Pembangunan Berbagai Fasilitas dan Gedung Baru
credit to Makmurs
saat ini sedang membangun perpustakaan 4 lantai + 1 basement di samping gedung rektorat
Progres perpus iain
Menag Resmikan IAIN Purwokerto
Rabu, 27 Mei 2015
Menag Resmikan IAIN PurwokertoMenag Lukman Hakim Saifuddin menandatangani prasasti peresmian gedung rektorat sekaligus meresmikan IAIN Purwokerto-Banyumas, Selasa (26/5). (foto:rus/dm).
http://static.antaranews.com/foto/84355/menag-resmikan-iain-purwokerto
Sejarah Perubahan status
Quote:
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto merupakan pengembangan dan alih status dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 139 tahun 2014 tentang Perubahan STAIN Purwokerto menjadi IAIN Purwokerto. Secara historis, STAIN Purwokerto juga merupakan alih status dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1964-1994) dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang (1994-1997) yang berkedudukan di Purwokerto.
Secara embrional, IAIN Purwokerto diilhami oleh pidato Menteri Agama RI, Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, saat peresmian Sekolah Persiapan (SP) IAIN (sekarang menjadi MAN 1) yang antara lain mengharapkan kepada para pendiri SP IAIN agar usaha pendidikan formal tidak berhenti sampai tingkat Aliyah (SLTA) saja. Akan tetapi, pendidikan formal tersebut dilanjutkan dengan usaha mendirikan fakultas-fakultas agama, yang pada saatnya dapat dimasukkan ke dalam Institut Agama Islam Negeri (Al-Djami’ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah) Yogyakarta, sehingga dapat memberi kesempatan belajar lebih lanjut kepada lulusan SP IAIN khususnya, dan SLTA pada umumnya.
Ajakan Menteri Agama RI tersebut kemudian disambut oleh K.H. Muslich, yang ketika itu, selain sebagai ketua Yayasan Al-Hidayah, Pendiri SP IAIN, juga anggota DPRGR, Anggota MPRS, serta anggota Dewan Perancang Nasional, dengan mengajak tokoh-tokoh muslim Banyumas lainnya, antara lain: H.O.S. Noto Soewiryo (Kepala Pengawas Urusan Agama Karesidenan Purwokerto); Drs. Muzayyin Arifin (Ketua SP IAIN Purwokerto); K.H. Muchlis (Penghulu pada Kantor Urusan Agama di Purwokerto), dan Muhammad Hadjid (seorang pengusaha di Purwokerto) untuk mendirikan Badan Wakaf Al-Djami’ah Sunan Kalijaga. Tugas utama badan wakaf ini adalah mendirikan lembaga pendidikan tinggi agama di Purwokerto dengan segera.
Usaha keras Badan Wakaf yang diketuai oleh K.H. Muslich tersebut memperoleh simpati dan dukungan dari masyarakat luas. Oleh karenanya, pada 10 November 1962, Badan Wakaf Al-Djami’ah Sunan Kalijaga mendirikan Fakultas Tarbiyah Al-Djami’ah Sunan Kalijaga. Kemudian, pada tahun itu pula, 12 Desember 1962, Badan wakaf Al-Djami’ah Sunan Kalijaga secara resmi diakte-notariskan sebagai badan hukum yang mendirikan dan mengelola fakultas tersebut.
Setelah hampir dua tahun Fakultas Tarbiyah Al-Djami’ah Sunan Kalijaga Purwokerto berjalan, para pendiri yang dibantu para Residen Banyumas, melalui Rektor IAIN Al-Djamiah Al-Hukumiyah Yogyakarta mengusulkan kepada Menteri Agama agar Fakultas Tarbiyah Al-Djami’ah Sunan Kalijaga Purwokerto dinegerikan.
Akhirnya, dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 68 Tahun 1964 Tanggal 9 September 1964, Fakultas tersebut dinegerikan dan menginduk kepada IAIN Al-Djami’ah Al-Hukumiyah Yogyakarta, yang kemudian berubah namanya menjadi IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Serah terima penegerian Fakultas Tarbiyah Purwokerto sekaligus penggabungannya dengan IAIN Sunan Kalijaga dilakukan pada 3 Nopember 1964. Sejak saat itu, Fakultas Tarbiyah Al-Djami’ah Sunan Kalijaga Purwokerto resmi menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Purwokerto.
Selanjutnya, atas dasar pertimbangan geografis dan efisiensi pembinaan teknis kewilayahan berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 385 Tahun 1993, Nomor 394 Tahun 1993, dan Nomor 408 Tahun 1993, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Purwokerto dilimpahkan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kepada IAIN Walisongo Semarang. Serah terima pengindukan dari IAIN Sunan Kalijaga kepada IAIN Walisongo itu baru bisa dilaksanakan pada 13 Desember 1994. Sejak saat itu, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Purwokerto berubah menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Purwokerto.
Kemudian, dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada 21 Maret 1997, maka Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Purwokerto menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, sebagai perguruan tinggi yang mandiri untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan kualitas.
Perubahan status dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Purwokerto menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto ini memberi otonomi yang besar dan peluang yang banyak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki STAIN Purwokerto sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi civitas akademika, dengan cara membuka Jurusan dan Program Studi baru, serta melakukan penyempurnaan kurikulum dan melakukan reformasi dalam berbagai aspek.
Pada tahun 2012 STAIN Purwokerto membuka Pascasarjana Strata 2 (S-2) yaitu Program Studi Hukum Ekonomi Syari`ah (HES) dan Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 164 Tahun 2014 tentang Izin Penyelenggaraan Prodi, STAIN membuka program studi untuk Strata I (S.I) yaitu program studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) dan Manajemen Dakwah (MD).
Pada tahun 2014, status STAIN Purwokerto berubah dari SEKOLAH TINGGI menjadi INSTITUT. Perubahan status ini ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 139 tahun 2014. Seiring dengan alih status menjadi IAIN, terjadi penambahan 10(sepuluuh) program studi strata satu (S-1) baru berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 547 Tahun 2015 dan 4 program studi jenjang pascasarjana strata dua (S-2). Sampai saat ini IAIN Purwokerto mengelola 22 prodi S-1, 6 prodi S-2, dan 1 prodi Diploma III.
http://www.iainpurwokerto.ac.id/index.php/id/profil/sejarah
|
Presiden Setujui Alih Status STAIN ke IAIN
Quote:
SAMARINDA – Presiden Republik Indonesia (RI) Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyetujui perubahan alih status Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Persetujuan tersebut diberikan SBY sebelum resmi digantikan oleh Joko Widodo sebagai Presiden yang ketujuh di RI pada Senin, (20/10).
“Alhamdulillah, Presiden SBY sudah menandatangani perubahan alih status STAIN menjadi IAIN. Hal ini tentu menjadi sebuah kebanggaan bagi seluruh keluarga besar STAIN Samarinda,” ungkap Mukhamad Ilyasin kepada Koran Kaltim. Dari data diterima media ini, selain STAIN Samarinda, Presiden RI juga menyetujui perubahan alih status menjadi IAIN pada delapan STAIN lainnya yang tersebar di Indonesia, seperti STAIN Manado, STAIN Palopo, STAIN Kendari, STAIN Jember, STAIN Salatiga, kemudian STAIN Purwokerto, STAIN Palangkaraya serta STAIN Cot Kuala. “Delapan STAIN yang ada tersebut ke depan juga akan segera beralih status menjadi IAIN, sama halnya seperti dengan STAIN Samarinda,” tuturnya.
http://www.korankaltim.com/presiden-setujui-alih-status-stain-ke-iain/
|
Jokowi Resmikan Perubahan Status IAIN Raden Fatah Jadi UIN
Quote:
SRIPOKU.COM, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengumumkan pengubahan status 12 perguruan tinggi Islam di Istana Negara, Jumat (19/12/2014). Perubahan status seluruh perguruan tinggi itu mulai dari sekolah tinggi menjadi institut dan institut menjadi universitas.
"Dengan mengucap bismillahirahmanirahim, saya resmikan 9 STAIN menjadi IAIN dan tiga IAIN menjadi UIN," ujar Jokowi.
Sembilan sekolah tinggi agama Islam negeri yang diubah menjadi Institut Agama Islam Negeri yakni IAIN Samarinda, IAIN Palangkaraya, IAIN Kendari, IAIN Manado, IAIN Jember, IAIN Salatiga, IAIN Purwokerto, IAIN Palopo, dan IAIN Langsa.
http://palembang.tribunnews.com/2014/12/19/jokowi-resmikan-perubahan-status-iain-raden-fatah-jadi-uin
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar