yang ukurannya mencapai tiga meter dengan berat 200 kilogram, di mana buaya dengan ukuran itu ada dua ekor yang buaya muara.
Sementara itu menurut keterangan pemilik penangkaran buaya di Desa Dawuhan Kulon, Fatah Ahmad Suyanto, hingga saat ini di penangkarannya ada buaya sebanyak 20 ekor. Dari 20 ekor tersebut beberapa ekor miliknya dan yang lainnya merupakan titipan dari BKSDA.
“Terkait buaya titipan ini, saya akan memeliharanya dengan baik. Karena pada dasarnya saya memang senang memelihara satwa jenis reptile seperti buaya,” kata dia. Sumber (shandi@satelitpost.com)

Rencana Pembangunan Jembatan Serayu Pegalongan - Papringan

Pembangunan Jembatan Baru Tunggu Keputusan Pusat

Niat Pemerintah Kabupaten Banyumas membangun jembatan baru di Desa Pegalongan melintasi Sungai Serayu, masih bergantung keputusan pemerintah pusat. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas Irawadi mengatakan, terkait dengan niat tersebut, Pemkab Banyumas telah menjalin komunikasi dengan pemerintah pusat. Untuk saat ini, lanjut dia pihak Pemkab Banyumas masih menunggu jawaban dari pemerintah pusat.
”Sudah dikomunikasikan, Direktur Jembatan (Kementerian PUPR) pernah mengatakan mengenai kemungkinan bantuan ini (pembangunan jembatan),” tuturnya, S elasa (20/2). Namun demikian, lanjut Irawadi, apakah nantinya bantuan yang diberikan akan seperti bantuan di duplikat Jembatan Merah, atau berupa gelagar. Ia mengatakan, terkait dengan hal itu, pihaknya masih menunggu kepastian bantuan yang nantinya akan diberikan.
Sementara itu, seperti diberitakan sebelumnya, pembangunan jembatan baru yang direncanakan dibangun di Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja, melintasi Sungai Serayu, diupayakan bisa dimulai pembangunannya pada 2018. Irawadi mengatakan, jembatan baru tersebut akan membuka akses ke Desa Papringan Kecamatan Banyumas, juga ke Kecamatan Kebasen dari Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja. ”Bupati sudah ke kementerian (membahas rencana pembangunan jembatan baru di Desa Pegalongan), jika bisa (pembangunan) ya di 2018, diupayakan,” tuturnya, baru-baru ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, menurut Irawadi , Bupati Banyumas Achmad Husein berencana membangun jembatan baru melintasi Sungai Serayu di Desa Pegalongan. Jembatan itu menurut rencana dibangun untuk membuka akses Desa Pegalongan, dan Desa Papringan. ”Selain membuka akses ke Papringan dan ke Kebasen, juga bisa menjadi alternatif menuju Kebasen, selain lewat Simpang Patikraja, yang saat ini telah ada,” ucapnya.
sumber Suara Merdeka

Selasa, 20 Februari 2018

Mal Pelayanan Publik Banyumas

Pemerintah Kabupaten Banyumas segera memiliki Mal Pelayanan Publik (MPP). Mal ini nantinya menjadi tempat pelayanan terpadu di mana semua pengurusan dokumen dilakukan di satu tempat tersebut. Mal ini akan ditempatkan di Gedung Pujasera Mal Pelayanan Terpadu Jl Dr Angka Purwokerto.
Bupati Banyumas, Achmad Husein saat meninjau Gedung Pujasera MPP, Jumat (9/2) mengatakan, bahwa Pemkab harus segera merealisasi MPP ini karena Banyumas menjadi satu-satunya daerah yang dipercaya menjadi pilot project di Jawa Tengah dan di Indonesia ada 14 daerah.
“MPP merupakan kebanggan Banyumas, karena ditunjuk oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatus Negera dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) menjadi percontohan. Apabila ini terlaksanana akan menjadi sejarah bagi Banyumas, karena warga tidak perlu ke berbagai instansi untuk mengurus satu keperluan, semuanya cukup di sini. Kita semua berharap dan mengupayakan, mengurus dokumen di pemerintahan bukan lagi sesuatu yang membosankan, tapi ditempat yang menyanenangkan, karena ditempat ini nantinya dilengkapi dengan Pujasera dan parkir yang cukup luas,” kata Bupati.
Kepala Bagian Organisasi Titik Puji Astuti mengatakan bahwa akhir tahun 2018 MPP harus sudah terealisasi. Saat ini, sambung Titik, pihaknya menjalin komunikasi dengan berbagai instansi vertikal untuk bekerja sama dan melakukan proses integrasi sistem pelayanan.
“Kalau untuk pelayanan perijinan pemerintah daerah pasti sudah langsung masuk kesini, seperti 41 pelayanan perijinan dan 3 jenis non perijinan di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Perijinan Satu Pintu (DPMPPTSP), 6 jenis perizinan dan 5 jenis non perizinan yang berada di Kecamatan, 4 pelayanan di Dinkes, pelayanan di Dindukcapil. Lingkungan Hidup dan SKPD lain juga akan disatukan disini. Sedangkan integrasi dengan sistem di kepolisian, keimigrasian, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, dan Kementerian Agama sedang kita koordinasikan,” lanjut Titik.
Titik menambahkan, dengan mal pelayanan publik, pelayanan menjadi ringkas dan transparan. Mulai administrasi kependudukan seperti akte kelahiran dan kematian, kartu identitas anak, KTP; beragam jenis izin, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, PDAM, pelayanan izin terkait kendaraan di SAMSAT, hingga pembayaran retribusi daerah.
"Selain itu juga bisa mengurus dokumen yang berkaitan dengan kepolisian seperti SIM dan SKCK, terkait keimigrasian seperti paspor, bayar pajak, urus surat-surat yang berkaitan dengan Kementerian Agama seperti surat nikah bisa juga diselesaikan di sini, di Mall Pelayanan Publik ini," paparnya.
sumber Humas Pemkab Banyumas

