Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Senin, 26 Juni 2017

Pedestrian Di Kecamatan Jatilawang

foto0772.jpgfoto0768.jpg

Pedestrian atau nama lainnya trotoar adalah salah infrastruktur yang bukan hanya dijumpai di kota atau ibukota kabupaten saja ,  tapi desa tertentu dan semua kota kecamatan pasti memilikinya. Karena pedestrian merupakan area yang tak bisa dipisahkan dari jalan atau merupakan bagian dari jalan umum . Pembangunan daerah kurang dianggap berhasil jika tidak memberi perhatian kepada aspek ini. Karena trotoar merupakan bagian dari wajah kota atau pusat perekonomian setempat selain memiliki fungsi utama sebagai tempat pejalan kaki namun dibanyak tempat banyak terjadi alih fungsi menjadi tempat berjualan PKL yang sebenarnya merupakan bentuk pelanggaran perda.
Pedestrian yang baik adalah yang memiliki sistem drainase yang baik dan tidak banjir atau tersumbat saat hujan dan kualitas tegel atau ubinnya keras dan kuat serta memiliki jalur hijau. Akan lebih baik jika dilengkapi fasilitas tambahan seperti halte, RTH atau ruang terbuka hijau.
Di kabupaten Banyumas ada beberapa pedestrian di kecamatan yang bisa dikatakan baik karena mendapat alokasi dana pembangunan dalam setiap tahunnya. Foto di atas adalah salah satu lokasi pedestrian di kota kecamatan Jatilawang yang direnovasi beberapa tahun lalu. Pantauan saya tidak semua pedestrian yang menjadi tempat berjualan PKL itu melanggar perda karena tidak memakan tempat badan trotoar ini . Jika dilengkapi pohon peneduh tentu suasananya menjadi sejuk dan sangat baik menjadi lokasi bersitirahat temasuk orang -orang yang sedang menunggu keluarganya mudik. 
Itu salah suasana pedestrian di Jatilawang saat sehari menjelang hari raya Idul Fitri 1438 H.

Jelang Lebaran,Warga Kalisari Bedah Kubang

Setiap menjelang lebaran, warga Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok menjalankan tradisi bedah kubang.
Tradisi memanen ikan ini dilaksanakan di selokan air sekitar pemukiman yang difungsikan sebagai kolam ikan. Warga setempat, Guntur mengatakan tradisi ”bedah kubang” ini bermula dari aktivitas warga yang gotong royong memanfaatkan selokan air di sekitar pemukiman.
Dengan memasang bronjong besi di bagian hulu dan hilir selokan tersebut, warga menebar benih di lokasi tersebut dalam kurun waktu tertentu.
”Namun yang ditebar adalah benih ikan dengan ukuran sedang sehingga tidak akan hanyut dari kolam buatan ini. Makanya kamipun bersama menjaganya,” dia, kamis (22/6). Usai ditabur dalam kurun waktu kurang dari setahun, ikan dalam kolam buatan dari selokan tersebut dijaga oleh warga.
Selain memanfaatkan limbah dari produksi industri tahu, warga juga kerap memberikan pakan untuk ikan tersebut. Tak heran jika menjelang lebaran ini mereka bisa memanen ikan bersama. ”Tradisi memanfaatkan selokan air ini sudah diajarkan turun temurun oleh warga di sini.
Setidaknya melalui kegiatan ini, kami tidak perlu harus membeli ikan yang harganya mahal ketika jelang lebaran,” jelasnya. Usai dipanen bersama menggunakan jaring kecil, ikan-ikan hasil budidaya kolam bronjong selokan ini dibagikan rata kepada warga setempat.
Dari kegiatan inilah warga sedikitnya telah mendapatkan bagian dua kilogram ikan gurami dan mujahir yang telah dipelihara enam sampai delapan bulan. ”Dengan adanya ”bedah kubang” ini kami menjadi lebih bisa berhemat dengan tak harus membeli ikan air tawar di pasar. Makanya kami berniat terus melestarikan tradisi ini,” jelas Rustri. 
sumber suara merdeka

Sentra Mireng dan krupuk Desa Kedungwringin Jatilawang Banyumas

Menikmati sroto atau soto memang akan lebih nikmat jika dilengkapi krupuk atau mireng. Berbicara tentang mireng dan krupuk ini di Desa Kedungwringin Kecamatan Jatilawang memiliki sentra UMKM yang memproduksi mireng dan krupuk.
Lokasinya dari pertigaan alun alun Jatilawang ke selatan , sebelum embung situ bemban ada pertigaan ke barat melewati  sekolah TK (Diponegoro) .
Sudah seharusnya sentra makanan khas ini yang merupakan simbol dari ekonomi kerakyatan mendapat perhatian serius dari Pemda Kabupaten Banyumas dari segi pendanaan, promosi dan pemasaran tentu akan bisa turut mengangkat kesejahteraan rakyat disamping melestarikan makanan khas Banyumas . Bisa Juga dengan pendampingan instansi terkait untuk membantu mengeksplorasi dan memperkenalkan aneka olahan baru sehingga harga atau nilai jualnya semakin tinggi .
foto0784.jpg
foto0778-1.jpgfoto0775.jpgfoto0782.jpgfoto0783.jpgfoto0777.jpg

foto0780.jpgfoto0783.jpgfoto0777.jpgfoto0781.jpg

Kamis, 22 Juni 2017

Pertamina Siapkan Kios BBM barat Alun-Alun Jatilawang Antisipasi Kemacatan di Jalur Selatan

 Pertamina Marketing Operation Region IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyiapkan tiga kios bahan bakar minyak (BBM) di jalur selatan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemacetan selama arus mudik dan balik Lebaran 2017.
“Di setiap kios. kami sediakan sejumlah BBM nonsubsidi dalam kemasan, mulai dari 1 liter, 2 liter, dan 10 liter. Secara keseluruhan, di masing- masing kios disiapkan 250 liter,” kata Sales Executive BBM Retail Rayon V Pertamina MOR IV Jateng-DIY, Warih Wibowo, Selasa malam di Purwokerto.
Menurutnya, kios BBM tersebut tersebar, satu titik di jalur utama mudik (jalur selatan) tepatnya di sebelah barat Alun-Alun Jatilawang, Kabupaten Banyumas, dua titik lainnya di Jalan Daendels atau jalur lintas selatan Jateng yang merupakan jalur alternatif, yakni sebelah Kantor Kecamatan Puring dan Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen.
“Kios BBM kemasan tersebut sudah beroperasi sejak tanggal 18 Juni. Dari tiga kios itu yang sudah menjual BBM kemasan baru satu, yakni di Puring sebanyak 10 liter,” terangnya.. Kondisi tersebut, katanya, menunjuukan arusmudik di titik-titik rawan macet hingga Selasa malam masih dalam kondisi normal.
Namun untuk beberapa hari ke depan hingga lebaran belum bisa diprediksi. Selain kios BBM kemasan, katanya, pihaknya juga menyiapkan petugas BBM motoris di 10 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Mereka siap melayani pemudik yang kehabisan BBM di tengah jalan atau saat kejebak kemacaetan.
Mereka disebar di SPBU yang ada di jalur selatan maupun di jalur penghubung antara jalur pantai utara dengan jalur selatan. “Kami berharap petugas BBM motoris ini tidak sampai dioperasikan. Kalau ini tidak berjalan, berarti kondisi arus kendaraan berjalan lancar atau tidak ada kemacetan,” ujarnya.
Terkait pasokan BBM hingga saat ini, Warih mengatakan, di SPBU di jalur selatan mengalami kenaikan rata-rata sebanyak 5 kiloliter per hari. Sedangkan SPBU di luar jalur mudik kenaikannya berkisar 1-2 kiloliter per hari. Sedangkan dalam kondisi normal pasokan BBM di SPBU jalur mudik rata-rata sebanyak 10-15 kiloliter. “Bahkan, kemarin di salah satu SPBU jalur mudik Kebumen, kenaikannya sempat mencapai 6 kiloliter dari kondisi normal,” katanya.
Menurutnya, dari sekitar 99 persen SPBU di wilayah Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen mendapat pasokan dari Terminal BBM Maos. Sesuai data rencana pengiriman dari Terminal BBM Maos Cilacap hingga tanggal 20 Juni lalu, mencapai 2.900 kiloliter. Untuk hari biasa, kata dia, hanya berkisar 2.100-2.200 kiloliter sehingga ada kenaikan sekitar 27-30 persen. 
sumber suara merdeka

Jalan Kabupaten Siap Dilalui Pemudik

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas menjamin seluruh jalan kabupaten yang akan digunakan sebagai jalur alternatif, sudah siap dilalui.
“Yang jalan alternatif sudah siap semua (untuk dilalui selama masa arus mudik, dan arus balik,” tutur Kepala DPU Kabupaten Banyumas Irawadi, Rabu (21/6). Menurutnya penanganan pada jalan kabupaten memang belum seluruhnya selesai. Sebab ada yang baru saja tandatangan kontrak.
Ia mengatakan kendati belum seluruhnya selesai, penanganan jalan yang akan dilakukan menurutnya tidak mengganggu kelancaran arus mudik, sebab jalan yang diatangani bukan menjadi jalur mudik. Dikatakan, saat lebaran kegiatan penanganan jalan juga dihentikan sementara. Penghentian kegiatan juga termasuk dengan pengiriman material menuju lokasi penanganan.
“Dihentikan terutama yang bisa mengganggu transportasi masyarakat, material yang ada di jalan juga kita bersihkan,” kata dia. Sementara itu Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan DPU Kabupaten Banyumas Achmad Setiawan, mengatakan semua kegiatan pemeliharaan jalan sudah dihentikan.
Pekerjaan terakhir yang masih dilakukan yakni di Desa Gerduren Kecamatan Purwojati. Namun demikian, pekerjaan itu juga telah diselesaikan kemarin. “Hari ini (kemarin) pekerjaan pemeliharaan jalan sudah dihentikan. Jalan alternatif juga sudah siap,” ucapnya Sebelumnya, jalan kabupaten sepanjang 138,04 kilometer, yang juga menjadi jalur alternatif saat arus mudik dan arus balik lebaran mulai disiapkan.
Achmad Setiawan mengatakan, jalan kabupaten yang mendapat penanganan tersebar sejak dari perbatasan wilayah Kabupaten Banyumas – Kabupaten Brebes, di sebelah barat sampai dengan perbatasan Kabupaten Banyumas – Kabupaten Cilacap di sebelah selatan. “Total jalan kabupaten yang dapat menjadi jalan alternatif saat mudik, ada 24 ruas, panjangnya mencapai 138,04 kilometer,” ungkapnya.
sumber suara merdeka

Akuntansi Pedagang Tradisional

PADA bulan Ramadan kita sering menjumpai bermunculannya pedagang-pedagang dadakan atau baru. Mereka pada umumnya merupakan pedagang kecil, kebanyakan pedagang makanan ringan, yaitu pedagang bermodal kecil yang ingin mendapatkan keuntungan hanya pada bulan baik bagi umat Islam.
Pedagang ini akan berbelanja bahan baku setelah mendapat pesanan dari tetangga atau rekan kerjanya. ”Pedagang tersebut hanya merupakan sebagian dari pedagang kecil yang ada suatu pasar.
Karena di pasar-pasar tradisional kebanyakan pedagangnya merupakan pedagang kecil,” kata Sully Kemala Octisari (25), akuntan yang kini aktif meneliti model pembukuan pedagang musiman. Melihat munculnya pedagang musiman itu, Sully mengajukan pertanyaan, apakah mereka berdagang sesuai proses akutansi.
Kemudian apa keuntungannya jika mereka berdagang secara akutansi. Atas pertanyaan itu, dia menjawab sendiri. ”Wajib. Pedagang kecil itu harus membuat catatan pembukuan untuk kepentingannya sendiri,”ujarnya, belum lama ini. Menurut Sully akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporan transaksi keuangan suatu organisasi atau pedagang.
Pencatatan dengan cara tertentu yang sistematis, serta penafsiran terhadap hasilnya. ”Objek kegiatan akuntansi adalah transaksi-transaksi keuangan,” katanya. Jika pedagang kecil sudah menerapkan atau menggunakan proses akutansi, pasti mereka punya laporan keuangan yang tertulis dalam sebuah buku khusus untuk mencatat segala sesuatu yang berkaitan dengan keluar masuknya uang.
Berdasarkan dari pengamatan dan diskusi dengan beberapa pedagang di pasar tradisional di sekitar Purwokerto. ”Hampir 90% pedagang sayur dan bumbu dapur jarang melakukan pencatatan keluar masuknya uang atau barang, mereka hanya melakukan pencatatan terutama nama orang yang punya hutang kepadanya dan jumlah hutangnya,”jelasnya.
Akan tetapi pedagang yang mempunyai kios tetap di pasar seperti pedagang baju, pedagang barang kelontong, pedagang buah sebagian besar sudah melakukan pencatatan. Terutama jumlah barang, harga barang, jumlah uang yang keluar, jumlah uang yang masuk, jumlah uang piutang, dan jumlah uang yang dihutang orang.
Alasan pedagang sayur tidak melakukan pencatatan adalah repot karena begitu dagangan digelar kemudian banyak yang beli, mereka harus melayani dengan cepat dan tidak ada waktu untuk mencatat. Mereka menyatakan masih ingat jumlah uang yang dibelanjakan dan harga barang atau sayur dan selama ini mereka merasa aman-aman saja.
Berbeda dengan pedagang yang sudah mempunyai kios, mereka melakukan pencatatan adalah memudahkan mereka melakukan pengecekan barang yang terjual dan yang belum terjual. Barang yang bisa dikembalikan ke distributor, jumlah uang yang sudah dibayarkan, jumlah piutang, jumlah uang yang masuk dan seterusnya.
Tujuan pencatatan agar mudah pengembangan dagangannya dan tidak akan tercampur dengan uang keluarga. ”Uang jelas keberadaannya dan mudah dalam pengecekan atau pelacakan jika ada uang yang hilang,”tuturnya. Pedagang kecil, walaupun mereka tidak paham arti ataupun keuntungan sistem akutansi,.
Namun berdasarkan kebutuhan proses berdagang mereka secara tidak sengaja sudah melakukan proses akutansi secara sederhana dan sesuai dengan kreasi mereka. Bagi pedagang yang sudah melakukan pencatatan mereka paham manfaatnya. Bagi pedagang yang belum melakukan pencatatan barang dan uang, perlu adanya sosialisasi untuk melakukan pencatatan.
Poses akutansi sederhana perlu dikenalkan kepada pedagang. ”Hal ini untuk membantu pedagang dalam proses berdagangnya, yaitu dengan semakin jelas berapa modal awal, pengeluaran, dan pendapatan harian serta berapa keuntungan yang diperoleh setiap hari,”kata Sully.
sumber suara merdeka

Rabu, 21 Juni 2017

Terminal Bayangan Ajibarang Picu Kemacetan

Terminal bayangan di sekitar depan Pasar Induk Ajibarang dan dekat jalan utama Ajibarang-Wangon makin memicu ketersendatan dan kemacetan. Potensi kemacetan itu semakin terjadi karena kepadatan lalu lintas kendaraan saat jelang lebaran ini pekan ini.
Warga pengunjung Pasar Induk Ajibarang, Agus Fatkhurrohman mengatakan, terminal bayangan berupa parkirnya angkutan pedesaan hingga mikrobus di depan pintu masuk pasar hingga di dekat kompleks Pasar Induk Ajibarang membuat jalan sebagai salah satu ruang publik untuk lalu lintas kendaraan yang lain juga menjadi berkurang.
”Akibatnya ketersendatan dan kemacetan lalu linas setiap saat bisa terjadi, terutama menjelang Lebaran ini juga sudah mulai terjadi. Kalau dibiarkan terus menerus maka bisa merugikan pengguna kendaraan lainnya,” katanya.
Terkait dengan hal itu, Agus meminta kepada petugas dinas perhubungan untuk bisa berlaku lebih tegas menertibkan perilaku awak kendaraan yang menunggu penumpang di sembarang tempat tersebut. Apalagi menjelang Lebaran, kondisi arus lalu lintas kendaraan di jalur Ajibarang Wangon dan Jalan lingkar Ajibarang juga terbilang padat.
”Jangan sampai ini berlarutlarut sehingga mengganggu kenyamanan dan keamanan pengunjung pasar. Kami berharap secepatnya ada penyelesaian yang tuntas bersama dengan permasalahan pasar lainnya,” kata dia. Kepala Pos Pengamanan di Pos Lalu Lintas Ajibarang, Iptu Mujono mengatakan kondisi arus lalu lintas di jalur Ajibarang- Bumiayu sampai dengan kemarin masih ramai lancar.
Tidak ada kejadian yang menonjol terkait dengan arus mudik Lebaran sepekan jelang lebaran ini. Meski demikian, kewaspadaan dan patroli terus digiatkan. ”Enam titik yang rawan tersendat dan macet di Ajibarang terus menjadi perhatian utama bagi petugas. Makanya selain pengaturan lalu lintas, sejumlah petugas juga turun ke lokasi dan memberikan pengarahan kepada pengguna jalan,” katanya.
Kapolsek Ajibarang, AKP Supardi yang juga Kepala Pos Pam Terpadu Ajibarang mengingatkan kepada para pemudik dan pengguna jalan untuk beristirahat ketika kelelahan. Ia menyebutkan di sejumlah titik telah tersedia berbagai pos dan tempat istirahat yang bisa dimanfaatkan.
”Jangan melanjutkan jika mengalami kelelahan, terutama bagi pemudik bersepeda motor. Silakan manfaatkan berbagai rest area atau posko mudik yang disediakan oleh polisi, dinas terkait ataupun perusahaan di sepanjang jalur tengah ini,” katanya. 
sumber Suara Merdeka

