JALAN PROTOKOL: Jalan Jendral Soedirman Purwokerto di sore hari
Wacana jalan satu arah di Perkotaan Purwokerto perlu dikaji secara menyeluruh. Berbagai dampak yang ditimbulkan perlu diantisipasi, baik dampak positif maupun negatif. Sekretaris Organda Banyumas Is Heru Permana menyebutkan, kondisi saat ini dinilai sudah jauh lebih baik, terutama di bidang bisnis transportasi dan ekonomi usaha. “Jika dibandingkan kebijakan jalan satu arah yang sebelumnya sudah dilakukan Pemkab Banyumas beberapa tahun belakangan. Kondisi sekarang sudah cukup baik,” ujarnya. Kondisi lalu lintas di kota Purwokerto semakin padat. Untuk mengatasi kemacetan, disiapkan strategi perencanaan penerapan jalur searah di sejumlah jalan. Ketua Komisi B, Subagyo mengatakan, dewan siap memberikan dukungan untuk mengatasi kemacetan dan akan menyiapkan regulasi untuk penataan arus lalu lintas. “Bila memungkinkan tidak hanya untuk jalan jalur pendek yang selama ini tergolong sempit dan padat. Bila perlu jalan protokol seperti Jalan Jenderal Sudirman. Kalau memungkinkan dibuat empat lajur, karena ke depan lalu lintas pasti makin padat dengan penambahan jumlah kendaran tiap tahun,” kata wakil rakyat dari Fraksi PDI Perjuangan ini. Menurutnya, kasus seperti di Jalan Masjid, kompleks Gedung DPRD dan Kantor Bupati, hampir setiap hari padat dan macet. Apalagi saat ada kegiatan di kabupaten, DPRD maupun Alun-alun. Karena itu, wacana dibuat satu arah bisa dari selatan atau utara, sangat memungkinkan segera direalisasikan. Sejumlah jalan di Purwokerto yang masuk jalur pendek dan padat lalu lintas, lanjut dia, antara lain Jalan RA Wiratmaja, Jalan Ragasemangsang, Jalan Merdeka, Jalan Pierre Tendean, Jalan Katamso, Jalan MT Haryono, dan Jalan Kaliputih. Kemudian kompleks depan Moro maupun Jalan S Parman bagian utara. Subagyo mendorong dinas teknis untuk segera melakukan kajian dan menyerap masukan dari berbagai kalangan masyarakat. “Memungkinkan jalan-jalan pendek di kota dibuat satu arah, tapi kami serahkan ke dinas teknis dan ahlinya untuk mengkaji. Untuk jangka panjang ini bisa jadi masukan untuk diperhatikan,” ujarnya. Sementara itu, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika menilai pembatasan jam melintas lebih efektif. Kepala Dinhubkominfo Kabupaten Banyumas Santosa Eddy Prabowo menjelaskan, cukup banyak usulan yang berkaitan dengan pemberlakuan jalan satu arah. Namun hal itu dinilai tidak terlalu efektif diterapkan di wilayah Purwokerto, karena kepadatan lalu lintas hanya terjadi pada waktu tertentu saja. “Ramainya kan hanya pada jam-jam tertentu saja, jadi cukup dengan pembatasan jam melintas saja sebenaranya sudah efektif,” katanya. Menurutnya, beberapa ruas jalan yang ada di Purwokerto saat ini sudah diterapkan aturan jam melintas, seperti di ruas Jalan Jenderal Suprapto, ruas Jalan Gereja, ruas Jalan Ragasemangsang hingga ruas Jalan Gatot Subroto Barat. Eddy menambahkan, sampai saat ini beberapa jalan yang diberlakukan sistem jam melintas sudah cukup berjalan lancar. “Seperti di Jalan Gereja, itu baru sekitar tahun lalu diterapkan batasan jam melintas. Sampai sekarang cukup lancar, terutama pada pagi hari,” ujarnya. Untuk jalan searah terutama di wilayah perkotaan, kata Eddy, dinilai cukup berisiko. Pasalnya, laju kendaraan pada jalan searah kerap menggunakan kecepatan tinggi. “Nanti takutnya kendaraannya malah pada ngebut, apalagi kendaraan roda dua,” jelasnya. Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinhubkominfo Kabupaten Banyumas Achmad Riyanto mengatakan, upaya penerapan jalan searah perlu dilakukan kajian terlebih dahulu. Pasalnya, pemberlakukan jalan searah harus dipikirkan juga dampak negatif dan positifnya. “Mengenai wacana tersebut kami belum mengetahuinya. Namun memang perlu ada kajian dulu kalau memang mau direalisasikan,” ujarnya. |
Jalur Searah di Purwokerto Perlu Kajian Secara Menyeluruh
Wacana jalan satu arah di Perkotaan Purwokerto perlu dikaji secara menyeluruh. Berbagai dampak yang ditimbulkan perlu diantisipasi, baik dampak positif maupun negatif. Sekretaris Organda Banyumas Is Heru Permana menyebutkan, kondisi saat ini dinilai sudah jauh lebih baik, terutama di bidang bisnis transportasi dan ekonomi usaha. “Jika dibandingkan kebijakan jalan satu arah yang sebelumnya sudah dilakukan Pemkab Banyumas beberapa tahun belakangan. Kondisi sekarang sudah cukup baik,” ujarnya. JALAN PROTOKOL: Jalan Jendral Soedirman Purwokerto di sore hari Menurutnya, dengan kondisi jalan saat ini, Purwokerto jauh lebih dinamis. Hal itu karena kemudahan akses jalan di Purwokerto, sehingga orang tidak perlu lagi memutar untuk menuju suatu tempat, terutama berkaitan dengan waktu tempuh. Is Heru menjelaskan, wacana jalan satu arah akan berdampak pada usaha transportasi umum di dalam kota. Sehingga perlu ada kajian secara menyeluruh berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan. Namun dia mengaku tidak menolak wacana tersebut, hanya saja untuk saat ini dinilai belum diperlukan. “Sekarang beberapa jalan juga masih ada yang satu arah. Namun kalau kepadatan atau kemacetan sudah tidak bisa dihindarkan lagi, mungkin jalan satu arah bisa jadi solusi. Namun sifatnya insidental saja,” ujarnya. Dia menyampaikan, untuk saat ini peningkatan infrastruktur jalan seharusnya lebih digencarkan oleh pemerintah. Pasalnya, sejumlah ruas jalan yang ada di perkotaan dinilai sudah tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang didominasi kendaraan pribadi. “Perbandingan kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan saat ini sudah sangat jauh. Hal itu yang kerap menimbulkan kepadatan lalu lintas,” jelasnya. Oleh karena itu, perlu ada upaya khusus juga dari pemerintah untuk lebih memajukan sektor transportasi dalam kota, khususnya untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan Purwokerto. “Perlu ada koordinasi lebih lanjut antara pemerintah dan pengusaha angkutan, sehingga bisa meningkatkan kualitas pelayanan, terutama waktu tempuh, termasuk untuk mengurai kepadatan akibat banyaknya angkutan yang ngetem,” jelasnya |
Dua arah saja dech pak.. biar saya gak muter2...
BalasHapuslagipula kemacetannya jg belum begitu parah kayak Jakarta :)
sepertinya bakal diterapkan tuh...
BalasHapus