Melihat "Mujair" di Sungai Kranji

image
MENDENGAR kata mujair, sudah barang tentu semua orang mengenal jenis ikan yang kerap dijadikan beragam kudapan. Ikan air tawar ini juga menjadi salah satu jenis ikan yang cukup banyak dikembangbiakkan untuk dikonsumsi. Namun tahukah, jika "Mujair" ternyata dapat membersihkan sungai dari sampah.
Hal itu karena "Mujair" dimaksud adalah akronim dari mungut junk di air (Mujair). "Mujair" merupakan salah satu kegiatan yang diinisiasi oleh komunitas Earth Hour Purwokerto, yang bentuk kegiatannya berupa upaya membersihkan sungai , dengan memungut dan mendata sampah yang ada di sungai. Kegiatan itu, digelar di Sungai Kranji pada Minggu (18/2) pagi lalu.
"Kegiatan diikuti relawan Earth Hour, dan elemen masyarakat lainnya, yang berjumlah sekitar 29 orang," ucap Koordinator Kota Earth Hour Purwokerto Angga Feri Setyawan, kemarin. Dikatakan, kegiatan "Mujair" merupakan bagian dari gerakan nasional operasi plastik yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional.
Adapun peringatan tersebut dilaksanakan setiap tanggal 21 Februari. Sementara itu, menurut koordinator "Mujair" Rahmawati, pelaksanaan kegiatan "Mujair" ada tiga tujuan. Ia mengatakan tujuan pertama adalah sebagai bentuk aksi nyata Earth Hour untuk ikut membersihkan lingkungan. Kemudian yang kedua untuk melakukan pendataan.
"Jadi kita tidak hanya memungut sampah yang ada di sungai, namun kita juga melakukan pendataan sampah. Misalnya, jenis sampah, jika itu sampah kemasan plastik, maka akan didata nama produsennya.
Data tersebut kemudian akan disetorkan ke Earth Hour pusat, yang akan diolah menjadi sebuah infografis," urainya. Adapun tujuan berikutnya, yaitu untuk melakukan survei, guna mengetahui kondisi sungai, khususnya Sungai Kranji secara langsung. Dengan demikian, akan diketahui medan yang sesungguhnya dari Sungai Kranji.
Lebih lanjut Angga mengatakan, kegiatan serupa di masa mendatang tidak hanya akan dilakukan di Sungai Kranji. Menurutnya hal serupa akan dilaksanakan di sungai-sungai lainnya di Purwokerto. Sebab selain untuk membersihkan sungai dari sampah, pihaknya juga ingin mengajak masyarakat untuk lebih peduli kepada kebersihan sungai.
Sumber Suara Merdeka

Penangkaran Buaya Dawuhan Kulon Didorong jadi Tempat Wisata Banyumas

Pemerintah Kecamatan Kedungbanteng mendorong penangkaran buaya yang ada di Desa Dawuhan Kulon dapat menjadi sarana wisata edukasi. Wisata tersebut dapat diintegerasikan dengan wisata alam yang banyak terdapat di wilayah tersebut. Camat Kedungbanteng, Gatot Puha, mengatakan tempat tersebut berpotensi menjadi tempat wisata karena merupakan satusatunya yang ada di Banyumas.
"Ini satu-satunya di Banyumas, harapan kami ke depan bisa menjadi obyek wisata. Untuk teknisnya, nanti kami akan berkoordinasi dengan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar)," katanya, kemarin. Dia mengatakan di wilayah yang berada di lereng selatan Gunung Slamet ini banyak destinasi wisata alam yang sudah dikenal masyarakat luas.
Penangkaran buaya itu diharapkan dapat mendukung wisata alam yang sudah ada. "Wisata alam di sini gaungnya sudah mendunia, seperi curug dan sebagainya. Kami berharap tempat penangakaran buaya ini ke depan dapat terus berkembang, sehingga dapat menjadi salah satu tempat wisata," ujar dia.
Menurut dia penangkaran buaya tersebut juga diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat agar lebih peduli terhadap satwa di sekitarnya. Upaya konservasi yang dilakukan tersebut akan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Kepala Desa Dawuhon Kulon, Endo Wati, meminta masyarakat untuk turut mendukung kegiatan konservasi buaya. Manfaat kegiatan konservasi tersebut ke depan diharapkan dapat dirasakan oleh semua masyarakat desa. "Kami sangat berterimakasih atas dititipkannya buaya-buaya tersebut.
Mudah-mudahan kami bisa turut mendukung, sehingga nanti pemilik penangkaran dan kawan-kawan bisa melaksanakan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan harapan," ujar dia. Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSAD) Jateng, Suharman, mendukung wacana pengembangan wisata di lokasi tersebut.
Pemda dapat mengintegerasikan potensi wisata alam di sekitarnya. "Bisa diintegerasikan misal dengan camping ground dan lainnya. Untuk keselamatan pengunjung, kami minta nanti pengelola membuat SOP, karena satwa ini berbahaya, jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," kata dia. Penangkaran buaya di Desa Dawuhan Kulon berdiri di lahan sekitar 550 meter persegi. Saat ini tercatat ada 21 buaya yang terdiri dari tiga jenis, yakni buaya Muara, Irian dan buaya Senyulong.
Sumber Suara Merdeka

Selasa, 13 Februari 2018

Underpass Sudirman Purwokerto Mulai Dibangun



Pembangunan Underpass Jalan Jenderal Sudirman Purwokerto di wilayah Kelurahan Pasir Muncang Kecamatan Purwokerto Barat, dimulai Sabtu (9/2) lalu. Pelaksanaan pembangunan ditandai kegiatan ground breaking oleh Bupati Achmad Husein, dengan mengoperasikan sebuah kendaraan alat berat (bego; eskavator).

Posisi underpass berada 230 meter di sisi selatan lintas sebidang Jalan Jenderal Sudirman Purwokerto. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas, Irawadi mengatakan, tugas pemerintah daerah, adalah menyusun detail engineering design (DED). Sedangkan pekerjaan teknis menjadi ranah Kementerian Perhubungan RI.

Menurutnya, Underpass tersebut akan dihubungkan oleh sebuah jalan lingkar, yang pembangunannya terbagi dalam dua segmen. Segmen timur menjadi tanggung jawab Pemkab Banyumas. Sementara segmen barat menjadi tanggung jawab PT KAI.

Di bagian barat dan timur akan dibanguan pula bundaran, masing-masing berdiameter 30 meter. ”Groundbreaking underpass ini sekaligus sebagai tandai dimulainya pembangunan Overpass Kebasen,” kata Irawadi.

Melewati Proses Panjang. Kita pada awalnya akan membangun Flyover Sudirman untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di ruas jalan tersebut, yang dipicu adanya lintas sebidang rel kereta api,” katanya. Bupati mengatakan, awalnya pemkab pernah merencanakan mau membangun Flyover Sudirman. Waktu itu status Jalan Sudirman masih merupakan jalan Nasional.

Namun ini akhirnya dibatalkan karena berbagai pertimbangan. ”Selain dampak sosial lebih tinggi, pembangunan flyover justru memicu kemacetan lebih panjang karena pembangunannya mengharuskan penutupan jalan di ruas tersebut selama pekerjaan,” katanya. Dengan dibangunnya flayover, menurut Husein, mengakibatkan banyak toko di sekitar akan tutup.

Di samping itu, flyover tidak bisa dilalui dokar dan becak. Pekerjaan underpass seniai Rp 90 milyar tersebut dipastikan selesai akhir November 2018. Kementerian Perhubungan tahun ini di Banyumas, telah mengucurkan anggaran sekitar Rp 200 miliar. Jumlah tersebut merupakan sumber dari APBN. Untuk pembangunan underpass sendiri Rp 49 miliar dari APBN.

Sedangkan dari APBD Banyumas sekitar Rp 30 miliar. Dirjen Keselamatan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Edi Nur Salam, hadir di lokasi pembangunan underpass mewakili Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI. Jalur Purwokerto-Kroya, menurut Edi, merupakan segmen terakhir dari pekerjaan jalur Cirebon Kroya.

Pihaknya mengapresiasi peran Pemerintah Kabupaten Banyumas yang telah memberikan fasilitasi berupa penyediaan lahan untuk akses Underpass Sudirman. ”Setelah jalan menghubungkan underpass ini selesai dibangun, maka lintas sebidang akan kami tutup,” kata Edi. Pembangunan underpass dan overpass merupakan proyek strategis nasional, untuk mendukung penyelesaian jalur ganda kereta api di wilayah Jawa bagian selatan,” ujar dia.
sumber Suara Merdeka

Pelaku Wisata Sepakat Pasarkan Potensi Banyumas

Para pelaku dan pegiat wisata di Banyumas sepakat membangun jejaring untuk memasarkan pariwisata Banyumas. Mereka ingin meningkatkan persentase lama tinggal wisatawan di wilayah tersebut.
Hal itu disampaikan Ketua Aliansi Pariwisata Banyumas (APB), Muslimin pada perayaan ulang tahun pertama organisasi pelaku wisata tersebut. Menurut dia, memasarkan daerahnya sendiri merupakan kewajiban para pelaku wisata. Akan tetapi, tujuannya harus saling mendatangkan keuntungan antar sesama stake holder pariwisata.
”Market for mutual benefit, kami menjual untuk mendatangkan keuntungan bagi pelaku dan masyarakat wisata,” katanya, di objek wisata Pereng Kalimanggis, Cilongok, Sabtu (10/2). Menurut dia, peringatan kali ini merupakan peringatan diresmikannya organisasi tersebut. Setelah enam tahun hanya berbentuk komunitas. Kegiatan ini dimanfaatkan untuk mempromosikan potensi pariwisata Banyumas.
Terutama destinasi dan paket wisata yang belum terangkat. ”Semoga Banyumas berkembangan menjadi Kota Pariwisata,” ujarnya. Penasehat APB, Deskart Sotyo Jatmiko meminta seluruh pengelola objek wisata untuk membuat statistik kunjungan. Hal ini bertujuan untuk mengukur lama tinggal atau length of stay dan jumlah wisatawan yang kembali atau repeater tourism.
”Wisata itu tidak hanya soal saya jual kamu, kamu jual saya, berapa komisinya. Tapi juga terkait dengan saling memberikan efek terhadap para pelaku wisata lainnya. Biro perjalanan wisata harus bisa menahan wisatawan lebih lama untuk tinggal di Banyumas,” tuturnya.
Sebuah daerah yang dianggap sukses mengelola pariwisata apabila memenuhi beberapa persyaratan, yaitu jumlah kunjungan tinggi, lama tinggal panjang, belanja lebih banyak dan wisatawan datang kembali. Itu sesuai slogan pelaku wisata Banyumas yang semedulur, mbetahi dan ngangeni. Adapun acara tersebut diawali dengan arak-arakan tumpeng dan syukuran bersama pelaku wisata Banyumas. Serta penyerahan alat bantu memanjat bagi penderes dan table top.
sumber Suara Merdeka

Ikon Bawor Dominasi Lomba Mural

RAUT muka Yusuf Soufi Romadhoni (15) tampak serius. Selang beberapa menit, dia memelototi garis lengkung bercat putih di sebuah tembok, lalu mulai melapis warna itu dengan kuas di tangannya.
Pemuda asal Banjarnegara ini adalah salah satu dari 50-an peserta Lomba Mural dari beberapa kota di Banyumas Raya yang mengusung tema Batik Banyumasan, di sentra batik dan kuliner Hans Batik and Resto, Sokaraja. Hampir sepekan ini, dia bolakbalik dari rumahnya untuk merampungkan mural pada dinding dengan motif batik punakawan. ”Hari ini harus selesai.
Nanti dinilai,” kata Yusuf, Minggu (11/2). Remaja yang duduk di bangku kelas X SMK HKTI 2 Purwareja Klampok ini mengaku belajar mural sejak masih bersekolah di Madrasah Tsanawiyah. Di tempat asalnya, dia juga bergabung dengan komunitas mural dan grafiti. Untuk lomba kali ini, dia bersama sembilan rekan lainnya harus menyelesaikan mural bermotif batik.
Empat tokoh punakawan termasuk Bawor tampak mencolok dengan goresangoresan tribal di bagian kanan dan kiri. Salah satu juri, Wiwit Rudi mengatakan, lomba semacam ini sangat efektif untuk mematri batik motif Banyumasan di hati para pelajar sekolah. Mereka dibebaskan untuk mengekspresikan motif-motif batik dalam pikirannya. ”Hampir semua didominasi ikon Bawor.
Tapi ada juga yang menggambar motif merak, motif asli Banyumas yang sudah jarang dipakai,” ujarnya. Ketua Panitia Lomba Mural, Narco Icuk menyebutkan, lomba yang diikuti oleh 14 kelompok dari berbagai sekolah, komunitas, mahasiswa dan kelompok umum itu digelar untuk memeriahkan Hari Jadi ke-447 Banyumas. Mereka diminta untuk melukis tembok keliling di kompleks rest area Hans Batik.
”Untuk juara 1 diraih oleh Komunitas Balai Rasta, juara II dari komunitas Suara Kota Lama, dan juara III diraih SMK HKTI 2 Purwareja Klampok Banjarnegara. Untuk juara harapan I dari Kampung Laut,” terangnya.
sumber Suara Merdeka

Kamis, 08 Februari 2018

Atraksi Budaya Kota Lama Banyumas Ditambah

 Atraksi budaya di kawasan Kota Lama Banyumas bakal ditambah. Hal ini menyusul rencana Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas menerapkan tiket masuk kompleks Taman Sari.
Kepala bidang Kebudayaan Dinporabudpar Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengemukakan, pemberlakuan tiket masuk tersebut akan direalisasikan pertengahan tahun ini. Namun sebelumnya, pihaknya akan menjadwalkan pertunjukan seni budaya di kawasan tersebut. “Ada rencana penerapan tiket masuk ke Taman Sari.
Tapi masa cuma seperti itu. Harusnya ada tontonan atau pertunjukan kesenian di sana,” katanya, kemarin. Taman Sari yang ditata tahun lalu sebenarnya sudah layak dikunjungi. Namun tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan selain berfoto di taman tersebut. Selain Taman Sari, pihaknya juga bakal menata Sumur Mas, yang masih berada di dalam kompleks tersebut. Rencananya, tujuh sumur tua di dalam kompleks Pendapa Kecamatan Banyumas untuk melestarikan peninggalan sejarah tersebut.
“Harapannya dapat menambah daya tarik bagi pecinta budaya dan sejarah. Terutama yang ingin berkunjung ke Taman Sari,” ujarnya. Deskart menuturkan, ketujuh sumur tersebut memiliki fungsi berbeda dengan letak yang terpisah. Namun hanya Sumur Mas di belakang kantor kecamatan yang masih digunakan dan sudah dilindungi sebagai benda cagar budaya. Sedangkan enam sumur lainnya dalam kondisi yang tidak terawat.
sumber Suara Banyumas

Jalan Eksisting ke Jembatan Merah Akan Ditutup

Jalan eksisting di Jembatan Merah Patikraja, akan ditutup setelah pembangunan duplikat Jembatan Merah selesai dilakukan. Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas Achmad Taufik mengatakan, jalan eksisting di Jembatan Merah Patikraja, nantinya akan ditutup untuk semua kendaraan, setelah duplikat Jembatan Merah dapat digunakan. Namun demikian, jalan eksisting itu, kemungkinan masih dibuka untuk pejalan kaki.
"Pembangunan duplikat Jembatan Merah sudah sekalian dengan jalan aksesnya, jadi jalan eksisting ke jembatan lama ditutup, ya mungkin hanya untuk pejalan kaki," ucapnya, baru-baru ini.
Ia mengatakan, akses menuju duplikat Jembatan Merah sudah dibangun, pada sisi timur bahkan sudah selesai sejak tahun lalu. Pantauan Suara Merdeka, jalan akses menuju duplikat Jembatan Merah juga terlihat lebih lebar, dengan demikian kendaraan dapat melintas bersamaan dari dua arah, tidak seperti jalan eksisting yang hanya dapat dilalui satu arah, sehingga kendaraan harus melintas bergantian.
Diberitakan sebelumnya, Prosentase pembangunan duplikat Jembatan Merah Patikraja sudah lebih dari 80 %, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas yakin jembatan tersebut selesai pada 12 Februari. Achmad Taufik mengatakan, pembangunan duplikat Jembatan Merah Patikraja akan selesai dalam waktu dekat.
Hal itu, menurutnya karena prosentase pembangunan yang sudah lebih dari 80 %. "Untuk saat ini, sudah lebih dari 80 %, tinggal merampungkan bentang kedua. Jika itu selesai maka keseluruhan pembangunan dapat selesai sebentar lagi," jelasnya, baru-baru ini. Ia mengatakan, pembangunan jembatan tersebut ditargetkan selesai pada Senin (12/2) mendatang.
Menurutnya pembangunan jembatan tersebut, sekaligus juga membangun jalan akses menuju jembatan tersebut. Saat ini, kata dia jalan akses sebagian sudah dibangun, dan tinggal membutuhkan waktu tidak terlalu lama untuk menyelesaikan seluruhnya. "Pada 12 Februari itu, sudah harus selesai semuanya termasuk jalan aksesnya dari sisi timur maupun barat," kata dia.
sumber Suara Banyumas

Memadukan Seni, Budaya, Pendidikan dan Rekreasi

  • Wisata Kota The Village
RANCANGAN bangunan The Village yang memadukan karakteristik barat dan nusantara, alam dan kota tampak terlihat megah. Kemegahan ini disempurnakan dengan kesejukan alam yang indah dan udara pegunungan yang segar.
The Village merupakan sebuah wisata kota yang menghadirkan taman publik seluas 2,8 hektare. Di bangun awal 2017, The Village yang berlokasi di Desa Rempoah, Kecamatan Baturraden ini dirancang sebagai sarana untuk mengisi waktu luang dengan hiburan sekaligus pendidikan bagi masyarakat Banyumas.
Dari segi pendidikan terdapat galeri, video mapping dan seni lukis. Di taman itu juga terdapat kebun binatang mini (mini zoo). Kebun binatang mini memberi kesempatan kepada anak-anak dan orang dewasa untuk berinteraksi dengan elemen yang ada, seperti memberi makan burung dan binatang ternak lainnya. Adapula ruang indoor permainan edukatif yang diperuntukkan bagi anak-anak kecil usia dini dan taman kanak-kanak. Permainan anak tersebut antara lain clambing dan crawling. “Ini untuk melatih motorik anak.
Di permainan itu alasnya menggunakan karpet, sehingga aman untuk anak,” kata Owner The Village, Selly Yuliani Suyono saat ditemui usai soft opening The Village, Rabu (7/2). Permainan anak lainnya terdapat di ruang terbuka atau outdoor, seperti taman bunga, mobil antik dan perahu danau untuk berkeliling di wahana taman kota tersebut. Pendidikan melalui seni dan budaya dengan wahana yang interaktif adalah nilai utama dibangunnya The Village.
Keanekaragaman Wisata
Tak hanya dinikmati oleh anak-anak, taman kota ini juga dapat dinikmati oleh keluarga maupun muda-mudi yang ingin meluangkan waktu melepas kepenatan seusai aktivitas kerja.
“Di sini kami juga memiliki pusat kuliner dan coffee shop, serta taman untuk berswafoto. Untuk kuliner, kami menawarkan menu makanan Barat, Nusantara dan makanan khas Banyumas,” kata Selly. Wisata kota itu buka mulai pukul 10.00 hingga 21.00 untuk hari biasa, sedangkan akhir pekan (Sabtu-Minggu) hingga pukul 22.00. Adapun tiket masuk pada hari biasa Rp 10.000 per orang, sedangkan tiket akhir pekan Rp 18.000 per orang. Namun di atas pukul 18.00, tiket masuk Rp 5.000, karena wahana tidak buka.
Pengunjung yang datang malam hari hanya menikmati suasana taman kota, kuliner dan coffee shop. Wisata kota ini akan memberikan kesan terbaik bagi para pengunjung. Apalagi belum adanya wisata kota dengan tema sama merupakan peluang utama didirikannya The Village. Sebuah wisata kota yang ramah bagi anak dan seluruh lapisan masyakat akan terus dikembangkan dengan wahana menarik.
“Arsitekturnya beda dengan yang lain. Arsitek membawa lansekap yang tidak ada di Purwokerto. The Village akan menjadi wisata edukasi yang menjadi pionir, memadukan seni, pendidikan dan rekreasi,” ujarnya. Ia mengatakan, wisata ini diharapkan dapat menambah wawasan dan keanekaragaman wisata yang ada di Kabupaten Banyumas, khususnya wilayah Kecamatan Baturraden. “Semoga keberadaan kami ini bermanfaat untuk masyarat dan sosial.
Untuk itu kami mohon dukungannya dari lembaga pemerintah dan masyarakat, khususnya di Desa Rempoah untuk selalu menjalin hubungan yang baik demi meningkatkan kesejahteraan bersama,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Ganjar Pranowo mengemukakan, Banyumas ini bagian yang sangat seksi untuk investasi, apalagi untuk pariwisata terutama di kawasan Baturraden yang sudah terkenal luas. “Warga kita rindu piknik karena ingin bahagia. Bahagia itu hidupnya panjang, maka piknik tidak lagi kebutuhan tersier dan sekunder tapi primer,” katanya.
sumber Suara Merdeka

Rabu, 07 Februari 2018

Investasi Spektakuler Kabupaten Banyumas , Berita Fakta atau Sekedar Sensasi ?

Kita sangat bangga jika Pemkab Banyumas bisa membangun brand, bisa menarik investasi dan membuat rencana spektakuler terkait pengembangan daerah termasuk bidang ke pariwisataan. Dan statemen seperti itu kebetulan di keluarkan oleh instansi resmi di Kabupaten Banyumas tentu tingkat kevalidannya sangat tinggi dan bisa diandalkan. akan tetapi, melihat sumber berita hanya dari satu media saja, tanpa bisa cross chek ke sumber lain, ini yang sangat saya sesalkan karena saya tidak bisa mengkonfirmasi benar tidaknya statemen seperti itu.







Investasi spektakuler, atau bisa disebut program mercusuar , dipandang dari kondisi yang ada saat ini apakah realistis ? Karena infrastruktur atau suprastruktur pendukung spertinya masih banyak yang harus dibenahi.

Mampukah Pemkab Banyumas membuat rencana besar, di saat rencana kecil belum bisa berjalan dengan baik, katakanlah masalah seputar kalender pariwisata , koordinasi dengan swasata dalam promosi , atau yang selalu saya tekankan perlunya perimbangan pembangunan kawasan non Baturaden. Ini menurut saya sangat urgen untuk diselesaikan . Selama pariwisata Banyumas masih terfokus ke Baturaden , maka Kabupaten Banyumas sulit berkembang karena perputaran ekonominya terutama terkait bidang pariwisata baik yang terlibat langsung atau tidak langsung seperti kuliner, akomodasi dan sebagainya hanya berkembang di sekitar radius Purwokerto-Batuarden. Sementara wilayah Banyumas sangat luas, maka saat ini membangun kawasan baru dari segi infrastruktur sangat penting untuk membuka peluang berkembangnya kawasan lain. Barangkali Revitalisasi akwasan Kota Lama Banyumas yang cukup diacungi jempol terkait pemerataan ini, tapi sayangnya belum bis ameningkatkan angka kunjungan ke museum wayang, artinya belum terkoordinasi dengan baik  terutama di Sumber Daya Manusia bukan sekedar infrastruktur semata. Ini sangat urgent untuk dibenahi saat ini. 

Nah kembali ke proyek mercusuar lagi, mungkinkah Pemkab Banyumas membangun menara atau tower tertinggi di Asia Tenggara ? Kita berhitung dari berbagai segi dan sisi, pasti kawasan Jabodetabek atau Surabaya Raya itu paling memungkinkan dibangun proyek semacam itu. 
Mari kita apresiasi Jajaran Pemkab Banyumas untuk membangun dan menarik investor tapi kita berkewajiban mengingatkan tentang sesuatu yang berat dan ringan untuk segera terwujud. Mengenai skytrain di Bautraden saya masih optimis itu suatu saat bisa terwujud, demikian juga terkait eco green park, Serayu Voyage River . Namun sayangnya , poin penting terkait Serayu Voyage River bukankah sekedar maslah investor melainkan perijinan ? Seharusnya Pemkab Banyumas bisa menjelaskan seberapa jauh negosiasi dengan Balai Besar Sungai Serayu Opak agar investor benar yakin, investasi yang ditawarkan ini aman dan mendapat kepastian hukum.

Dan salah satu masalah besar yang belum tuntas, yaitu Perda RDTRK Perkotaan Purwokerto yang belum tuntas. 


Pembangunan Taman Tesda Tahap 3, Perkiraan April Dilanjutkan




Taman Edukasi Sumber daya Air (TESDA) Kranji tahun ini memasuki tahap pembangunan kedua. Pada tahap tersebut, akan ditambah beberapa fasilitas. Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Irigasi Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas, Kresnawan mengatakan, alokasi dana dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) 2018, untuk pembangunan TESDA tahap kedua sebesar Rp 1 Miliar. “Alokasi dana itu untuk melengkapi jogging track, gedung pengeloa taman, dan pagar keliling,” katanya. 