Selasa, 20 Juni 2017

Rapi Siapkan 16 Posko Bantuan Komunikasi

Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) wilayah Kabupaten Banyumas menyiapkan 16 posko untuk bantuan komunikasi (bankom) dalam rangka membantu kelancaran mengamanakan arus mudik dan balik serta liburan Lebaran tahun ini.
Ketua Bidang Organisasi dan SDM, pengurus Rapi Pusat, Wijatmoko mengatakan, dari 16 posko bankom tersebut, 10 posko berada di pos terpadu di sepanjang jalur yang dilewati arus mudik.
Mulai dari Pekuncen, Ajibarang, Lumbir, Wangon, Rawalo, Buntu, Sumpiuh, Tambak. Kemudian di Purwokerto di stasiun dan Terminal Bulu Pitu. Menurutnya, 10 posko tersebut mulai dioperasikan H-7 atau Minggu (18/6).
Sedangkan enam posko lagi mulai dioperasikan pada hari H hingga tujuh hari ke depan di kawasan objek wisata Baturraden. Bahkan di objek lain diluar Baturraden seperti Kalibacing juga akan dipasang. Di Baturraden, katanya, dipasang di lokaiwsta, Pancuran Tujuh, terminal bawah dan atas, depan kampus AKL dan gerbang masuk Mandala Wisata.
“Khusus Terminal Bulu Pitu kita pasang tiga perangkat yang langsung bisa akses dan monitor ke Kementerian Perhubungan. Satu perangkat untuk komunikasi lokal Banyumas, yang kedua untuk wilayah Jateng dan DIY dan satu lagi melayani nusantara,” katanya saat hadir dalam kegiatan sosial bagi-bagi takjil dan buka puasa bersama pengurus Rapi Lokal Kota Purwokerto, Minggu (18/6) lalu.
Menurutnya, anggota yang diterjunkan di posko dibagi dua shift. Yakni pagi dan malam. Untuk shift pagi dua anggota. Sedangkan shift malam empat orang. Bahkan ada yang mobile atau berkeliling.
Ketua Rapi Lokal Kota Purwokerto, Yohanes Sigit Sudomo mengatakan, kegiatan pemantuan arus mudik dan balik , untuk bantuan komunikasi dipuasatkan di Terminal Bulu Pitu dan Stasiun KA Purwokerto. Lokal Purwokerto, ada 120 anggota dan yang terlibat di bankom sebanyak 30 anggota.
sumber suara merdeka 

Waspadai Enam Titik Rawan Macet

Polisi mengimbau kepada warga dan pemudik untuk mewaspadai enam titik kemacetan dan rawan kecelakaan lalu lintas di jalur tengah Ajibarang. Pasalnya Ajibarang merupakan wilayah bertemunya kendaraan dari arah Jakarta-Purwokerto ataupun Yogyakarta-Bandung terutama saat arus balik lebaran.
Hal itu disampaikan Kepala Pos Pengamanan Simpang Tiga Utama Ajibarang, Iptu Mujono saat persiapan pengamanan jalur mudik dan balik lebaran di Ajibarang, Minggu (18/6) malam.
Ia menyebutkan enam titik lokasi jalan yang rawan kecelakaan dan macet di wilayah Ajibarang adalah Simpang Tiga Ciberung, Simpang Tiga Karangbawang, Simpang Tiga Pos Lalu Lintas Ajibarang, titik lokasi wisata Dream Land Park, Pancasan, Simpang Tiga Pasar Ajibarang dan Simpang Empat Pasar Hewan Ajibarang.
“Di enam titik inilah biasanya terjadi kemacetan karena bertemunya kendaraan dari sejumlah arah. Apalagi jelang lebaran dan pasca lebaran dipastikan lima titik ini akan ramai dan padat kendaraan,” katanya. Selain rawan kemacetan, enam titik lokasi ini juga rawan kecelakaan.
Untuk mengantisipasi dan meminimalisasi potensi kecelakaan itulah, para pengguna kendaraan diharapkan dapat lebih tertib dan mengutamakan keamanan dan keselamatan lalu lintas saat melintas di enam titik jalur tengah Banyumas tersebut. “Kami minta dengan semakin dekatnya waktu lebaran nanti, maka diharapkan kewaspadaan semakin ditingkatkan.
Tertib berlalu lintas dan memperhatikan rambu atau arahan petugas harusnya dilaksanakan oleh pengendara kendaraan,” katanya. Perwira Pengendali di Pos Pam Simpang Poslantas Ajibarang, Iptu Haryatmo menyatakan untuk menghadapi potensi kemacetan dan atau kecelakaan di enam titik lokasi tersebut, pihaknya akan menerapkan sejumlah langkah perlakuan.
Perlakuan itu antara lain rekayasa lalu lintas, pemasangan barikade, pengamanan turun ke jalan, patroli, pemberian petunjuk jalan kepada pengedra, pengalihan, penarikan arus hingga menempatkan personel di titik macet. “Langkah-langkah itu akan dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di lapangan.
Di Pos pam ini telah disiapkan 17 personel yang siap waspada terhadap berbagai kondisi di jalur Ajibarang yang menjadi langganan macet terutama saat arus balik lebaran ini,” ujar dia. Haryatmo mengatakan selain kerawanan kemacetan dan kecelakaan, pemudik dan pengendara kendaraan bermotor juga harus mewaspadai titik rawan kriminalitas di jalur Ajibarang-Bumiayu.
Tiga titik rawan kriminalitas itu antara lain berada di Pasar Induk Ajibarang, obyek wisata Dream Land Park, Pancasan dan Simpang Tiga Banjaranyar, Pekuncen. “Intinya jangan sampai lengah ketika di jalan, karena kelengahan di jalan raya sering dimanfaatkan oleh para pelaku kriminal untuk bertindak.
Makanya kami harap warga waspada dan aparatpun akan rutin mengecek kondisi keamanan di tiga lokasi rawan kriminalitas tersebut,” katanya. Sementara itu berdasarkan pantauan di jalur selatan, tepatnya di perempatan Buntu, arus kendaraan dari arah Jakarta dan Bandung mulai terlihat sedikit meningkat dibandingkan hari-hari biasa.
Kapolsek Sumpiuh, AKP Sardjupri, mengatakan peningkatan arus lalu lintas belum mengalami peningkatan secara signifikan. Peningkatan arus lalu diperkirakan akan mulai terjadi Jum’at (23/6) mendatang. “Sampai hari ini (kemarin) arus lalu lintas masih normal. Arus lalu lintas dari arah barat (Bandung) masih lancar, situasi arus mudik di jalur selatan ini masih kondusif.
Peningkatan kendaraan kemungkinan akan mulai terasa 23 Juni nanti,” kata dia. Untuk mengantisipasi kemacetan, polisi menyiapkan rekayasa lalu lintas di jalan utama Sumpiuh- Tambak. Apabila arus kendaraan mulai meningkat, kendaraan dari arah barat akan dialihkan melalui jalan lingkar Sumpiuh, sedangkan dari arah timur melalui jalan utama.
“Rekayasa lalu lintas itu nanti akan diterapkan situasional, tergantung kondisi lalu lintas. Kalau arusnya sudah padat, kami akan menutup dari persimpangan Kebokura, kendaraan dari arah barat lewat jalan lingkar,” ujar dia. 
sumber suara merdeka

Senin, 19 Juni 2017

Pemudik Mulai Berdatangan Warung Dadakan Menjamur

Sepekan menjelang Lebaran 2017, kendaraan pemudik yang bernomor polisi luar daerah sudah mulai terlihat di jalur tengah dan selatan Kabupaten Banyumas.
Menyambut pemudik, sejumlah warga tepi jalan nasional pun mendirikan warung dadakan. Tak hanya pengguna mobil pribadi, para pemudik bersepeda motor pun sudah mulai terlihat melintas di wilayah Banyumas khususnya melalui jalur Bumiayu- Pekuncen sejak Jumat (16/6).
Para pemudik bersepeda motor bahkan sudah banyak terlihat singgah istirahat di warung-warung dadakan di tepi jalur tersebut. Warga Kranggan, Kecamatan Pekuncen, Falinda mengatakan, keramaian kendaraan pemudik sudah mulai terlihat kurang dari sepekan lebaran.
Akibat keramaian tersebut, kondisi jalur Ajibarang Bumiayu sudah mulai terlihat padat sejak Jumat-Sabtu (15- 16/6) kemarin. “Memang harus hati-hati dan mengutamakan keselamatan ketika kita keluar rumah lewat jalan raya. Karena sekarang saja sudah mulai ramai, apalagi ditambah warga umum yang berbelanja dan kesibukan lainnya,” katanya.
Pedagang Tiban
Sepekan jelang lebaran ini, sejumlah pedagang tiban juga sudah mulai mempersiapkan warung dadakan di tepi jalur utama. Para pedagang tiban ini memanfaatkan areal tepian jalan khususnya jalur Ajibarang-Pekuncen untuk berjualan aneka makanan ringan, berat hingga minuman.
Sebagian dari mereka baru saja mendirikan bangunan semi permanen dan sebagian lainnya bahkan sudah mulai berjualan. Pedagang tiban asal Paguyangan, Brebes, Heru Wijayanto mengatakan, momen arus mudik dan balik Lebaran adalah momen untuk mencari berkah secara ekonomi. Dengan mendirikan warung dadakan secara sederhana, para pedagang berharap bisa mendulang untung dari sebagian rejeki pemudik yang mampir ke warung mereka.
“Ini menjadi momen buat kami untuk mendapatkan penghasilan tambahan saat jelang dan setelah hari raya. Sebagaimana tahun lalu, kami tahun ini juga akan berdagang memanfaatkan momen libur bekerja,” kata Heru yang juga pekerja di salah satu distibutor produk rumah tangga di Cilongok.
Untuk bisa mendirikan warung dadakan, Heru mengaku harus mengeluarkan uang hingga Rp 2 juta untuk mendirikan warung sederhana, sewa tempat, hingga sewa gerobak dagangan. Dengan modal patungan dengan saudaranya tersebut, Heru berharap bisa berdagang makanan mulai dari soto, minuman, gorengan, dan sebagainya.
“Jauh-jauh hari memang kami sudah menyiapkan tempat, sewa gerobak dan belanja keperluan berdagang. Ini dilaksanakan supaya ketika nanti telah datang waktunya segera kita akan menggelar dagangan untuk menyambut kedatangan pemudik,” jelas dia.
sumber suara merdeka

Pembangunan Pasar Jatilawang



Tahun ini Pasar Jatilawang direncanakan akan dilakukan pembangunan tahap 3, setelah sebelumnya pembangunan tahap 1 dan 2 dan diresmikan oleh Bupati Banyumas tapi ada sedikit penyelesaian untuk segera dikerjakan karena pembangunan belum sepenuh tuntas seperti renovasi  pasar terutama di sisi barat dan kemungkinan pembongkaran kios lama di sisi selatan.
Data yang saya peroleh dari LPSE Kabupaten Banyumas bahwa tahun 2017  dianggarkan senilai Rp 2.2 miliar.
Sedangkan pembangunan tahap 1 dan 2 masing masing sekitar 4 miliar sehingga anggaran yang sudah dikeluarkan selama dua tahun terakhir sekitar 8 miliar, pembangunan tahap 1 berupa gedung sisi timur dan pembangunan tahap 2 berupa gedung sisi barat , tentu saja ini tidak bisa dibandingkan dengan pembangunan pasar manis Purwokerto yang mana untuk tahap 1 saja sudah dapat anggaran 10 miliar.
Namun ini tetap menjadi sebuah kemajuan bagi kecamatan kecamatan di luar kota Purwokerto yang membutuhkan prasarana ekonomi salah satunya pasar tradisional yang lebih memadai.
Berikut ini hasil pantauan saya setelah pasar Jatilawang ini diresmikan oleh Bupati Banyumas.
img_20170617_112349.jpgimg_20170617_114543.jpgimg_20170617_115720_1.jpgimg_20170617_114543_1.jpgimg_20170617_115732_1.jpgimg_20170617_115720.jpgimg_20170617_115732.jpgimg_20170617_114021.jpg

Lima Jalur Alternatif di Kabupaten Banyumas Disiapkan Sambut Pemudik

Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas menyiapkan lima jalur alternatif untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat arus mudik dan arus balik Lebaran.
Lima jalur tersebut, menurut Kepala Bidang Prasarana Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Banyumas Achmad Riyanto, antara lain Ajibarang Lesmana Jatilawang, Lumbir Ajibarang, Somagede Kemranjen, Legok Cilongok, serta Notog Cilongok.
Jalur-jalur alternatif tersebut sejauh ini telah disiapkan baik sarana maupun prasarananya. Salah satunya seperti ramburambu tambahan untuk memandu para pemudik yang melintas di jalur tersebut. Beberapa waktu lalu, dikatakan Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas Dishub Banyumas R Hermawan, pihaknya telah melakukan pengecekan jalur terakhir.
Hal itu dilakukan untuk mengetahui kondisi terakhir jalurjalur tersebut. “Sudah dilakukan pengecekan terakhir, untuk mengetahui apakah jalan itu ada kerusakan, apakah ada lokasi yang perlu ditambah rambu. Dan untuk penambahan rambu, sudah selesai dilakukan 15 Juni lalu,” tuturnya.
Sementara itu, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas juga telah menyiapkan jalan kabupaten sepanjang 138,04 kilometer, yang juga menjadi jalur alternatif saat arus mudik dan arus balik Lebaran. Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas, Achmad Setiawan, mengatakan, jalan kabupaten yang mendapat penanganan tersebar sejak dari perbatasan wilayah Kabupaten Banyumas – Kabupaten Brebes, di sebelah barat sampai dengan perbatasan Kabupaten Banyumas – Kabupaten Cilacap di sebelah selatan.
“Total jalan kabupaten yang dapat menjadi jalan alternatif saat mudik ada 24 ruas, panjangnya mencapai 138,04 kilometer,” ungkapnya. Mengenai kondisi jalan tersebut, menurutnya, sebagian dalam kondisi baik, sebagian lagi dalam kondisi rusak.
Jalan yang rusak saat ini sudah ditangani. Dia mencontohkan penanganan yang sudah dilakukan salah satunya di Jalan Danaraja – Banyumas. “Kondisi jalan kabupaten yang bisa menjadi jalan alternatif ada yang baik, ada juga yang rusak, yang rusak sudah ditangani, ada juga yang masih proses penanganan seperti di Jalan Sokaraja – Kalianja,” tuturnya.
Khusus di ruas Jalan Sokaraja – Kalianja, penanganan kerusakan jalan akan dilakukan dengan lapis fondasi atas (LPA). Dia mengatakan, pada ruas jalan tersebut dalam waktu dekat juga akan mendapat peningkatan jalan, yang nantinya akan dilakukan sampai dengan pelapisan menggunakan aspal hotmix.
Mengenai penanganan, menurutnya, ditargetkan dapat selesai sebelum Lebaran mendatang. Sebab, kata dia, seluruh pekerjaan pada H-7 Lebaran harus sudah selesai. Dengan demikian, pihaknya berupaya pemeliharaan jalan di 24 ruas jalan kabupaten tersebut dapat selesai sebelum H-7 Lebaran.
sumber suara merdeka

Kamis, 15 Juni 2017

Inovasi Desa Wisata sebagai Daya Tarik

Jangan Buat Desa Wisata Tiruan
Daya Tarik Perlu Diperbarui





PURWOKERTO - Sejumlah desa di wilayah Banyumas, akhir-akhir ini makin berhasrat menjadi desa wisata. Akan tetapi, pengembangannya dinilai hanya meniru tempat yang sudah dikenal terlebih dahulu. Pelaku wisata, Narco Icuk menilai, semakin banyak jumlah desa wisata di Banyumas sejatinya sangat menggembirakan.
Akan tetapi, perkembangannya terkesan hanya ikut-ikutan desa lain di kabupaten tetangga. “Saya pernah mencoba mengembangkan memakai hammock (tempat tidur gantung) sebagai salah satu fasilitas di desa yang didampingi. Ternyata ada desa yang ikutikutan,” kata fasilitator desa di Purbalingga ini, Rabu (14/6).
Menurut dia, sejatinya pengembangan desa wisata harus mempertimbangkan potensi lokal yang sudah tumbuh di masyarakat. Jangan sekadar meniru tren desa wisata lain yang sudah lebih dahulu laris. Dia mencontohkan, keberadaan selfie deck, rumah pohon, dan lainnya di beberapa desa wisata di Jawa Tengah yang sangat mudah ditemui. Para pegiat desa wisata semestinya mampu membuat inovasi lain yang lebih menarik.
“Perlu ada inovasi yang baru dan aktivitas wisata lainnya. Tidak hanya mengembangkan lokasi untuk berfoto,” kata dia. Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Saptono mengatakan, kendala pengembangan desa wisata yang dialami oleh Banyumas adalah daya tarik yang monoton, pelayanan, dan masalah parkir.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang belum mampu diselesaikan. “Sejak tren desa wisata naik, banyak yang membuat lokasi berfoto di dekat objek wisata alamnya. Pola ini yang harus diperbaiki,” ujarnya.
Menurut Saptono, daya tarik yang ada di desa wisata harus selalu diperbarui secara berkala. Hal itu tentunya tidak akan membuat pengunjung merasa bosan. Selain itu, kata dia, pelayanan kepada wisatawan juga harus ditingkatkan. Misalnya dengan membuat atraksi seni budaya dan paket aktivitas minat khusus dan kuliner khas yang tidak membosankan.
“Perlu disadari, wisatawan yang datang ke sebuah destinasi wisata adalah mencari hal baru yang belum pernah dijumpai. Jika daya tariknya itu-itu saja, tentu membosankan,” tandasnya. Saptono berjanji akan mendorong sumber daya manusia dan kelembagaan Kelompok Sadar Wisata. Tujuannya untuk meningkatkan pelayanan dengan menambah aktivitas serta memperbaiki metode promosi. 

Perlu Inovasi Baru

PERKEMBANGAN desa wisata di sebuah daerah membutuhkan kreasi pemikiran dan inovasi yang selalu baru. Selain itu dibutuhkan pula penguatan kelembagaan dan pelayanan yang maksimal bagi pengunjung.
Pengamat pariwisata dan ekonomi kreatif Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Dr Rawuh Edy Priyono MS menilai, inovasi dan kreasi ini ibarat hukum alam di dunia pariwisata Pengelolanya dituntut untuk menyuguhkan sesuatu yang baru dan belum ada di tempat lain.
“Untuk langkah awal, amati, meniru dan memodifikasi desa wisata lainnya memang perlu. Tapi jangan berhenti sampai disitu, harus dikembangkan lagi,” ujar staf pengajar Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unsoed ini. Menurut Rawuh, kreasi itu bisa dimunculkan dengan menggali potensi yang sudah ada di desa. Lalu dikembangkan menjadi daya tarik baru dan atraksi baru.
Daya tarik yang berbeda ini, kata dia, menjadi keunggulan dan daya saing. Pasalnya, desa lain tidak akan mampu meniru ciri khas tersebut. Dia mencontohkan, di Banyumas, ada Desa Tambaknegara di Kecamatan Wangin yang memiliki keunikan seni dan budayanya.
Di sana, juga sudah ada objek wisata milik pemerintah yaitu Kalibacin. “Tinggal bagaimana cara mengemasnya, dilengkapi dengan homestay dan aktivitas yang selalu tersedia saat ada pengunjung. Promosinya juga harus lebih gencar,” katanya.
Desa berkarakter lainnya, kata Rawuh, yakni Desa Kemutug Lor di Baturraden. Pegiat wisata desa tersebut tidak hanya mengandalkan objek wisata alam seperti air terjun, tapi juga beraktivitas lain seperti belajar memerah susu, merawat sapi hingga membajak sawah.
“Selain itu, atraksi dan destinasi yang dikelola sebaiknya menonjolkan ciri khas desa. Mulai dari suasana, panorama alam, kuliner, keramahannya dan cinderamata. Karakteristik itu akan menjadi faktor pembeda antara desa wisata satu dengan lainnya,” kata dia. 
sumber suara merdeka

Rabu, 14 Juni 2017

Pemandangan Alam Pekodokan Desa Wlahar Wangon

Foto Kiriman Basuki dkk
img-20170611-wa0006.jpgimg-20170611-wa0005.jpgimg-20170608-wa0018.jpg

Foto Kiriman Umiyati
fb_img_1497447996415.jpgfb_img_1497447980791.jpgfb_img_1497447962701.jpgimg-20170611-wa0006.jpg

Pekodokan adalah sebuah kampung di desa Wlahar Kecamatan Wangon, sebuah desa yang berada di sisi utara di kecamatan Wangon dan berbatasan dengan 2 kecamatan lain yaitu Purwojati dan Ajibarang. memiliki pemandangan yang masih asri terutama hutan pinusnya . Jika Pemerintah Desa atau Kecamatan serius mengelola daerah ini menjadi tujuan wisata maka itu tidak mustahil, karena wisata seyogyanya adalah tempat rekreasi untuk melepas penat dan lelah dan menghibur diri , dan wisata alam tidak dibatasi harus memiliki gua atau air terjun, Kelola lah alam apa adanya dengan tambahan fasilitas rest area dan kuliner, budaya desa atau kesenian, hasil pertanian apa saja, kerajinan rakyat apa saja, jika dikemasmenjadi satu maka itu bisa menjadi daya tarik wisata.

Wikipedia Bahasa Banyumasan

wikiwiki2
Banyumas adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah tapi rumpun budaya Banyumasan atau bahasa Banyumasan adalah dialek atau sub budaya yang berkembang bukan hanya di kabupaten Banyumas tapi beberapa kabupaten lain baik kawasan eks karesidenan Banyumas atau daerah lain yang memiliki unsur bahasa yang mayoritas banyak kesamaan.
Dari segi umur bahasa konon ini merupakan salah satu bahasa tertua di Pulau Jawa atau nusantara yaitu bahasa yang banyak digunakan dan banyak kemiripan dengan masyarakat era Majapahit dan sebelumnya.
di Banyumas sendiri salah satu tokoh yang banyak berjasa memperkenalkan nilai nilai budaya dan bahasa Banyumas adalah Ahmad Tohari melalui karya sastranya baik berupa novel, cerpen dan sebagainya disusupi kalimat kalimat khas yang mencirikan gaya hidup atau budaya Banyumas , melalui penggambaran interaksi tokoh maupun keadaan alam .
Nah belum lama ini beliau juga berjasa membantu menyelesaikan al Quran terjemahan bahasa Banyumasan . Di pihak lain beberapa putra Banyumas yang memiliki keahlian di bidang teknologi juga   berhasil kamus android bahasa Banyumas. Ini adalah kebanggan bagi kita. semoga bahsa Banyumas tetap dilestarikan oleh para penuturnya.
Dan salah satu yang perlu kita ketahu ternyata Bahasa Banyumas juga diakui oleh wikipedia , sebuah portal berbagi informasi terkenal yang ternyata mengakomodir tulisan berbahsa Banyumas. semoga wikipedia juga bisa menjadi media kita berbagi informasi dan menggali banyak hal yang tentunya sangat bermanfaat bai kelestarian bahasa Banyumasan.
Untuk wikipedia berbahasa banyumas  bisa di lihat di
https://map-bms.wikipedia.org/wiki/Kaca_Utama

Senin, 12 Juni 2017

Parkir di Pasar Ajibarang Bayar Sekali

Pembayaran parkir satu kali di Pasar Induk Ajbarang terus disosialisasikan oleh berbagai pihak termasuk Pemerintah Kecamatan Ajibarang.
Hal ini dilaksanakan supaya pengunjung pasar dapat mengetahui adanya pembenahan pengelolaan perparkiran yang kini berada di bawah Pemkab Banyumas.
Camat Ajibarang, Eko Heru Surono mengatakan, penetapan parkir satu kali saat masuk ke wilayah Pasar Ajibarang itu adalah bagian dari implementasi dari Perda Perparkiran.
Hal itu juga telah ditegaskan dalam pertemuan antara pengelola parkir baru dengan para personel petugas parkir yang baru dibentuk dengan difasilitasi oleh Bupati Banyumas, Achmad Husein.
“Semoga apa yang telah menjadi kesepakatan dan keputusan pekan lalu dapat dijalankan sebagaimana mestinya sehingga parkir di Pasar Ajibarang dapat lebih tertib. Pengunjung pasar pun tak perlu harus mengeluh karena adanya parkir ganda,” jelasnya, kemarin.
Jaga Kondusivitas
Adapun, kata Eko Heru, sosialisasi tentang perparkiran yang baru juga telah dilaksanakan melalui pertemuan pekan lalu hingga melalui jejaring media sosial Facebook. Ia berharap dengan pengelolaan baru, manajemen perparkiran di Pasar Ajibarang menjadi lebih baik. “Semoga semua pihak bisa saling menjaga kondusivitas suasana pasar dari sekarang hingga seterusnya.
Apalagi Pasar Ajibarang adalah pasar terbesar di wilayah Banyumas,” kata dia. Ketua Pengelola Parkir Pasar Induk Ajibarang, Koco Suroso menyatakan, pihaknya terus mempersiapkan dan memulai pengelolaan parkir yang kini telah menjadi kewenangan Pemkab Banyumas.
Konsolidasi hingga penyiapan personel dengan manajemen baru terus dilaksanakan. Perubahan manajemen yang baru ini memang memerlukan kekompakan personel parkir yang kini telah berjumlah sekitar 92 personel.
Untuk itulah ia berharap semua pihak dapat terus menyosialisasikan perpakiran yang baru sekarang ini. “Pengunjung pun harus mengetahui, kalau sekarang retribusi hanya ditarik pada saat masuk Pasar Ajibarang. Jadi, tidak ada lagi penarikan parkir di dalam pasar,” jelasnya.
Sementara itu, lanjut Koco, sosialisasi tentang perparkiran yang baru ini juga akan dilaksanakan langsung oleh Bupati Banyumas, Achmad Husein, Senin (12/11) ini. Sebelumnya sosialisasi parkir oleh Bupati pada Sabtu (10/6) namun karena berhalangan, terpaksa belum dapat dilaksanakan. 

berita sebelumnya

Sosialisasi Parkir Diintensifkan

Pengelola Parkir Pasar Induk Ajibarang yang baru saja terbentuk, mulai kemarin (9/6), mulai mengintensifkan koordinasi dan konsolidasi dengan para personel petugas parkir yang ada. Selain itu sosialisasi tentang mekanisme parkir yang baru juga bertahap dilaksanakan. Ketua Pengelola Parkir Pasar Ajibarang, Koco Suroso mengatakan pembenahan manajemen akan terus dilaksanakan untuk membuat gerak organisasi lebih efektif.
Hal ini juga dilaksanakan supaya pelayanan perparkiran kepada warga juga bisa berjalan lancar, aman dan nyaman. Selain itu manajemen juga akan menghitung formulasi untuk kesejahteraan bagi para personel petugas parkir.
”Selain peningkatan pelayanan terhadap pelanggan parkir, kita juga akan mendorong supaya parkir satu kali ini benar-benar efektif sebagaimana diamanatkan Perda Perparkiran di Banyumas. Untuk itulah konsolidasi personel akan terus kami lakukan,” katanya.
Koco Suroso mengakui sehari pascapertemuan dengan Bupati Banyumas di Pendapa Ajibarang, kegiatan perparkiran di Pasar Induk Ajibarang belum berjalan sebagaimana mestinya. Meski demikian, secara bertahap bersama dengan pemerintah daerah dan aparat terkait pihaknya akan terus mendorong sosialisasi dan kampanye mekanisme pelayanan parkir yang baru.
Parkir Sesuai Regulasi
”Jadi nantinya pengunjung pasar akan dipungut retribusi parkir saat mereka masuk lewat pintu Pasar Ajibarang yang ada. Setelah itu mereka bebas parkir di mana saja dan kendaraan akan dijaga oleh petugas parkir yang telah ada,” katanya. Sabtu (10/6) ini, Bupati Banyumas, Achmad Husein juga rencananya akan meninjau dan mengecek langsung kondisi langsung perparkiran di Pasar Induk Ajibarang.
Ia akan memastikan pengelola parkir baru yang berada di bawah kewenangan Pemkab Banyumas dapat menjalankan layanan parkir sesuai regulasi yang berlaku di Banyumas. ”Kalau di Pasar Sokaraja dan pasar lainnya di Banyumas telah tertib, maka di Pasar Induk Ajibarang harusnya juga bisa dilaksanakan.
Jangan sampai keluhan demi keluhan akibat parkir ganda ini terjadi lagi. Sabtu (9/6) saya akan ke sana (Pasar Ajibarang) lagi untuk mengecek langsung,” tegasnya usai pertemuan di Pendapa Kecamatan Ajibarang, Kamis (8/6). Kepala Polsek Ajibarang, AKP Supardi dan Komandan Koramil Ajibarang, Kapten Inf Paino juga menegaskan aparat terkait siap mendukung terselenggaranya perparkiran di Pasar Ajibarang yang sesuai dengan peraturan perundangundangan daerah yang berlaku di Banyumas.
Mereka meminta kepada pengelola parkir beserta personel petugas parkir yang telah dibentuk untuk bisa memberikan layanan terbaik kepada para pengunjung, pedagang pasar. ”Kami juga minta semua pihak turut menjaga kondusivitas, keamanan dan ketertiban di Pasar Induk Ajibarang

. Kami berharap personel petugas parkir juga bisa menyesuaikan manajemen parkir yang baru. Karena masalah rejeki tidak akan terlewat,” jelas AKP Supardi kepada para personel petugas parkir. 
sumber suara merdeka

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...