Program penuntasan kemampuan baca tulis Alquran dan Praktek Pengamalan Ibadah (BTAPPI) bagi mahasiswa dan pesantrenisasi yang diterapkan di IAIN Purwokerto, menarik perhatian para pejabat dan pemimpin perguruan tinggi di lingkungan Kementrian Agama.
Wakil Rektor III IAIN Pekalongan Drs M Muslih MPd PhD dan rombongan, pekan lalu, datang ke IAIN Purwokerto untuk melakukan studi banding. Kedatangan Muslih disambut oleh Rektor IAIN Purwokerto Dr H A Luthfi Hamidi, Wakil Rektor III Dr Supriyanto dan kepala unit Maíhad Al-Jamiíah Drs Ibnu Mukti M Pd di Ruang rapat rektorat.
Wakil Rektor Bidang Alumni Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Purwokerto Dr Supriyanto LC Msi mengatakan, tujuan penerapan pesantrenisasi tidak semata mata untuk meningkatkan kemampuan BTA PPI.
Namun lebih jauh dengan penerapan model tersebut mahasiswa akan lebih terkontrol dan fokus untuk belajar. Pesantren sebagai salah satu model pendidikan Islam yang terbukti mampu melahirkan alumni yang relatif lebih baik secara akhlak dipandang perlu untuk dilibatkan oleh IAIN Purwokerto.
Supriyanto menjelaskan sejak awal penerapan pesantrenisasi pada tahun 2010 IAIN Purwokerto menggandeng hanya lima pesantren. Namun dengan semakin pesatnya pertumbuhan IAIN Purwokerto dan bertambahnya jumlah mahasiswa maka sampai saat ini sudah ada dua puluh lima pesantren yang menjadi mitra IAIN Purwokerto.
Bahkan tahun ini sudah ada sembilan pesantren yang mengajukan diri untuk menjadi mitra, namun proses verifikasi terkait kelayakan dan kesiapan pesantren belum dilakukan. ”Kedepan jika sembilan pesantren itu dipandang layak maka tidak menutup kemungkinan jumlah pesantren mitra akan bertambah,”ujarnya.
Harus Dikuasai
Muslih menilai, penerapan program pesantrenisasi di IAIN Purwokerto cukup bagus dan layak untuk diterapkan di IAIN Pekalongan. Dengan membekali mahasiswa dengan kemampuan BTA dan PPI maka output dari IAIN akan siap terjun di masyarakat untuk menjadi bagian pemecah persoalan. Dia menyadari kemampuan baca tulis Alquran merupakan hal dasar yang harus dikuasai oleh lulusan perguruan tinggi keagamaan Islam.
Penerapan program itu di sini sudah sangat tepat menerapkan program itu, mengingat wajib hukumnya lulusan perguruan tinggi islam untuk dapat membaca Alquran dengan baik dan benar. Menurut Muslih, metode yang diterapkan IAIN Purwokerto sangat bagus, yaitu dengan menggandeng pesantren disekitar kampus menjadi mitra.
Memang tidak hanya IAIN Purwokerto yang menggandeng mitra, beberapa PTKIN juga sudah menggunakan metode yang hampir serupa. Namun, hubungan dengan pesantren mitra yang cukup harmonis dan saling menopang menjadi nilai lebih. ”Itulah mengapa IAIN Pekalongan ingin belajar dengan IAIN Purwokerto terkait pesantrenisasi,” katanya.
sumber suara merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar