Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Kamis, 31 Agustus 2017

Karang Penginyongan Alternatif Wisata Banyumas Berbasis Budaya

Karang Penginyongan adalah salah satu wahana wisata buatan tapi memanfaatkan budaya sebagai kemasan yang ditawarkan . Berlokasi di Tumiyang Cilongok sekarang sudah mulai terlihat rapi dan asri. Ini adalah harapan baru dimana nilai budaya dikonsep secara menarik dengan memadukan keindahan alam sekitarnya akan menjadi pilihan yang tepat untuk berlibur.

Tinggal bagaimana masyarakat lokal ikut berpartisipasi menghidupkan kawasan ini sebagai kawasan yang bisa hidup karena budaya . Bisa dengan menyajikan kesenian secara temporer dan kontinyu yang terjadwal sehingga bisa menjadi pilihan wisatawan jika ingin memperdalam atau menikmati pagelaran budaya yang asli dari kearifan lokal Banyumasan. Dan bisa juga di depan atau sebelum pintu gerbang disediakan stand kuliner dan kerajinan rakyat atau pasar buah khas desa penghasil buah di sekitar Cilongok , Karanglewas dan lainnya.
Foto credit to
Riza Fa Prasetyo


Diplomasi Sapi ala Aliansi Kampung Serayu Indah

KONDISI Sungai Serayu, yang merupakan sungai kebanggaan warga di eks Karesidenan Banyumas, terancam akibat berbagai hal, antara lain penambangan pasir tanpa izin.
Berbagai tindakan, dari pemerintah, maupun aparat penegak hukum telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Selain tindakan yang dilakukan pemerintah, sebagian warga sekitar Sungai Serayu yang menyadari pentingnya kelestarian sungai, tak mau ketinggalan ambil bagian dalam upaya tersebut.
Jika pemerintah bersenjatakan undang-undang, maka dengan sapi, kambing, dan ikan mereka siap berjuang. Orang-orang itu, menyatukan diri dalam wadah bernama Aliansi Kampung Serayu Indah, menurut salah satu relawannya Poniran, perjuangannya dimulai sejak dua tahun lalu.
“Kami punya usaha peternakan yang lokasinya di dekat sungai, sehingga harus dipikirkan juga, agar jangan mencemari sungai, maka kotoran tidak kami buang, justru kami simpan,” jelasnya. Pria yang juga mantan Kades Tumiyang itu mengatakan, tidak hanya memanfaatkan tepi sungai sebagai lokasi kandang, pihaknya juga ikut memikirkan kelestarian lingkungan di sekitar sungai.
Sebab, kelangsungan usaha yang dirintis kelompoknya juga amat bergantung dari kelestarian alam di sekitarnya. “Kotoran yang dihasilkan hewan ternak, kami manfaatkan untuk memupuk tanaman yang ditanam sebagai penghijauan, maupun memupuk tanaman untuk usaha perkebunan,” tuturnya.
Mengajak Beternak

Sebagai kelompok yang salah satunya terbentuk untuk menampung mantan penambang pasir, menurutnya upayanya mengajak para penambang beternak, memang masih perlu perjuangan. Namun demikian, ia mengaku tidak menyerah, sebab ia yakin beternak memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Peternakan, menurutnya juga dapat dikombinasikan dengan aktivitas lain, seperti pariwisata. Bahkan saat ini pihaknya juga sedang menyiapkan kegiatan, yang memadukan antara atraksi wisata dengan peternakan. “Ada rencana menggelar lomba perahu berbahan gedebog pisang, itu sebagai atraksi wisata.
Nanti gedebog pisang sisa lomba, kita olah menjadi pakan sapi, maupun kambing di kandang,” katanya. Sementara anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah Eddy Wahono mengatakan, adanya usaha peternakan itu, diharapkan menjadi kegiatan percontohan dalam hal pemberdayaan masyarakat sekitar sungai.
“Harapannya (peternakan) ini bisa menjadi demplot, dalam pemberdayaan masyarakat,” imbuh pria yang juga menjadi pegiat dalam Aliansi Kampung Serayu Indah itu.
sumber suara merdeka

Institut Teknologi Telkom Purwokerto

Status ST3 Telkom Ditingkatkan
Jadi Institut Teknologi Telkom


Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom (ST3 Telkom) Purwokerto sebagai sekolah tinggi telematika di bawah Yayasan Pendidikan Telkom (YPT), ditingkatkan statusnya menjadi Institut Teknologi Telkom (ITTelkom) Purwokerto, Senin (21/8), melalui Surat Keputusan (SK) Menristek Dikti No.446/KPT/I/2017.
Dalam rilis yang diterima Suara Merdeka kemarin, Ketua Yayasan Pendidikan Telkom (YPT), Dwi S Purnomo mengatakan, ITTelkom Purwokerto merupakan institut teknologi pertama di Jawa Tengah. ITTelkom menandai tonggak perkembangan pendidikan berbasis teknologi di provinsi ini.
Sebagai perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Telkom dan didukung secara penuh PT Telkom, ITTelkom Purwokerto hadir dengan delapan program studi untuk menyelenggarakan pendidikan berbasis ICT yang terdepan di area Jawa Tengah dan Yogyakarta. ”Kami harap kehadiran IT Telkom dapat membuat dunia pendidikan semakin berkembang.
Dengan kekuatan pada penguasaan teknologi telematika dan informatika, ITTelkom membekali mahasiswa dengan digital skill yang dibutuhkan industri dan masyarakat saat ini,” ujar dia. Dengan peningkatan status ini, ITTelkom Purwokerto semakin dekat untuk menjadi perguruan tinggi terbaik di nasional, dan siap menjadi perguruan tinggi berkelas internasional.
”Peningkatan status ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan globalisasi. Dimana pada era digital, setiap lembaga pendidikan dituntut untuk mampu memenangkan persaingan di masa depan,” ujarnya. Menurutnya, saat ini persaingan di dunia pendidikan semakin ketat.
Untuk itu, setiap lembaga pendidikan harus dapat memberikan kualitas layanan yang terbaik. ”Setiap lembaga pendidikan di bawah Yayasan Pendidikan Telkom harus dapat menjawab tantangan di era globalisasi, sehingga perubahan dengan meningkatkan status lembaga mutlak untuk dilakukan,” terangnya.
ITTelkom Purwokerto awalnya bernama Akademi Teknik Telekomunikasi (Akatel) yang berdiri pada 31 Mei 2002. Kemudian statusnya meningkat menjadi ST3 Telkom pada 20 Desember 2012. Sekarang menjadi ITTelkom, dan akan dipersiapkan menjadi Telkom University National Campus (TUNC) di Purwokerto.

IT Telkom Siapkan Aplikasi Khusus Pemkab Banyumas

Institut Teknologi (IT) Telkom Purwokerto menyiapkan aplikasi untuk membantu Pemerintah Kabupaten Banyumas. Bantuan berupa aplikasi ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat dari civitas academica.
Hal itu dikemukakan Rektor ITTelkom Dr Ali Rokhman MSi, usai peluncuran kampus IT Telkom Purwokerto dan Kawasan Terpadu Pendidikan Telkom di Jalan DI Panjaitan No 128 Purwokerto, Banyumas, Selasa (29/8). Salah satu yang disiapkan adalah aplikasi sistem informasi pemerintahan desa. ”Seminggu yang lalu kami sudah bertemu bupati dan menawarkan program pengabdian masyarakat. Program pertama yaitu desa binaan dan aplikasi sistem informasi pemerintahan desa,” kata Ali.
Transparansi Dana Desa
Program pengabdian masyarakat untuk desa binaan akan berkonsentrasi di bidang pemberdayaan teknologi informasi dan komunikasi. Sementara untuk pembuatan aplikasi sistem informasi desa, hal ini mendapat apresiasi dari Pemkab Banyumas.
Menurut Ali, aplikasi tersebut sangat dibutuhkan, karena membuat transparansi anggaran dana desa. ”Itu juga disampaikan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Penggunaan dana desa ini kurang terkontrol. Kami sudah bicara dengan bupati, aplikasinya sedang disiapkan,” ujarnya. Aplikasi tersebut, nantinya memungkinkan masyarakat dapat melihat secara instan penyaluran dan penggunaan dana desa.
Sehingga memperkecil kemungkinan penyalahgunaan anggaran. Sementara itu, Ketua Yayasan Pendidikan Telkom, Dwi S Purnomo mengatakan, setelah berganti status dari Sekolah Tinggi Teknik Telematika menjadi Institut Teknologi Telkom, kampus tersebut kini memiliki delapan Program Studi.
Di antaranya, prodi unggulan S1 Teknik Telekomunikasi dengan akreditasi B, S1 Teknik Informatika dengan akreditasi B, D3 Teknik Telekomunikasi dengan akreditasi B, S1 Sistem Informasi, S1 Rekayasa Perangkat Lunak, S1 Teknik Industri, S1 Desain Komunikasi Visual dan S1 Teknik Elektro. Sebagai Kawasan Terpadu Pendidikan Telkom, juga tersedia SMK Telkom dan SMP Telkom yang baru dibuka 2016 lalu.
sumber Suara Merdeka



Rabu, 30 Agustus 2017

Taman Tesda , Sungai di Tengah Kota Purwokerto Menjadi Destinasi Pariwisata dan Rekreasi



25 November 2013 adalah waktu yang sudah cukup lama . Itu pertama kali saya punya ide agar bagaimana kawasan DAS sungai yang melintasi Purwkerto bisa dikelola menjadi daerah wisata baru alternatif karena sangat potensial. 

btw ketemu postingan saya pada November 25th, 2013, ini sebelum muncul proyek jembatan kali kranji.... terima kasih atas apresiasi Pemda Banyumas ( Dinas SDABM) semoga proyek TamanKali Kranji sukses

Quote:
Originally Posted by Sitoneizer View Post
oh ya saat saya lewat jalan Gumberg ke arah Duku waluh ternyata ada lewat jembatan, dan tak jauh dari situ ada air terjun. jadi ini seperti air terjun di tengah kota. jika potensi2 alam seperti ini dimanfaatkan lebih maksimal tentu akan jadi nilai tambah untuk Purwokerto, bukan hanya sebagai RTH, konservasi air, tapi berfungsi ekonomi, dan menambah destinasi wisata dalam kota. jadi di kota pun kita bisa menikmati udara seger seperti alam bebas

contoh lain seperti ini


jika di bangun pedestrian penghubung ke lokasi dan jalan raya, lalu dibikin tempat istirahat, di bagian kanan dibangun restoran. ada di lengkapi tempat pemancingan , pasti akan lebih bagus. dan masih banyak lokasi lain. dan kita perlu pertahankan kebersihannya ya 
semoga Pemda Banyumas dan Dinas terkait ( DCKTR, Disbudpar, Dispenda atau BKPM ) membaca halaman ini untuk jadi pertimbangan kebijakan ke depan
Desain awal Taman Tesda 
credit to Jaka

Saya saat itu masih aktiv dan sering menelusuri jalanan di Purwokerto hingga masuk menelusuri  ke jalan besar dan kecil. Saya melihat banyak spot di sekitar sungai yang memiliki pemandangan bagus . Lalu saya berpikir ini sebenarnya salah satu potensi yang bisa dimaksimalkan tentu sangat mendukung program Purwokerto city holiday atau Purwokerto sebagai pusat kunjungan berlibur. Hal itu tak akan mudah jika hanya mengandalkan Baturaden semata tapi semua potensi yang di Purwokerto .

Dan sekitar setahun kemudian muncul berita di koran tentang rencana Dinas SDA Kabupaten Banyumas ke Pemprov Jateng untuk membangun TESDA atau Taman Edukasi  SDA Kali Kranji sebagai proyek rintisan yang ternyata terkatung katung karena masalahnya cukup kompleks. Pada saat itu aset lokasi milik Pemrov Jateng lalu ada negosiasi dengan Pemkab Banyumas dengan cara tukar guling aset. 

Setelah mengalami beberapa kali perubahan DED akhirnya dalam waktu dekat proyek ini akan segera ground breaking . Perkembangan berita mengenai Taman ini saya ikuti dan saya kumpulkan di kategori Ruang Terbuka Hijau.

Mungkin adanya proyek  ini bukan karena ide saya tapi yang pasti saya sangat senang karena harapan saya perlahan mulai terwujud.

Demikian berita terbaru yang dikutip dari Radar Banyumas ini.

" Pembangunan tahap pertama Taman Edukasi Sumber Daya Air (Tesda) Kranji akan segera dikerjakan. Meski sempat tertunda karena ada desain ulang, namun bulan ini dipastikan sudah masuk proses lelang. “Kita masuk lelang kira-kira pertengahan Mei ini. Selesai lelang langsung dikerjakan, ditarget enam bulan selesai,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas, Irawadi, Jumat (12/5). Ia mengatakan, pada pembangunan tahap pertama ini rencananya bakal difokuskan kepada pembangunan gedung pengelola dan juga sarana jalan. Namun karena pertimbangan waktu, sehingga anggaran tahun ini dialihkan untuk pembangunan sarana pendukung lainnya seperti taman dan jogging track. “Tadinya kan kita rencanankan akan membuat gedung pengelolaan, namun melihat waktunya yang tidak mencukupi karena gedung itu yang harus kita modifikasi, sehingga akhirnya nanti ini masih kita godog, untuk yang lainnya. Tapi paling tidak anggaran sebesar Rp 1 miliar tahun ini bisa bermanfaat untuk pembangunan TESDA-nya itu sendiri,” jelasnya. Penyusunan ulang desain pembangunan TESDA tersebut, menurutnya sebagai salah satu upaya memaksimalkan alokasi anggaran yang tersedia. Tidak hanya itu, desain ulang juga dimaksudkan untuk menentukan prioritas pembangunan. Untuk tahun ini, Pemkab Banyumas mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1 miliar. Sebelumnya, Irawadi mengatakan untuk pembangunan TESDA di Kelurahan Kranji tersebut diperkirakan membutuhkan anggaran total sekitar Rp 4 miliar. Sehingga nantinya akan dilakukan secara bertahap. Secara kalkulasi, jika setiap tahun pembangunan TESDA Kranji mendapat alokasi Rp 1 miliar, kemungkinan pembangunannya bisa selesai dalam empat tahun. “Namun jika kekuatan anggaran daerah memungkinkan, maka penyelesaian pembangunan bisa lebih dipercepat. Namun semua tergantung dari prioritas. "


Berita yang dirilis humas Pemkab Banyumas 
Impian masyarakat Banyumas untuk memiliki Taman Edukasi Sumber Daya Air (TESDA) Sungai Kranji Purwokerto segera terwujud. Hal ini terlihat dari kegiatan ground breaking atau peletakan batu pertama pembangunan, yang dilakukan oleh Bupati Banyumas Achmad Husein Rabu (30/8).
Seperti diketahui Taman Edukasi Kranji akan dibangun di lahan milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berada di sekitar Bendung Banjaran II Sungai Kranji Purwokerto (Depan SMP N 1 Purwokerto).


Peletakan batu pertama itu juga dihadiri Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Kepala Dinas PU dan Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah, Kepala Balai Pengelolaan Sumber DayaAir dan Penataan Ruang Serayu Citanduy, Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah, FORKOMPIMDA Kabupaten Banyumas, Para Staf Ahli Bupati, Dekan Fakultas Teknik & Fakultas Pertanian Unsoed, Camat Purwokerto Timur beserta Lurah se-Kecamatan Purwokerto Timur dan Presiden Rotary Club Purwokerto.
Bupati Banyumas Ir Achmad Husein mengatakan pembangunan taman merupakan kerjasama Pemkab Banyumas bersama Pemprov Jateng dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS-SO) dan persiapan pembangunannya sudah dimulai sejak tahun 2016 silam. Pemkab Banyumas menyiapkan tamannya, Pemprov untuk irigasinya, dan BBWS-SO berkaitan dengan sungainya.
“TESDA dibangun pada lahan seluas 1000 meter persegi dan ditargetkan pembangunan akan selesai pada tahun 2018. Taman nantinya akan dilengkapi dengan gedung pengelola sumber daya air, videotron yang menayangkan bagaimana cara mengolah air, juga ada pengamatan aliran-aliran sungai,” katanya.
Bupati berharap dengan adanya taman tersebut akan menjadikan masyarakat dapat mengetahui manfaat air sungai bagi kehidupan sehingga meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan sungai.

Selasa, 29 Agustus 2017

Lestarikan Permainan Tradisional, Purwanegara Dinobatkan Kelurahan Layak Anak


Di era globalisasi yang sudah mulai dikuasai gadget, banyak budaya tradisional yang hampir punah. Salah satunya yaitu permainan anak. Bahkan, generasi sebelumnya yang paham mengenai permainan tradisional, juga mulai berkurang. Melihat generasi muda saat ini banyak yang kecanduan permainan elektronik, menimbulkan keprihatinan bagi sebagian orang tua, terutama Lurah Purwanegara, Tarwono. 


MAINAN ANAK : Anak-anak di Kelurahan Purwanegara bermain dengan ceria. 

Kelurahan Purwanegara kini dijadikan Kelurahan Layak Anak. Maka sebagai Kelurahan Layak Anak, yang ditunjuk dari pemerintah daerah melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas, Kelurahan Purwanegara, Kecamatan Purwokerto Utara pun melestarikan permainan tradisional melalui perlombaan saat kemerdekaan RI ke-72. Semakin menarik, permainan yang diikuti oleh anak-anak hingga kelas kelas enam SD, juga dikemas yang menggambarkan Banyumas. Selain menggunakan pakaian adat Banyumas, dalam percakapan juga menggunakan bahasa Banyumas. 

“Jangan sampai permainan tradisional anak menjadi punah, karena banyak histori dan manfaat yang dirasakan anak-anak ketika memainkan permainan tradisional,” ujar Tarwono. Meskipun merasa asing dengan permainan tradisional, tetapi puluhan anak yang terlibat pada perlombaan beberapa waktu lalu di pendopo Kelurahan Purwanegara, sangat menikmati permainan demi permainan, seolah-olah tidak sedang berlomba. Hal itu terlihat dengan tidak adanya rasa canggung walaupun ditonton oleh banyak orang. Tarwono menjelaskan, pelombaan ini sekaligus sebagai launching terpilihnya Kelurahan Purwanegara sebagai satu-satunya di Banyumas sebagai kelurahan layak anak. 

Peserta lomba pun dibuat dalam tim dengan anggotanya minimal empat orang. “Peserta lomba juga ada latihan dulu dari warga sekitar yang paham dengan permainan-permainan tradisional,” kata Tarwono. Adapun permainan yang diperagakan peserta lomba ini, ada Bentengan, Jamuran, Cublek-Cublek Suweng, Dakon, dan Gobak Sodor. Nama-nama permainan tersebut tentu tidak dapat dijumpai di gadget. Untuk permaianan Bentengan dimainkan empat hingga delapan orang degan memilih tiang, batu, atau pilar sebagai benteng. Sedangkan permainan Jamuran dimainkan empat hingga dua belas anak, sore atau malam hari saat bulan purnama di tanah lapang dengan menyanyikan lagu Jamuran. 

Taryono mengatakan, histori dari permainan tradisional ini untuk mempererat tali pertemanan. Selain itu, karena permianannya banyak melakukan gerakan fisik, dapat membuat badan lebih sehat dan merasa gembira, karena ada komunikasi dan interaksi langsung dengan teman sebayanya. Menyadari bahwa generasi sebelumnya yang mengenal permainan tradisional ini juga mulai berkurang, membuat miris bagi Tarwono. Ia pun mengharapkan, generasi muda saat ini tidak gengsi untuk melestarikan permainan tradisional, salah satu caranya dengan mengenal dan mempraktikannya. Menurutnya, hak-hak anak harus dipenuhi seperti hak belajar, bermain, dan bicara. Pada hak anak belajar sudah didapat dari bangku sekolah. Sedangkan hak bermain, Tarwono menyarankan jangan memanjakan anak dengan gadget. “Ada baiknya jika orang tua tidak mengenalkan gadget pada anak sejak dini, dan perlu juga puasa orang tua puasa gadget mulai pukul 18.00 sampai 21.00 untuk berinteraksi langsung dengan anak,” tandasnya. 

Sumber: Radarbanyumas.co.id

Membangun Underpass Di Saat Tak bisa mengatasi Underpass Lama

Sebenarnya saya sudah memberikan beberapa masukan dalam  bentuk tulisan beberapa tahun lalu salah satunya tulisan yang berjudul plus minus pembangunan di kabupaten Banyumas yang salah satu topiknya membahas persoalan underpass Kebocoran. Tapi sayangnya hingga saat ini ternyata belum tuntas karena ada permasalahan lama yang muncul kembali.

Saya sangat setuju dengan rencana Pemkab Banyumas membangun Underpass Jensud dengan tujuan mengurangi dampak kemacetan di dekat perlintasan di selatan Stasiun Besar Purwokerto . Tapi apakah DED yang telah disusun akan berbeda dan akan lebih aman dan nyaman di banding kebocoran dan Pemkab yakin kasus kebocoran tak terulang di sini ?


Berikut kutipan berita yang dimuat Radar Banyumas yang merupakan berita terbaru mengenai Underpass Kebocoran 
 Underpass di Desa Kebocoran, Kecamatan Kedungbanteng kembali tergenang air. Beberapa kendaraan yang melewati terowongan terlihat harus melintasi genangan air setinggi kurang lebih 30 cm. Hal ini membuat beberapa pengendara sepeda motor tampak kewalahan untuk melintas pasalnya di samping jalan tergenang, beberapa bagian jalan juga mengalami kerusakan. LANGGANAN : Air terus menggenangi terowongan kereta api di Desa Kebocoran. Bahkan, beberapa kendaraan sampai mogok akibat mesin terendam. (ALI IBRAHIM/RADAR BANYUMAS) Salah seorang warga Desa Kebocoran, RT 03 RW 01, Kecamatan Kedungbanteng, Leni Aryani kepada Radarmas mengatakan, tergenangnya kembali underpass kebocoran terjadi sejak Jumat (25/8) lalu. Hal tersebut terjadi lantaran saluran irigasi yang berada di atasnya tengah dalam perbaikan. “Sepengetahuan saya karena di atasnya saluran irigasinya tengah diperbaiki. JAdi air di saluran tersebut turun ke bawah menggenangi terowongan,” katanya. Akibatnya, genangan air ini menurutnya cukup mengganggu aktifitas pengendara sepeda motor yang melintas. “Genangan akan tambah dalam jika hujan turun,” lanjutnya. Iapun mengatakan, akibat genangan ini beberapa sepeda motor juga sempat mogok jika melintas. “Beberapa kali juga saya melihat motor yang mogok saat melintas di genangan air itu. Saya berharap kepada dinas yang terkait untuk segera memberikan solusi agar genangan ini tidak berlarut-larut,” terangnya. Sementara pengendara motor yang melintas, Prastowo warga Kedungbanteng mengatakan yang hampir tiap hari melintas mengaku terganggu dengan genangan ini. “Genangan air ini sangat mengganggu, terlabih saat malam hari karena jalan yang berlubang di bagian mananya jadi tidak terlihat jadi cukup berbahaya,” jelasnya.
“Ini menjadi pekerjaan rumah untuk DPU, dan kami targetkan tahun ini bisa selesai,” katanya. Masih disampaikan Irawadi, meskipun sekarang sudah ada saluran air, tetapi ukurannya masih terlalu kecil. Pada 2012 lalu, dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDABM) yang saat ini menjadi DPU, membuat saluran air sepanjang 146 meter, yang ditujukan mengalirkan air genangan menuju sungai. “Karena struktur underpass merupakan box culvert atau berupa beton kotak berongga, jadi tim kesulitan kalau membuat saluran air lebih besar karena berarti harus menggali lantai, yang merupakan satu kesatuan,” ujar Irawadi. Selain itu, karena undepass menggunakan box culvert maka dikhawatirkan saat terjadi penggalian akan mempengaruhi struktur underpass. Untuk menangani permasalahan genangan di Underpass Kebocoran ini, DPU Kabupaten Banyumas merencanakan menggeser aliran air dari irigasi ke saluran atau lokasi lain. Sehingga aliran irigasi tersebut tidak akan melewati Underpass Kbeocoran. “Kami sudah ada rencana penanganan untuk menyelesaikan permasalahan di Underpass Kebocoran, dan sedang menyiapkan anggaran sebesar Rp 200 juta,” tandasnya.



Alangkah baiknya Underpass Kebocoran diselesaikan juga dengan solusi permanen jika perlu dibuatkan DED ulang dan dibangun ulang kalau kondisi saat ini sangat sulit diatasi. Bukankah Dinas PU memiliki tenaga ahli yang kompeten dibidangnya? Atau menggandeng pihak akademisi dan teknisi dari Universitas di Purwokerto jika memang Pemkab kekurangan ahli. 

Senin, 28 Agustus 2017

Kawasan Baru Pusat Pertumbuhan Kota Purwokerto

Predikat Purwokerto sebagai kota pelajar kembali terangkat dengan naiknya status ST3Telkom Purwokerto resmi menjadi Institut Teknologi Telkom Purwokerto yang rencana akan launching tanggal 29 Agustus 2017 serta kawasan pendidikan Tekom , melengkapi sejumlah perguruan tinggi saat ini dengan 5 Universitas yaitu Unsoed, UMP, Unwiku, UT, UNU dan 2 Institut yaitu IAIN dan ITTP.

Ada beberapa sisi lain yang perlu kita analisas terkait ITTP Purwokerto yang berlokasi di Jl Panjaitan yang secara lokasi paralel dengan Jl Pancurawis di sebelah timurnya dan keduanya merupakan ruas penghubung jalan Jensud dana pramuka atau kawasan ekono mi pasar wage dengan Jalan Gerilya yang saat ini berkembang pesat . Saya melihat peluang besar majunya kawasan ini jika Pemkab Banyumas bisa menangkap peluang dan bisa menangkap momentum baik mengangkat predikat sebagai city holiday dan brand yang sempat saya tulis beberapa waktu lalu terkait  membangun kawasan pusat budaya mengakmodasi rencana pasar seni tugu yang gagal di kawasan Balai Budaya dan sejumlah ide membangun brand untuk meningkatkan daya saing wisata. 
Sedangkan kawasan Jalan panjaitan dengan diresmikan menjadi kawasan terpadu pendidikan Telkom otomatis  meningkatkan kawasan ini menjadi silicon valleynya Purwokerto. Saya sangat berharap Bupati Banyumasbisa menangkap peluang ini dengan membangun jalan penghubung baru yang lebih representatif antara Pancurawis dengan Panjaitan karena dapat meningkatkan bukan sekedar mobilitas transportasi semata tapi bisa membuat multi efek kawasan pertumbuhan ekonomi baru atau pusta kota baru berbasis teknologi dan budaya bukankah ini bisa mengangkat pamor brand dan ikon  Purwokerto yang saat ini sedang digali.



Berita terkait ITTP Purwokerto
Yayasan Pendidikan Telkom menggawangi lahirnya Institut Teknologi yang pertama di Jawa Tengah, setelah disahkannya peningkatan status Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom (ST3 Telkom) Purwokerto menjadi Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) Purwokerto, melalui SK Menristek Dikti Nomor.446/KPT/I/2017.
Sebagai perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Telkom dan disupport secara penuh oleh PT. TELKOM, IT Telkom Purwokerto hadir dengan delapan program studi yaitu D3 Teknik Telekomunikasi, S1 Teknik Telekomunikasi, S1 Teknik Informatika, S1 Sistem Informasi, S1 Rekayasa Perangkat Lunak, S1 Desain Komunikasi Visual, S1 Teknik Industri dan S1 Teknik Elektro untuk menyelenggarakan pendidikan berbasis ICT yang terdepan di area Jawa Tengah khususnya.
Ketua Yayasan Pendidikan Telkom Ir. Dwi S. Purnomo mengatakan kelahiran IT Telkom Purwokerto menandai atau menjadi tonggak perkembangan pendidikan berbasis teknologi di Jawa Tengah.
“Kehadiran IT Telkom diharapkan dapat membuat dunia pendidikan di sekitarnya semakin berkembang. Dengan kekuatan pada penguasaan teknologi telematika dan informatika, IT Telkom membekali mahasiswa dengan digital skill yang dibutuhkan industri dan masyarakat saat ini,” ungkapnya. sumber st3 telokm.ac.id

Kamis, 24 Agustus 2017

Pesan Kebinekaan dari Alas Karet

PAGI-pagi benar, Saiman (56) bergegas masuk ke dalam hutan karet. Tangkas, tangannya mengeluarkan satu persatu getah karet di dalam batok kelapa setengah lingkaran lalu dimasukkan ke dalam ember yang dipanggulnya.
Demikian keseharian pendiri grup musik calung di Desa Karangrau, Kecamatan Banyumas yang digambarkan dalam film dokumenter Pesan Dari Alas Karet, garapan sutradara Caecilia Fungsiana Putri Nusantari.
Film yang diproduksi komunitas film Tarsisianografi tersebut baru saja diganjar sebagai juara harapan III kategori dokumenter Festival Film Puskat, yang digelar Studio Audio Visual (SAV) Puskat Yogyakarta, 10 Agustus 2017 lalu. Film ini mengisahkan warga Desa Karangrau yang masih berusaha melestarikan musik calung.
Uniknya, mereka tidak hanya tampil melayani hajatan yang digelar oleh masyarakat, tapi juga kerap menjadi musik pengiring di Gereja Katolik Stasi Karangrau dan shalawatan di masjid desa setempat. Meski personelnya berbeda agama, mereka tetap kompak.
Bahkan saling bahumembahu mengembangkan kesenian tersebut. Tidak hanya di kelompok musik calung, beberapa penabuh juga ikut terlibat di kelompok gamelan. “Musik calung Banyumasan ini menjadi pesan kebinekaan yang ingin kami sampaikan kepada khalayak. Akhir-akhir ini keberagaman bangsa sering diusik dengan isu agama,” ujar sutradara film, Caecilia.
Riset Singkat
Dia mengaku tidak menyangka film tersebut dapat meraih juara. Pasalnya, proses riset dokumenter ini relatif singkat dan kurang mendalam. “Masih banyak kekurangan di film ini.
Seharusnya bisa dimaksimalkan,” katanya. Pada Festival Film Puskat yang mengambil tema “Merawat Keberagaman”, sebanyak 45 film dikirimkan oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Untuk kategori dokumenter, film Harta Karung garapan sutradara Miftachul Rahman (Semut Nakal Malang) meraih juara I, juara II diperoleh Ojek Lusi sutradara Winner Wijaya (Hore Besok Libur Tangerang), juara III Dalang Suparman sutradara Rival Ardiansyah (Kuda Pelangi Yogyakarta), juara harapan I dan II diberikan kepada film Dongeng Pak Bagong sutradara Agustinus Dwi Nugroho (Montase Production Yogyakarta) dan 7 Km di Bawah Puncak Volcano sutradara Achmad Nur Wahib (Orca Films Yogyakarta).
Ketua Komisi Sosial Keuskupan Purwokerto, RD Cassianus Teguh Budiarto yang mendampingi saat menerima penghargaan mengatakan, film tersebut mengajarkan perjuangan tokoh penggerak kesenian calung yang tetap berusaha menjaga kesatuan dalam perbedaan di pelosok desa. “Meski sadar memiliki perbedaan agama, namun warga setempat tetap saling mendukung lewat calung baik sebagai iringan musik di tempat ibadah,” ungkapnya. 
sumber suara banyumas

Menampung dan Memperhatikan Peserta Didik

Tak Cukup Hanya Ditampung

PERSOALAN penanganan terhadap anak-anak putus sekolah semata-mata tidak cukup diselesaikan hanya dengan menampung mereka menjadi peserta didik. Tetapi ada hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, yakni menjamin kelangsungan belajar mereka di bangku sekolah setelah ditampung sebagai peserta didik.
Hal itu diungkapkan Eka Bahtiar, salah satu pendidik SMP swasta di Purwokerto. Menurutnya, setelah lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah ditampung SMP, semestinya juga dibarengi dengan adanya perhatian terhadap mereka.
Salah satunya dengan memberikan alokasi anggaran dana bantuan untuk mendukung kegiatan operasionalnya selama bersekolah. ”Semestinya mereka mendapatkan alokasi anggaran dana bantuan, terutama mereka yang tidak dapat melanjutkan sekolah, karena persoalan ekonomi,” jelasnya. Sumber dana bantuan dapat berasal dari mana saja dan diserahkan ke pemerintah.
Bila persoalan yang dihadapi adalah tidak adanya sarana transportasi yang digunakan untuk menuju sekolah, maka semestinya mereka juga difasilitasi. Misalnya dengan diberikan bantuan sepeda atau lainnya dengan sumber pendanaan yang sudah diatur.
”Tidak tertutup kemungkinan lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP tersebut terjadi lantaran orang tuanya tidak mempunyai motivasi karena sejak awal yang dipikirkan persoalan biaya di sekolah,” terangnya.
Menurut dia, kalangan sekolah swasta siap untuk menampung mereka menjadi anak didik. Adanya lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah ini sangat disayangkan. 

Lulusan SD Tak Melanjutkan Akan Bertambah
Belum Seluruh Data Dilaporkan

Data jumlah lulusan SD di Kabupaten Banyumas yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs berpotensi bisa bertambah.
Ini menyusul belum seluruhnya data anak yang tidak melanjutkan sekolah dilaporkan ke Dinas Pendidikan. Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Enas Hindasah, mengatakan, meski data lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah telah diserahkan ke Dinas Pendidikan dan jumlahnya tercatat 122 anak, kenyataannya ada SMP yang menampung anak tidak meneruskan sekolah di luar data itu.
”Sekolah tersebut bergerak sendiri dan berhasil menampung anak tidak melanjutkan sekolah di luar data yang sudah diserahkan ke Dinas Pendidikan. Artinya, dimungkinkan masih ada lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah, tetapi belum terdata. Jadi, jumlahnya masih sangat mungkin berubah,” ungkapnya.
Dalam menangani anak seperti ini, lanjut dia, dibutuhkan peran serta semua pihak, mulai dari tingkat RT, RW, pemerintah desa/kelurahan, hingga kecamatan dan kabupaten.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Purwadi Santoso, menjelaskan, penyebab siswa yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP tersebut beragam, mulai dari orang tua tidak membolehkan melanjutkan sekolah, anaknya malas, persoalan transportasi, hingga termasuk kategori anak berkebutuhan khusus (ABK).
”Kami mendorong pengelola SMP, khususnya swasta, untuk ikut terlibat dengan memfasilitasi mereka agar bisa melanjutkan sekolah. Salah satunya dengan menampung mereka sebagai anak didik di sekolah tersebut, terutama yang tempat tinggalnya berdekatan dengan sekolah itu,” ujarnya.
Bahkan, untuk mengetahui hasilnya, dia meminta sekolah tersebut untuk segera memberikan laporan ke Dinas Pendidikan. Laporan itu akan dijadikan sebagai dasar dalam melakukan langkah berikutnya.
”Nanti hasilnya seperti apa segera laporkan ke kami. Kalau tidak berhasil nanti akan kami upayakan dengan cara yang lain,” tambah dia. Dia mengatakan, tidak hanya jenjang SMP yang dilibatkan, tetapi juga madrasah tsanawiyah diminta juga untuk terlibat. Selain itu, sanggar kegiatan belajar (SKB) dan pusat kegiatan masyarakat (PKBM) juga diminta untuk ikut terlibat.
Sementara itu, Kasi Kurikulum Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Agus Wahidin, menambahkan, orang tua dinilai mempunyai peran yang cukup strategis dalam mendorong anak putus sekolah agar mau melanjutkan sekolah. Karena itu, agar program penanganan anak putus sekolah berhasil, diperlukan adanya pendekatan terhadap orang tua.
”Salah satu kunci keberhasilan dalam mendorong anak putus sekolah agar bersedia melanjutkan sekolah terletak pada orang tuanya. Mereka harus didekati dan diberi pemahaman tentang pentingnya sebuah pendidikan bagi anak usia sekolah,” terangnya.
Menurutnya, meski zaman sudah makin maju, namun tidak tertutup kemungkinan masih ditemukan adanya orang tua, terutama yang tinggal di daerah pedesaan, kurang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anaknya. Mereka lebih memilih anaknya bekerja untuk menambah penghasilan keluarga.
Pola pikir seperti ini harus diubah. Kendati demikian, tidak mudah untuk mengubah pola pikir seperti itu. Diperlukan adanya pendekatan secara intensif kepada orang tua anak putus sekolah.

sumber suara merdeka

Diplomasi Sapi ala Aliansi Kampung Serayu Indah

KONDISI Sungai Serayu, yang merupakan sungai kebanggaan warga di eks Karesidenan Banyumas, terancam akibat berbagai hal, antara lain penambangan pasir tanpa izin.
Berbagai tindakan, dari pemerintah, maupun aparat penegak hukum telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Selain tindakan yang dilakukan pemerintah, sebagian warga sekitar Sungai Serayu yang menyadari pentingnya kelestarian sungai, tak mau ketinggalan ambil bagian dalam upaya tersebut.
Jika pemerintah bersenjatakan undang-undang, maka dengan sapi, kambing, dan ikan mereka siap berjuang. Orang-orang itu, menyatukan diri dalam wadah bernama Aliansi Kampung Serayu Indah, menurut salah satu relawannya Poniran, perjuangannya dimulai sejak dua tahun lalu.
“Kami punya usaha peternakan yang lokasinya di dekat sungai, sehingga harus dipikirkan juga, agar jangan mencemari sungai, maka kotoran tidak kami buang, justru kami simpan,” jelasnya. Pria yang juga mantan Kades Tumiyang itu mengatakan, tidak hanya memanfaatkan tepi sungai sebagai lokasi kandang, pihaknya juga ikut memikirkan kelestarian lingkungan di sekitar sungai.
Sebab, kelangsungan usaha yang dirintis kelompoknya juga amat bergantung dari kelestarian alam di sekitarnya. “Kotoran yang dihasilkan hewan ternak, kami manfaatkan untuk memupuk tanaman yang ditanam sebagai penghijauan, maupun memupuk tanaman untuk usaha perkebunan,” tuturnya.
Mengajak Beternak

Sebagai kelompok yang salah satunya terbentuk untuk menampung mantan penambang pasir, menurutnya upayanya mengajak para penambang beternak, memang masih perlu perjuangan. Namun demikian, ia mengaku tidak menyerah, sebab ia yakin beternak memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Peternakan, menurutnya juga dapat dikombinasikan dengan aktivitas lain, seperti pariwisata. Bahkan saat ini pihaknya juga sedang menyiapkan kegiatan, yang memadukan antara atraksi wisata dengan peternakan. “Ada rencana menggelar lomba perahu berbahan gedebog pisang, itu sebagai atraksi wisata.
Nanti gedebog pisang sisa lomba, kita olah menjadi pakan sapi, maupun kambing di kandang,” katanya. Sementara anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah Eddy Wahono mengatakan, adanya usaha peternakan itu, diharapkan menjadi kegiatan percontohan dalam hal pemberdayaan masyarakat sekitar sungai.
“Harapannya (peternakan) ini bisa menjadi demplot, dalam pemberdayaan masyarakat,” imbuh pria yang juga menjadi pegiat dalam Aliansi Kampung Serayu Indah itu. 
sumber suara merdeka

Rabu, 23 Agustus 2017

Pedestrian Di Kecamatan Jatilawang



foto0772.jpgfoto0768.jpg
Pedestrian atau nama lainnya trotoar adalah salah infrastruktur yang bukan hanya dijumpai di kota atau ibukota kabupaten saja ,  tapi desa tertentu dan semua kota kecamatan pasti memilikinya. Karena pedestrian merupakan area yang tak bisa dipisahkan dari jalan atau merupakan bagian dari jalan umum . Pembangunan daerah kurang dianggap berhasil jika tidak memberi perhatian kepada aspek ini. Karena trotoar merupakan bagian dari wajah kota atau pusat perekonomian setempat selain memiliki fungsi utama sebagai tempat pejalan kaki namun dibanyak tempat banyak terjadi alih fungsi menjadi tempat berjualan PKL yang sebenarnya merupakan bentuk pelanggaran perda.
Pedestrian yang baik adalah yang memiliki sistem drainase yang baik dan tidak banjir atau tersumbat saat hujan dan kualitas tegel atau ubinnya keras dan kuat serta memiliki jalur hijau. Akan lebih baik jika dilengkapi fasilitas tambahan seperti halte, RTH atau ruang terbuka hijau.
Di kabupaten Banyumas ada beberapa pedestrian di kecamatan yang bisa dikatakan baik karena mendapat alokasi dana pembangunan dalam setiap tahunnya. Foto di atas adalah salah satu lokasi pedestrian di kota kecamatan Jatilawang yang direnovasi beberapa tahun lalu. Pantauan saya tidak semua pedestrian yang menjadi tempat berjualan PKL itu melanggar perda karena tidak memakan tempat badan trotoar ini . Jika dilengkapi pohon peneduh tentu suasananya menjadi sejuk dan sangat baik menjadi lokasi bersitirahat temasuk orang -orang yang sedang menunggu keluarganya mudik.
Itu salah suasana pedestrian di Jatilawang saat sehari menjelang hari raya Idul Fitri 1438 H.

Agenda 17-an di Kecamatan Jatilawang



Bulan Agustus adalah bulan yang paling meriah yang ditunggu  tunggu karena pada bulan ini kita merayakan kemerdekaan RI yang saat ini kita sebagai generasi penerus hanya sebagai penikmat kemerdekaan sedangkan yang berkorban bagi kemerdekaan tentu tak bisa menikmatinya merekalah para pahlawan.
Kita berkewajiban mengisi kem redekaan dengan peran dan kemampuan kita masing -masing  tapi dengan catatan jangan ikut-ikutan sebagai penebar kebencian atau hoax karena mencederai nilai perjuangan .
Nah berbicara tentang Agustusan sudah menjadi agenda rutin dari tingkat kabupaten .hingga RT RW . Saya sedikit mendokumentasikan beberapa momen yang ada di Kecamatan Jatilawang. Kemaren saat malam minggu digelar festival kentongan yang bukan antar desa karena desa seperti Tinggarjaya punya acara yang sama di jam yang sama. Di Pendapa Kecamatan Jatilawang dimulai peserta lalu mengelilingi jalanan ke arah barat sekitar pasar .
Pada kesempatan yang sama , di alun alun Jatilang sedang digelar perlombaan Voli . Kok pertandingan voli di alun -alun ? semoga Pihak kecamatan membangun Fasilitas  olah raga yang memadai dan terpadu di tempat lain  karena menurut saya alun alun itu RTH meskipun bisa dimanfaatkan untuk olah raga tapi sekedar saja bukan kompetisi yang menampung banyak penonton .

img-20170812-wa0043.jpegimg-20170812-wa0033.jpgimg-20170812-wa0038.jpegimg-20170812-wa0041.jpeg

Plus Minus Pembangunan di Kabupaten Banyumas





Secara umum kita melihat bahwa pembangunan di kabupaten Banyumas di berbagai bidang sudah  cukup baik. Adanya berbagai pembangunan infrastruktur, event pariwisata yang menjadi agenda rutin, hingga Peningkatan kualitas sekolah dan Puskesmas, perkantoran  pemerintah desa/ kecamatan Penghijauan di kota – kota Kecamatan serta program pemerintah untuk menaggulangi kemiskinan  dan sebagainya.  Namun demikian ada beberapa hal yang menjadi catatan saya terhadap beberapa program Pemerintah kabupaten Banyumas yang belum berjalanan maksimal sesuai tujuannya. Antara lain:
1 Pembanguanan Jalan Gunung Tugel
Awalnya pembangunan jalan ini diarahkan sebagai solusi untuk memecah kemacetan lalu lintas yang selama ini di jumpai di salah jalur utama menuju Purwokerto terutama dari arah barat dan selatan yaitu ruas Sidabowa hingga Sawangan.Ini memang merupakan jalur singkat juga yang menghubungkan antara Purwokerto dengan daerah di wilayah timur seperti kecamatan Banyumas, Kalibagor dan sebagainya. Pembvanguanan berjalanan hingga  beberapa tahap ( sekitar 5 tahap) dan menghabiskan anggaran miliyaran rupiah setiap tahap pertahun anggaran.
Namun demikian, ada masalah yang berlarut-larut dan sampai detik ini belum bias diatasi secara tuntas. Yaitu masalah tanah longsor dan retakan di beberapa titik  ruas jalan. Beberapa penanganan sudah di ambil Pemkab antara lain dengan mengirim sampel tanah untuk di uji lab, namun setelah dicoba untuk ditangani ternyata masalah longsor dan retakan ini muncul lagi. Sehingga sampai saat ini tidak ada solusi konkret . Padahal anggaran yang sudah dihabiskan untuk membangun terhitung besar di banding infrastruktur di tempat lain.
Ada beberapa teman menyebut bahwa struktur tanah di gunung tugel adalah lempung, apakah di bagian Dinas DCKTR Banyumas tidak ada hali yang bias menganalisis dan membuat terobosan mengatasi masalah ini ?
Saran saya, sebaiknya mereka terutama unsur di Dinas bekerja lebih professional lagi. Kalo menurut pendapat pribadi saya, anggaran yang besar di kemudian hari jangan lagi dihabiskan untuk membangun ruas jalan ini, selama belum ada solusi jangka panjang yang ditemukan.Carilah lokasi jalan alternative lain yang berfungsi sebagai jalur short cut dan jalur lintas penghubung antar wilayah. Membangun wilayah lain yang tak kalah penting fungsinya bagi perklembangan daerah juga bias meminimalisir terbuangnya anggaran yang tidak perlu.
2 Pusat Kuliner Pratista Harsa
Pratista Harsa adalah salah satu proyek besar Pemerintah kabupaten Banyumas  yang bertujuan untuk mengatasi persoalan pedagang kaki lima di kawasan alun alun Purwokerto. Masalah PKL adalah hal biasa yang dialami di semua daerah dan kota. Adapun yang dilakukang oleh Pemkab Banyumas adalah dengan cara menempatkan mereka di satu tempat , agar tidak lagi menimbulkan kemacetan di jalan terutama di area alun alun Purwokerto.
Namun perlu  dipahami bahwa tujuan PKL berjualan adalah untuk menafkahi keluarga, tentu langkah ini kurang tepat sasaran jika hanya mengatasi masalah di satu sisi tapi menimbulkan persoalan baru. Bagi pedagang yang yang sudah menempati lapak di pratista Harsa baik blok A dan Blok B mereka tak kunjung mendapat penghasilan yang cukup, karena sangat sedikitnya kunjungan masyarakat  untuk makan atau berbelanja di Pratista Harsa, bahkan sejak pertama menempati, akhirnya banyak diantaranya yang gulung tikar, karena rugi dan memilih kembali turun ke jalan. Ini apa yang salah ? Langkah Pemda sudah tepat, tapi alangkah baiknya didudkung oleh kebijakan lain yang bisa mensukseskan program ini, contohlah Pemkab Kebumen, mereka bisa mendukung pusat kuliner dengan cara mengintensifkan jajaran PNS agar sering makan di pusat kuliner ini.
Saran saya, sebaiknya Pemkab Banyumas memulai dari jajaran  PNS dan Karyawan BUMD. Jumlah mereka tentu sangat banyak untuk sekedar diberi kewajiban makan di Pratista Harsa minimal seminggu sekali. Selain itu buatlah konsep baru pratista Harsa agar menjadi tempat santai yang nyaman dan sebagai lokasi penyelenggaraan event –event tertentu secara periodic dan berkesinambungan untuk memberi nilai tambah . Misalnya ada agenda setiap minggunya diadakan acara lomba kentongan ( atau acara lainnya) yang pesertanya merupakan siswa sekolah-sekolah di Purwokerto. Buatlah agensda semacam itu sebagai kegiatan tetap di Pratista Harsa. Agar bisa berjalan seperti rencana mungkin akan lebih baik agar dibuat panitia atau semacam paguyuban yang salah satu tugasnya sebagai event organizer. Saya yakin dengan adanya kegiatan maka gairah di Pratista Harsa akan ikut terangkat dengan kunjungan masyarakat, tentu efeknya adalah jualan mereka akan ikut dilirik dan peluang dibeli oleh penginjung semakin besar.

3 Under Pass Kebocoran
Sesuai namanya, inilah salah satu masalah lama yang belum bisa diselsaikan dengan baik.Berita tentang kerusakan dan genangan air terutama di musim hujan, serta seperti sungai kering di saat kemarau membuat ruas jalan ini sangat tidak nyaman untuk dilewati kendaraan.Sebenarnya Pemkab banyumas sudah beberapa kali memperbaiki underpass ini, namun masalah lama berupa genangan air masih saja terjadi.Coba para ahli dan teknisi di DCKTR lebih bekerja keras lagi, karena sebenarnya masalah ini tentu bukan persoalan sulit bagi ahlinya jika ditangani dengan benar.
Saran saya, ( saya bukan orang teknik, hanya sekedar memberi pandangan versi orang awam) tinggikan badan jalan ( bagian tengah ) dengan pengaspalan ulang hingga ketinggian tertentu, sedangkan bagian pinggir ( tepi) jangan ikut ditinggikan, tapi dikeruk lagi untuk menampung jika ada aliran air dengan kedalaman tertentu , hingga akhirnya dialirkan ke saluran pembuangan.

4 Pengengembangan Kota lama Banyumas
Kota Lama Banyumas sudah ditetapkan secara resmi oleh Pemkab banyumas sebagai kota pusaka ( heritage city) sekitar setahun lalu. Tapi hingga saat ini belum terdapat perkembangan yang signifikan.Namun ada beberapa berita yang menggembirakan terkait hal ini. Seperti revitalisasi kawasan alun alun Banyumas, penataan kawasan pendapa Jaka Kaiman ( dulu dikenal istilah duplikat sipanji) dengan mengembalikan bentuk taman seperti suasana tempo dulu, membangun taman sari . Tentu keberjhasilan kOta lama menjadi primadona pariwisata baru yang menyajikan atau menjual heritage tak aklan berhasil tanpa peran aktif semua warganya. Banyak diantara heritage itu merupakan kawasan tempat tinggal warga, sehingga untuk menata kawasan kota lama secara keseluruhan membutuhkan program kerja yang jelas yang melibatkan semua unsur pemerintah daerah dan juga semua lapisan masyarakat termasuk akomodasi, transportasi, kuliner, pengusaha batik, pelaku kesenian dan instansi pendidikan.
Usulan saya, Perlu ada kesepahaman kepada seluruh masyarakat terutama para pemilik bangunan heritage baik berupa rumah, took , kantor dan sebagainya agar turut serta membangun citra kota lama Banyumas. Pemkab Banyumas harus aktif mendorong dan bekerjasama dengan mereka dalam hal perawatan gedung, berupa pengecatan ulang gedung-gedung setiap 2 tahun dan sebagainya. Dalam hal perawatan gedung ini bisa dibentuk sebuah yayasan yang mengorganisir dan menggalang dana untuk membiayai kegiatan operasional.
5 Banyumas Extravagansa
Banyumas Extravagansa baru dikenal dalam beberapa tahun terakhir, konsepnya berupa karnaval yang menonjolkan kostum antik para pesertanya. Memang dalam pelaksanaannya menonjolkan nuansa Banyumas apakah itu dalam bentuk batik, kerajinan rakyat seperti produk-produk khas dari Banyumas lain, namun kekurangan event ini adalah pelaksanaan yang kurang terorganisir dan terkesan semrawut. Dari segi mutu dan hasil menurut saya kurang maksimal karena kurang bisa mendatangkan banyak wisatawan dari luar daerah.Hal ini karena konsep karnaval ini kurang bisa menyajikan kekhasan Banyumas. Event seperti ini sebenarnya mengekor keberhasilan daerah lain yaitu Jember.
Sejarah Boomingnya karnaval versi Jember bermula saat ada sebuah kompetisi membuat film documenter yang diselenggarakan oleh sebuah stasiun TV Swasta nasional.Salah satu pesertanya menyajikan film dokumentasi tentang konsep karnafal di Jember.Dalam bagian tayangannya dijelaskan bahwa karnaval ini dipelopori oleh kelompok kreatif di daerah itu yang bercita-cita menciptakan sebuah event besar skala nasional bahkan internasional yang kahirnya bisa berdampak pada kunjungan wisatawan ke Jember. Program mereka dirintis bukan dalam waktu sebentar tapi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan banyak unsur .Nah , film dokumentasi ini ternyata menginspirasi daerha lain sehingga berlomba-lomba menggelar event yang sebenarnya serupa, hanya berbeda kemasan saja namun konsepnya masih sama, saya katakan menjiplak dan tidak orisinal. Memang tidak hanya kabupaten banyumas yang melakukan itu, banyak juga daerah lain.
Oleh karena itu, saya harap, Konsep Banyumas Extravagansa diubah, harus orisinal dengan menggarap potensi utama yang dimiliki kabupaten Banyumas, Event sebaiknya diselenggarakan di lokasi yang punya nilai jual tinggi dan bisa menjadi ikon Banyumas, misalnya di kawasan Bendung Gerak Serayu dibangun gedung semacam opera house, yang bukan hanya mewadahi kegitan kesenian yang digelar secara periodic dan kontinu. Tapi juga bisa digunakan untuk penyelenggaran Banyumas Extravagansa dengan memaksimalkan potensi lainnya seperti Serayu Voyage River. Selain itu, Kawasan Kota Lama Banyumas juga bisa digunakan untuk event itu, tapi tentu konsepnya harus beda dengan daerah lain.

Demikian sedikit tulisan saya mengenai masukan terhadap beberapa program pembangunan di kabupaten Banyumas, semoga bisa menjadi salah satu bahan evaluasi oleh Pemkab Banyumas.

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...