Jogging track yang akan dilengkapi nantinya akan ditambah menyusuri tepian sungai Kranji. Dan nantinya tembus hingga Sawangan. Untuk gambarannya, Kresnawan menerangkan, di sepanjag jogging track akan dipasangi pot dengan aneka bunga, serta ada kursi atau gazebu sebagai tempat istirahat. Ia pun mengharapkan, adanya jogging track dengan fasilitas yang dapat memperindah sekitar sungai, dapat menyadarkan masyarakat untuk menjaga keberihan sungai.

 “Bisa juga dimanfaatkan masyarakat untuk berwirausaha, seperti bayangan saya bisa ditambah warung kopi yang menyediakan aneka buku pengetahuan mengenai sungai,” ujar Kresnawan. Lebih lanjut Kresnawan pun menuturkan, pembangunan tahap kedua akan dimulai berkisar April mendatang. Saat ini sudah ada desainnya, tetapi tetap mencocokan dengan kondisi di lapangan. “Sehingga beberapa kali ada revisi desain,” tuturnya. 

Kresnawan pun menambahkan, untuk pengeloaan TESDA Kranji sudah menunjuk pada Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO), Balai Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang (PUSDA Taru) Serayu-Citanduy, serta dari pemerintah daerah dalam hal ini ada DPU Kabupaten Banyumas, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas, dan Dinas Perumahan dan Kawsan Permukiman (Dinperkim) Banyumas. Namun akan ada pembaharuan MoU untuk pengelolaan TESDA Kranji. Kresnwan mengaku belum mengetahui secara pasti siapa yang akan mengelola. 

Selain itu, DPU pun menggandeng Forum Peduli Sungai Kranji untuk menyosialisasikan pada masyarakat pentingnya kebersihan sungai. Sebab tujuan dibangunnya TESDA Kranji yaitu sebagai edukasi pada masyarakat, bagaimana menjaga sungai. “Karena sungai itu jaringannya dari hulu sampai hilir tidak terputus, perlu ada kerjasama dengan forum peduli seungai untuk menyosialisasikan pada masyarakat di tiap daerah agar tidak bang sampah dan limbah ke sungai,” ujarnya. Agar tujuan bersih sungai terwujud, DPU juga merencanakan membuat tempat serupa TESDA Kranji di Sungai Banjaran dan Sungai Logawa yang berada di Purwokerto kota. 

Sumber:  Radarbanyumas.co.id

Senin, 05 Februari 2018

Warna Warni Kali Kranji Purwokerto






Green Society, Salah satu bagian dari tumbuh kembangnya masyarakat yang sadar lingkungan, untuk mewujudkan kota hijau. Karena untuk mewujudkan kota yang hijau dan ramah lingkungan sangatlah tidak cukup jika hanya mengandalkan pemerintah saja, dan sebesar apapun anggaran yang dikeluarkan untuk mmebnagun bebrbagai fasilitas, tak akan bisa terawat dengan baik dan bermanfaat maksimal jika tak mendapat dukungan partsisipasi dari masyarakat. 

Oleh karena itu, tumbuhnya komunitas hijau ini sangat penting dan diharapkan terus dirangsang oleh pemerintah untuk kemudian diberdayakan untuk ikut serta menjaga fasilitas RTH dan lingkungan sekitar. Salah satu bagian dari masyarakat yang sadar lingkungan ini salah satunya adalah komunitas pecinta sungai, tentu berperan besar untuk menciptakan lingkungan sungai di perkotaan. Karena mereka bukan saja ikut mengkampanyekan lingkungan sungai yang bersih, tapi bisa membuat peluang dibangunnya destinasi wisata baru di perkotaan dengan terciptanya kelestarian, kebersihan dan keindahan sekitar daerah aliran sungai. 

Baru-baru ini, masyarakat sekitar kali Kranji Purwokerto, mempercantik daerah sekitar pinggiran kali Kranji, dengan cat warna warni. Meskipun sungai warna-warni bukan di pelopori daerah ini, namun seperti mencontoh daerah lain yang lebih dulu eksis mengeksplor sungainya, namun bagi masyarakat kabupaten Banyumas, tetaplah harus diparesiasi karena point terpentingnya adalah bagaiamana caranya menciptakan lingkungan daerah aliran sungai yang baik, karena ke depan bisa menjadi peluang menjadi pusat wisata baru yang pada akhirnya ikut meningkatkan daya jual dan daya tarik bagi masyarakat , efeknya tentu akan terasa bagi usha kecil menegnah yang mendulang usaha di bidang terkait seperti usaha makanan dan minuman dan sebagainya.

Terkait aksi masyarakat sekitar kali Kranji ini, sangat klop dan bisa jadi menjadi sinergi yang baik dengan rencana Pemda Banyumas menata Kali Kranji, dan salah satunya dengan membanguan Tamna Edu SDABM Klai Kranji yang saat ini baru masuk tahap 1 di kawasan selatan jembatan atau bendungan Kranji . Dan diharapkan  Akan saling menguatkan tujuan menciptakan Kali kranji sebagai salah satu destinais wisat aalternatif, wisata alami di tengah perkotaan Purwokerto.

Rilis dari Humas Pemkab Banyumas

ADA KAMPUNG PELANGI DI PURWOKERTO
PURWOKERTO : Warga RT 03 RW 07 Kelurahan Kranji Kecamatan Purwokerto Timur, ingin menyulap kampungnya yang sebelumnya terbilang kumuh menjadi Kampung Pelangi . Kegiatan diawali dengan bersih praja, menjelang Hari Jadi Banyumas ke 427 pada Minggu (4/2) warga berkeja bakti sampai malam hari. Mereka bergotong royong mengecat jalan masuk dan dinding SMP Negeri 1 Purwokerto dengan warna warni.
Ketua RT 03/RW 07 Risa Satriadi mengatakan, pengecatan kampung beride dasar pada pertemuan warga yang berkeinginan mengubah suasana lingkungan menjadi indah. Warga bersepakat untuk mengecat lingkungan dengan warna warni.
“Warga bertekad untuk menciptakan lingkungan yang asri dan indah dipandang mata, serta menghilangkan kesan kumuh perkotaan, namun yang terpenting adalah meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya kebersihan, kerja sama dan keindahan lingkungan,” katanya.
Tahap awal pengecatan dilakukan menuju jalan masuk kampung tepatnya di sebelah barat SMP Negeri 1 Purwokerto. Namun secara bertahap dirinya bersama warga akan melakukan pengecatan seluruh wilayah RT 03.
“Selain menciptakan keindahan, dirinya berharap akan banyak warga yang berkunjung dikempungnya, menikmati warna warni lingkungan,” terangnya
Walaupun belum terlalu kering, namun warna warni kampung itu telah menarik perhatian warga yang lewat. Hal itu terlihat dengan adanya warga yang harus melintas halangan jalan untuk berfoto ria di Jalan Pelangi Senin (5/2).
Billa salah seorang mahasiswa Unsoed usai berselfie ria, mengatakan dengan adanya tempat-tempat unik dan indah akan menambah Purwokerto menjadi destinasi wisata yang menarik dengan aneka tempat yang indah.
“Lingkungan menjadi bagus, indah dan menarik,” katanya.

The Village, Destinasi Wisata Baru di Kawasan Baturaden


Baturaden terus berkembang sebagai kawasan wisata favorit, tak hanya karena peran pemerintah saja, namun partisipasi swasta juga turut meningkatkan daya saing kawasan ini sebagai salah satu pusat destinasi wisata andalan. Setelah suksesnya Small world yang juga mengembangkan wisatanya dengan smallgarden, serta Kebun Raya Baturaden yang di gagas pemerintah Pusat, melengkapi destinasi wisata yang sudah dulu ada . Selain iu berkembangnya desa wisata di kawasan ini juga perlu diapresiasi.

salah satu Calon objek wisata di Pandak yang saat ini sedang dibangun .

Semoga dengan hadirnya The Village, menjadi salah satu alternatif baru bagi warga baik di Kbaupaten Banyumas maupun daerah lain untuk berlibur di Kabupaten Banyumas. 
Informasi yang kami dapat, rencana The Village akan openging tanggal 07 Februari 2018. 

credit to Banyumas Maen, Heri R , 







Jumat, 02 Februari 2018

Siswa Pakis, Gununglurah Cilongok Dilatih Kemandirian lewat Keripik Tempe

SEJUMLAH siswa MTs Pakis, Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, pagi itu tampak begitu asyik "bergelut" dengan kedelai. Ya, rupanya para siswa yang tinggal di lereng Gunung Slamet ini tengah membuat keripik tempe. Mereka mencoba untuk mengembangkan sebuah unit usaha produktif sebagai upaya menjadikan MTs Pakis sebagai sebuah lembaga pendidikan yang mandiri. Dalam kegiatan selama tiga hari tersebut mereka dibimbing langsung oleh seorang pelaku usaha ekonomi kreatif dari Cilongok.
Meski masih duduk di bangku sekolah setingkat SMP, namun mereka cukup antusias mengikuti. Mereka mendapatkan pelatihan secara langsung secara bertahap. ”Kami mengikuti kegiatan pelatihan membuat keripik tempe saat jam istirahat dan usai pulang sekolah. Bahkan, selama tiga hari berturut-turut itu, kami berlatih membuat keripik sampai petang,” ungkap Yuli, salah satu siswa.
Layak Dikembangkan
Meski masih anak-anak, mereka mampu membuat keripik tempe dengan baik. Bentuk produknya yang mungil dan rasa kedelainya terasa, menjadikan keripik tempe hasil produksi siswa MTs Pakis layak untuk dikembangkan sebagai salah satu produk usaha dari madrasah ini. Menurut penanggung jawab kegiatan sekaligus kepala madrasah, Isrodin, kedelai merupakan salah satu hasil panen dari para petani, sehingga semestinya mampu mendongkrak ketahanan pangan masyarakat dan berdampak terhadap peningkatan taraf ekonomi yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
”Dunia pendidikan harus ikut mengambil peran. Salah satunya dengan sejak dini mempersiapkan peserta didik dengan bekal keterampilan hidup yang nanti bisa menjadi modal kemandirian saat kelak beranjak dewasa,” ungkapnya.
Setelah produk keripik tempe "Pakis" berhasil diproduksi, maka para siswa kemudian membentuk susunan pengurus pengelola usaha tersebut, lengkap dengan bidang-bidangnya. Dalam kesempatan tersebut, Yuli siswa kelas VIII yang tinggal di kampung Pesawahan terpilih sebagai direktur yang membawahkan 18 siswa lain.
Dalam kesempatan itu pula, kepala madrasah juga memberikan motivasi dan meyakinkan para siswa bahwa untuk menjadi siswa yang berprestasi harus berani berkreativitas dan bertanggung jawab atas karya sendiri. ”Diharapkan keripik tempe "Pakis" hasil produksi siswa MTs Pakis dapat bermanfaat bagi lingkungan sekolah, keluarga siswa, dan masyarakat sekitar. Adapun hasil dari usaha pembuatan keripik tempe ini dikelola oleh pengurus harian,” tandasnya. 
sumber Suara Merdeka

Produksi Mireng Terkendala Bahan Baku dan Cuaca

Ketergantungan terhadap bahan baku serta intensitas hujan yang cukup tinggi saat ini masih menjadi kendala besar bagi keberlangsungan usaha rumah tangga mireng, karag, dan kerupuk soto di wilayah Desa Kedungwringin, Kecamatan Jatilawang. Karena itulah, para perajin berharap ada upaya pencarian solusi terkait hal tersebut ke depan oleh pihak-pihak terkait dari pemerintah hingga akademisi.
Perangkat Desa Kedungwringin, H Mahfudz, mengatakan, saat ini kedua kendala tersebut memang belum bisa diatasi maksimal oleh para perajin. ’’Kedua kendala tersebut merupakan faktor alam dan ketersediaan bahan baku. Makanya ke depan perlu penyikapan dan strategi untuk mengefektifkan produksi.
Apalagi saat ini sebagian besar produksi makanan olahan ini masih menggunakan tangan dan mengandalkan matahari,’’ tegasnya. Mahfudz mengatakan, pihak pemerintah desa terus mendukung keberlangsungan para perajin makanan olahan dari tepung tapioka ini. Apalagi keberadaan mereka menjadi penggerak ekonomi masyarakat.
Penggerak Ekonomi
’’Makanya, kami terus mendorong seluruh perajin mireng, karag, kerupuk soto, dan sebagainya untuk bisa mempunyai izin pangan industri rumah tangga (PIRT). Hal ini penting agar produk UMKM tersebut terjamin kualitas dan punya posisi tawar tinggi di pasaran,’’ jelasnya. Perajin tepung tapioka asal desa setempat, Sidik Kasnudi, mengatakan, saat ini pasokan singkong sebagai bahan baku tepung berasal dari wilayah Cilongok hingga Purwokerto.
Akibatnya, ketika pasokan tersendat, produksi tepung pun terganggu. ’’Padahal, kalau saya sendiri setiap hari membutuhkan sekitar delapan ton bahan baku singkong. Dari satu kuintal bahan baku biasanya akan menjadi tepung sekitar 30 prosen. Faktor cuaca juga sangat penting bagi kami untuk menjemur limbah tepung ataupun tepungnya,’’ jelasnya.
Sebagaimana para perajin tepung lain di desa setempat, Kasnudi juga memanfaatkan mesin buatan sendiri untuk mengolah tepung tapioka. Untuk pasaran tepung tapioka diperuntukkan bagi para perajin mireng, karag, dan sebagainya.
Sumber Suara Merdeka

Kamis, 01 Februari 2018

Pertumbuhan Skyline Purwokerto Dan Pentingnya Kawasan Penyangga


Purwokerto secara ekonomi tumbuh pesat pada kurun waktu tahun 2008 , Seiring pertumbuhan ekonomi, tumbuh pula skyline yaitu suatu pemandangan kawasan urban berupa bangunan vertikal yang sebenarnya memaksimalkan fungsi ruang yang ada karena meningkatnya harga tanah di area urban atau perkotaan. Efeknya adalah perubahan pemandangan atau wajah perkotaan dengan hadirnya gedung tinggi . 

Purwokerto yang merupakan kota kecil juga terpengaruh fenomena itu, memecah mitos yang sudah berpuluh tahun mencengkram yang konon katanya Banyumas akan terjadi bencana atau hal negatif lainnya jika ada bangunan lebih tinggi dari Pendapa Si Panji ( saya lupa apa yang dijadikan patokan tinggi bangunan apakah tiang bendera atau limas pendapa). 

Purwokerto kala itu umumnya hanya dijumpai gedung kebanyakan dengan tinggi kisaran 3 lantai dan hanya beberapa buah yang mencapai 4 dan 5 lantai, itu sudah paling tinggi. Dan ketika Hotel Aston Imperium dengan ketinggian 12 lantai dibangun, maka mitos pun terpecahkan, yang awalnya banyak pro kontra dan banyak sekali yang menentang akhirnya waktulah yang membuktikan bahwa Purwokerto butuh pertumbuhan.

Dalam 5 tahun pertama cukup banyak gedung vertikal yang menyusul dibangun meskipun tak semuanya berjalan lancar. Tapi dalam 5 tahun kedua, yang seharusnya menjadi momentum untuk berkembang lebih pesat sayangnya pembangunan hanya melanjutkan yang sudah ada , dan minim pembangunan baru.

Ada kesempatan masuknya investor tapi sayangnya tersendat karena salah satunya kebijakan Pemda Banyumas dan lambatnya Pengesahan Perda RDTRK Purwokerto yang melewati batas waktu hingga saat ini belum juga ada perkembangan.

Tercatat ada beberapa proyek yang tersendat atau bisa jadi batal antara lain :
1. PCC Stasiun Timur yang kabar terbaru berupa Transmart belum ada kejelasan hingga saat ini kapan akan dibangun padahal sesuai rencana seharusnya sudah U/C 3 tahun yang lalu. Apakah tersendat di perijinan atau yang lainnya kita tak tahu.
2. Kebondalem yang digadang -gadang sebagai pusat ekonomi baru hingga saat ini masih memiliki masalah yang sama seperti 30 atau 25 tahun yang lalu. Kawasan yang seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat terlihat seperti kota tua yang terbengkalai tanpa gairah.
3. Mohaz Apartemen yang diusulkan dibangun investor tidak mendapat izin dengan alasan berada di area hijau , padahal secara teknis bisa dinegosiasi karena mohaz menawarkan 80 % area merupakan lahan terbuka atau mempertahan kan daerah  resapan dan hanya 20 % dari area itu yang murni merupakan area komersil gedung berlantai 20. Padahal saat yang sama terjadinya alih fungsi sebagai kawasan gunung Slamet karena proyek PLTPB yang mana itu merupakan kontradiksi.
4. Swissbel Hotel yang rencana 20 lantai belum ada kejelasan kapan akan di lanjutkan.
Dan beberapa proyek lain yang belum saya data.

Namun kita sangat optimis, Purwokerto tetap tumbuh, terutama dari proyek yang dikelola institusi pusat seperti Unsoed, IAIN yang berkembang cukup signifikan. Dan terutama terkait rencana kota baru yang sebenarnya juga sudah direncanakan sejak tahun 2008 untungnya secara perlahan mulai dikerjakan berupa pembanguan RTH Taman SDABM Kali Kranji dan pembanguan Jalan poros baru sebagai jalan penghubung antara Gerilya dan Jensud serta Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan pada tahap berikutnya. Semoga ini menjadi awal pertumbuhan kawasan kota baru.

Tahun 2018 semoga Kota Purwokerto dan Kabupaten Banyumas bisa berkembang lagi , Dan daerah lain di luar kawasan perkotaan Purwokerto ikut mengimbangi perekonomiannya karena secara lokasi berada di daerah lintas nasional. Dan jika suatu saat  nanti Pemekaran daerah ini terwujud tak ada alasan Kabupaten Banyuams akan tertinggal. Fakta Bahwa kabupaten Banyumas merupakan daerah dengan panjang jalan lintas nasional atau provinsi terpanjang di Jawa Tengah karena sinilah kita dilewati Jalur Lintas Selatan, Lintas Tengah dan Penghubung Lintas Utara dan Selatan. Keuntungan lokasi yang strategis ini yang menjadi Pekerjaan Rumah kita bagaimana cara untuk meningkatkan daya saing ekonomi  dan sebagai kawasan penyangga perkotaan Purwokerto tak kalah penting untuk dikembangkan karena pemerantaan pembangunan infrastruktur bisa membuka peluang atau potensi yang selama ini terpendam. 


Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...