Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Jumat, 27 April 2018

Pendataan Tradisi Banyumas Dilakukan

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas segera melakukan pendataan tradisi dan budaya di wilayahnya. Iniventarisasi ini menjadi panduan untuk pelestarian nilai-nilai tradisi.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan, pendataan nilai tradisi dan budaya masyarakat ini dipaparkan dalam rapat koordinasi bidang kebudayaan di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Hasil pendataan, akan menjadi rekomendasi untuk upaya pelestarian dan pengembangan.
“Tidak hanya adat, tradisi dan kesenian yang sudah ada, pranata mangsa atau perhitungan dalam kalender Jawa pun harus dilaporkan,” katanya, ketika dihubungi, kemarin. Dia menyebutkan, proses pendataan tahun ini relatif lebih sulit. Pasalnya, jumlah pamong budaya tak lagi sebanyak tahun sebelumnya. Deskart menuturkan, pamong budaya yang awalnya bertugas di kecamatan berjumlah 27 orang.
Namun, lambat laun jumlahnya berkurang lantaran beberapa pamong sudah pensiun. “Sekarang ya tinggal 5. Kami akan mencoba memaksimalkan,” ujarnya. Deskart mengatakan, melalui proses inventarisasi ini diharapkan upaya perlindungan terhadap nilai tradisi dan budaya dana berjalan. Perlindungan, dasarnya adalah pengetahuan yang kita punya. Langkah dasarnya adalah pendataan. Program berikutnya yaitu pengembangan dengan memberdayakan masyarakat.
sumber suara merdeka

Petani Lirik Pupuk dan Pestisida Organik

Dinilai lebih efektif dan efisien dalam mengendalikan hama dan menyuburkan tanaman, pupuk dan pestisida organik yang diproduksi peroran dan kelompok semakin dilirik petani. Ketua Forum Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (FP4S) Buton, Glempang, Muthohar mengatakan tak berhenti mengajak para petani di Banyumas dan di manapun untuk kembali ke organik.
Pasalnya sudah terbukti dari sejumlah petani organik di Banyumas berhasil meningkatkan produksi hingga pendapatan dari hasil pertanian organik tersebut. ’’Hasil produksi pertanian organik ini juga mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian biasa. Karena saat ini produksi pertanian organik masih minim sehingga banyak permintaan yang belum dapat terpenuhi,’’katanya, kemarin.
Dijelaskan Muthohar, dengan produksi pupuk dan pestisida organik secara mandiri, maka petani dapat menghilangkan ketergantungan terhadap produksi pupuk dan pestisida kimia pabrikan. Bahkan terbukti dengan produksi pupuk organik dan pestisida organik bisa menjadi lahan perekonomian baru bagi petani. ’’Makanya diharapkan dengan pertanian organik inilah, diharapkan petani dan masyarakat desa akan lebih sejahtera dan swadaya.
Ekosistem alam juga akan terjaga keseimbangannya sehingga keberlanjutan alam juga akan dapat lebih terjamin,’’ujarnynya. Selain di Glempang Kecamatan Pekuncen, penggunaan pestisida organik juga terus dimanfaatkan oleh petani di Desa Tiparkidul, Kecamatan Ajibarang dan Desa Karanglo Kecamatan Cilongok. Produksi formula pupuk hingga pestisida organik yang mereka buat sudah dilirik oleh sejumlah produsen.
Membuat Sendiri
Kepala Desa Tiparkidul, Kecamatan Ajibarang, Riyanto mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, ia bersama kelompok tani yang ada di Desa Tiparkidul, secara mandiri membuat pestisida organik.
Dengan memanfaatkan bahan-bahan dari alam sekitar, para petani meramu dan memformulasikan sendiri pestisida organik untuk menangkal dan mengendalikan hama penyakit tanaman padi. ’’Kami buat pestisida organik dari bahan-bahan dedaunan hingga ubi rempah di sekitar kami, antara lain daun sirsak, daun dringo, akar benggle, ditambah garam dan bahan lain secukupnya.
Bahan-bahan itulah kami tumbuk, haluskan dan kami larutkan ke air dan jadilah ramuan pestisida yang cukup ampuh pengendali hama penyakit padi,’’ katanya di sela kegiatan petani memproduksi pestisida organik.
Dijelaskan Riyanto, dengan memproduksi sendiri pestisida organik, petani bisa menghemat hingga puluhan ribu rupiah. Petani tak perlu lagi membeli pestisida kimia dalam kemasan botol yang dijual di toko pertanian dengan harga bisa mencapai Rp 100 ribu. Dengan bermodalkan uang sekitar Rp 10 ribu saja, petani bisa membuat ramuan pestisida yang efektif dan efisien mengendalikan hama.
’’Karena sudah terbukti efektif, makanya banyak petani yang melirik pestisida organik ini. Kami berharap ke depan selain pestisida organik, ke depan petani dapat kembali lagi mempergunakan pupuk organik secara total sehingga hasil produksi padi lebih sehat dan menguntungkan petani,’’ katanya.
sumber Suara Merdeka

Potensi Investasi Banyumas Dipetakan

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas akan melakukan survei Disagregasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Kegiatan yang dilaksanakan serentak di seluruh provinsi Indonesia ini akan dilaksanakan April hingga Juni 2018.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Banyumas, Edy Aprotuwiyono, survei untuk mengetahui secara detail peta investasi suatu daerah. Informasi investasi menjadi sangat penting untuk memudahkan melakukan perencanaan pertumbuhan ekonomi yang lebih detail sehingga lebih akurat. Selain itu, memudahkan menentukan keterkaitan sisi permintaan investasi dan sisi produksi.
’’Untuk mengubah suatu kabupaten dengan tanpa adanya investasi yang masuk itu kita sangat kesulitan, sehingga survei ini ingin cepat-cepat dibutuhkan untuk mengetahui investasi di Banyumas itu apa saja,’’ katanya usai ditemui diskusi kelompok terarah di Purwokerto, Kamis (26/4). Dengan demikian, data informasi tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan investor yang untuk menanamkan modalnya apakah ke Banyumas atau Purbalingga itu bersumber dari hasil survei Disagregasi PMTB.
’’Ini untuk memetakan potensi investasi, karena yang bisa menjadi solusi permasalahn daerah seperti pengangguran itu ya cuma investasi,’’ kata Edy. Dikatakan, survei Disagregasi PMTB akan menyasar ke berbagai potensi investasi dengan sasaran, organisasi perangkat daerah, perusahaan swasta maupun masyarakat umum.
’’Kami akan menyurvei semua investasi, seperti sektor pertanian, pertambangan serta mengetahui apakah ada atau tidak potensi investasi yang dilirik investor. Ini harus dipetakan semua,’’katanya. Tujuan Survei Survei ini bertujuan memperoleh data populasi beberapa jenis komoditas yang menjadi PMTB menurut wilayah, memperoleh data indikator untuk menunjang penghitungan PMTB bangunan menurut jenisnya.
Kemudian memperoleh data PMTB pemerintah yang bersumber dari APBD/APBN menurut jenis barang modal, memperoleh indikator untuk penghitungan usia pakai menurut jkenis barang modal dan industri serta menjadi sumber data untuk penghitungan stok kapital. Edy mengatakan, petugas survei di Banyumas yang disiapkan jumlahnya 15 orang. Mereka akan mengambil sampel di instasi pemerintah, perusahaan dan masyarakat. ’’Ayo bangun Banyumas dengan data yang valid.
Kami harap nantinya perusahaan atau orang yang disurvei memberikan data yang detail dan valid,’’katanya. Kepala Badan Keuangan Daerah Kabupaten Banyumas, Irawati mengatakan, calon investor yang berkeinginan menanamkan modalnya di Banyumas tinggi, namun mereka terbentur mahalnya harga tanah. Hal ini menyebabkan beberapa investor tidak jadi menginvestasikan modalnya di Banyumas.
sumber Suara Merdeka

Kamis, 19 April 2018

Limbah Kemasan Dibikin Tas Keren Pemkab Diminta Pasarkan Produk


Penumpukan sampah belakangan ini menjadi pemicu Retno, perajin di Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Adipati Mersi untuk mengurangi limbahnya. Salah satu yang dilakukan dengan membuat kerajinan dari sampah minuman kemasan yang diambil gelang tutupnya.

Retno saat diwawancari Radar Banyumas mengatakan, banyak limbah minuman kemasan di sekitar yang tidak terkelola dengan baik. Saat ini, ia berasama anggota KSM Adipati Mersi lainnya yang tergabung dalam Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), berinisiatif membuat kerajinan seperti tas, tempat minuman gelas, tempat tisu, tatakan piring, tempat buah, keranjang pakaian kotor, dan sebagainya.

“Kami ngumpulin limbah minuman kemasan dari pemulung dan di sekitar rumah,” katanya.
Proses pengerjaannya yang memakan waktu tidak sampai seminggu ini, untuk tas rata-rata membutuhkan minuman kemasan sebanyak lima ratus gelang tutup minuman kemasan, untuk ukuran besar. Sedangkan ukuran kecil mencapai dua ratus gelang tutup minuman kemasan.
Dengan kreasi ini, ia mengaku dapat mendatangkan keuntungan untuk aggota PKK di KSM Adipati Mersi, Purwoketo Timur.

“Sudah terjual sampai Kalimantan, Jakarta, dan sekitar dalam kota,” kata Retno. Ia mengaharapkan ada bantuan dari pemerintah daerah agar dapat turut serta memasarkan produk-produk dari KSM Adipati Mersi. Sebab menurutnya, jika dapat dijadikan souvenir dan mulai tersebar penjualannya, bisa jadi masukan untuk pmerintah daerah. Seementara itu perajin minuman kemasan lainnya, Wati mengaku terlatih membuat kerajinan dari gelang tutup minuman kemasan setelah belajar selama dua jam.

Menurutnya, limbah yang dibuang bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan yang lebih bermanfaat. “Sampah plastik jadi dapat dikelola lebih baik dan tidak menumpuk,” ujarnya. Di samping itu, para perajin pun mengajari anak-anak dan remaja sekitar untuk membuat kerajinan dari limbah plastik. (ely)
Sumber: radarbanyumas

Selasa, 17 April 2018

Tradisi Jaro Rajab Di Cikakak Wangon


Masyarakat Desa Cikakak Kecamatan Wangon masih menjaga tradisi Nenek Moyangnya. Mereka mempertahankan tradisi berupa Tradisi Jaro Rojab setiap tanggal 26 Rajab bertepatan Jumat (13/4) lalu. Jaro Rojab merupakan kegiatan mengganti pagar bambu yang mengelililingi komplek makam Kyai Toleh dan Masjid Saka Tunggal.
Kepala Desa Cikakak Suyitno mengatakan, kegiatan tradisi Jaro Rajab dimulai sejak pukul 06.00 sampai 11.00. Jaro Rojab merupakan ritual mengganti pagar bambu keliling masjid saka tunggal setiap setahun sekali yaitu pada tanggal 26 Rajab. Ritual ini diikuti oleh seluruh warga desa Cikakak dan sekitarnya.
“Dalam ritual yang mereka sebut ganti Jaro Rajapine,” katanya
Suyitno menambahkan saat membuat pagar, ada beberapa pantangan yang harus ditaati. Mereka dilarang berbicara dengan suara keras serta tidak boleh menggunakan alas kaki. Sehingga yang terdengar hanya pagar bambu yang dipukul
“Penggantian pagar bambu atau jaro disekitar masjid Saka Tunggal sudah berlangsung turun temurun dan mempunyai bermakna kebersamaan dan gotong royong, tradisi ganti Jaro Rajab ini bagi warga di sini dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri manusia,” tambahnya
Kepala Bidang Kebudayasn Dinporabudpar Kabupaten Banyumas Deskart S. Djatmiko, M.Si mengatakan Jaro Rojab sebagai ajang berkumpulnya keluarga atau simpatisan, merupakan suatu bagian dari budaya yang diharapkan akan menjadi satu centre of interest baru di titik pertumbuhan budaya dan wisata yang ada di daerah Wangon dan Ajibarang.
“Dengan kegiatan ini akan terjalin keterikatan batin antara para pendahulunya dengan mereka tetap terjaga, dan dalam bahasa Jawa istilah Ngalap Berkah yaitu diharapkan mendapatkan berkah dari perbuatan baik mereka setelah mengganti Jaro atau pagar makam yang terbuat dari bambu,” terang Jatmiko.

Jumat, 13 April 2018

Desa Di Banyumas Diminta Jeli Lihat Peluang Usaha BUMDes

Untuk mendorong pendirian dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di wilayahnya masing-masing, Pemerintah Desa dan masyarakat diminta jeli dalam melihat peluang usaha BUMDes yang cocok, prospektif, dan berkesinambungan.
Hal itu disampaikan Kabid Pemberdayaan Masyarakat Desa Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Banyumas, Oentung Sugiarto. Menurutnya saat ini perkembangan jumlah BUMDes di Banyumas terus semakin meningkat. Namun demikian kulitas strata perkembangan BUMDes terus didorong untuk ditingkatkan. ”Dari sekitar 300an desa, saat ini telah terbentuk sekitar 170 BUMDes.
Untuk strata BUMDes masih bervariasi mulai dari tingkat dasar hingga maju. Makanya kami berharap desa bisa semakin jeli melihat peluang usaha di desanya untuk kemajuan dan keberlangsungan BUMDes,” ujarnya, kemarin. Dijelaskan Oentung, saat ini berbagai macam usaha BUMDes terus dikembangkan oleh pengelola BUMDes.
Mulai dari sektor perdagangan, simpan pinjam, agrowisata, pengelolaan sampah dan sebagainya. Usaha tersebut didorong bisa menyerap produk lokal dan peluang ekonomi di desa tersebut. ”Makanya diharapkan unit usaha BUMDes yang ada tidak mematikan usaha ekonomi warga masyarakat sekitarnya. Namun diharapkan justru bisa memacu perkembangan ekonomi masyarakat sehingga saling melengkapi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
Menurutnya, di saat sejumlah desa bingung mencari potensi usaha yang dikelola BUMDes, sejumlah desa lain menangkap peluang mengangkut hingga mengelola sampah sebagai unit usaha BUMDes. Sejumlah desa yang profesional mengelola BUMDes ini ternyata berhasil mengelola potensi sampah yang sebelumnya tak pernah dilirik.
”Pengelolaan sampah menjadi salah satu usaha yang menjanjikan saat ini. Karena di samping bernilai secara ekonomi, jika dikelola maksimal, pengelolaan sampah juga menjadi sarana edukasi dan pemberdayaan masyarakat terhadap lingkungan,” tuturnya.
Pengurus BUMDes Satria Desa Desa Kranggan, Kecamatan Pekuncen, Hariyadi juga mulai mengelola jasa pengangkutan sampah sebagai salah satu unit usaha BUMDes di Desa Kranggan. Menurutnya prospek usaha pengangkutan sampah ini cukup bagus di tengah produksi sampah yang terus meningkat.
”Diharapkan ke depan tidak hanya jasa pengangkutan sampah saja, tetapi dapat ditingkatkan menjadi usaha pengelolaan sampah. Diharapkan dengan pengelolaan sampah ini masyarakat juga akan semakin sadar akan permasalahan sampah dan bersama-sama memecahkan permasalahan ini,” ujarnya.
sumber Suara Merdeka

Pembangunan Embung Purwojati

Pemkab Usul Pembangunan Embung

  • Penuhi Kebutuhan Air
Dalam memenuhi kebutuhan air di wilayah Purwojati, Rawalo, dan Kebasen, Pemkab Banyumas mengusulkan pembangunan embung kepada Presiden. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas Irawadi mengatakan, terkait usulan pembangunan embung tersebut, saat ini sedang dilakukan perencanaan oleh Balai Besar. ” Di Purwojati ada satu usulan ke Presiden, untuk penyediaan air di tiga kecamatan.
Di sana ada yang masih tadah hujan, padahal Rawalo dan Kebasen jadi salah satu lumbung padi kita,” ujarnya, Rabu (11/4). Dia mengatakan, kendati menjadi salah satu lumbung padi di wilayah Banyumas, wilayah Rawalo misalnya, aliran air dari daerah irigasi (DI) Tajum tidak bisa sampai wilayah tersebut. Kondisi itu karena kerusakan jaringan irigasi, maupun karena ketersediaan air yang terbatas.
”Guna mengatasi kondisi itu, alternatif pertama dengan renovasi (memperbaiki) jaringan irigasi, yang kedua dengan membangun embung,” kata dia. Sementara itu, sembari menunggu realisasi usulan pembangunan embung, sebagai solusi jangka pendek terkait musim kemarau, menurutnya, pihaknya juga menyiapkan pompa air.
Dia mengatakan, saat ini pihaknya memiliki sekitar 20 unit pompa, yang dapat digunakan saat musim kemarau melanda. ”Selain itu, embung yang ada juga kita naikkan kapasitasnya dengan rehabilitasi,” ucapnya. Diberitakan sebelumnya, Pemkab Banyumas juga menyiapkan alokasi anggaran Rp 4 miliar untuk pemeliharaan dan rehabilitasi saluran irigasi di Kabupaten Banyumas.
Kerusakan Jaringan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas Irawadi mengatakan, kondisi kerusakan jaringan irigasi di Kabupaten Banyumas mencapai 15?ri 17.000 hektare luas areal pertanian yang teraliri irigasi. ”Irigasi kewenangan kabupaten, yang rusak sekitar 15 %, itu akan diselesaikan tahun ini dengan anggaran renovasi dan pemeliharaan,” jelasnya, Selasa (10/4).
Menurutnya, untuk menangani kerusakan tersebut, telah disiapkan alokasi anggaran Rp 4 miliar, untuk penanganan kerusakan. Saat ini, menurutnya, penanganan kerusakan masih dalam proses persiapan. ”Oktober mendatang, kalau bisa sudah harus selesai. Sebab biasanya musim tanam itu dimulai Oktober sampai Maret,” ucapnya. 
sumber Suara Merdeka

Jumat, 06 April 2018

Penanganan Sampah Di Kabupaten Banyumas, Tawarkan Saja Pada Investor !

Masalah sampah di kabupaten Banyumas kembali mencuat, yaitu konflik antara warga sekitar TPA Kaliori dengan Dinas Kebersihan atau instansi yang emangani TPA Kaliori, warga mengklaim bahwa TPA Kaliori menyalahi kesepakatan dengan warga terkait pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, tidak sesuai dengan hasil study banding ke Bali sebagai dasar pembangunan TPA Kaliori demikian pendapat perwakilan warga yang ikut demo. 

Mari kita flashback dulu kenapa di bangun TPA Kaliori. Sesuai aturan daerah yang dibuat ditetapkan TPA Kaliori merupakan lokasi yang tunjuk sebagai penanganan sampah utama di kabupaten Banyumas , oleh karena itu TPA Gunung Tugel di selatan Purwokerto direncanakan untuk ditutup, sebagai daerah yang dirancang sebagai pendukung dan daerah konservasi perkotaan Purwokerto. 
Namun yang menjadi masalah sekarang adalah pencemaran lingkungan akibat pengelolaan sampah Kaliori membuat warga tidak tahan dan resah , karena udara dan air bersih menjadi tercemar .

Saya akan membahas sedikit terkait pengelolaan sampah di kabupaten tetangga yang punya persoalan berbeda yang beritanya sempat ditulis di surat kabar. Pertama di Cilacap sedang dibnagun infrastruktur pengolah sampah di Tritih yang bisa mengolah sampah ,menjadi bahan lain yang berguna bagi kebutuhan industri. Tapi ini tak bisa di tiru pemda lain karena investasinya sangat besar dan mendapat dukungan dari Pemerintah Pusat serta Donatur dari Eropa. Dana yang dibutuhkan tidak sedikit dan sampai sekarang belum tuntas dan belum beroperasi.  Tapi yang menarik bagi saya adalah tentang berita Pengelolaan sampah di Kabupaten Banjarnegara yang ditawarkan kepada investor tapi kemudian mangkrak karen akurangnya volume smapah yang masuk. Ini menurut saya dilematis, mengapa kabupaten seperti Banjarnegara bisa  mendatangkan investor meskipun belum sesuai harapan realisasinya yaitu gagal atau tidak beroperasi.  

Nah dari kasus ini Pemda Banyumas seharusnya belajar kepada Banjarnegara bagaimana mengajak investor, berinvestasi di sektor persamapahan. Karena sampah dengan volume yang melimpah dan selalu bertambah tentu jika dikelola bisa lebih bermanfaat bukan hanya mengurangi pencemaran lingkungan. Beberapa teknik pengelolaan sampah yang saat ini dilakukan masyarakat dan beberapa instansi atau lembaga dalam bentuk Bank Sampah, sudah cukup baik dan merata di beberapa wilayah, namun itu belum cukup karena tingkat penangannanya masih dalam skala kecil. Belum bisa menangani sampah skala besar atau regional.

Coba Pemda Banyumas menawarkan investor untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk, mengolah sampah daur ulang menjadi bahan lain yang bisa digunakan kembali atau membuat produk kerajinan tangan atau handicraft . Semoga ini bisa dipertimbangkan dismaping rencana yang sudah disiapkan Pemkab banyumas seperti membangun Tempat Pengolahan sampah terpadu TPST dengan hanggar yang besar yang direncanakan dibangun di 6 Unit Kebersihan dan Pertamanan  yaitu Purwokerto, Ajibarang, Wangon, Sokaraja ,Banyumas dna Sumpiuh.

Alangkah baiknya jika rencana ini disinergikan dan menggandeng investor dan berbagai stakeholder .

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...