Rekaman Perubahan di Bilik Museum
HERAKLEITOS seorang filsuf yang hidup sezaman dengan Phytagoras pernah berucap panta rhei kai uden menei, yang kurang lebih berarti semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal tetap. Perubahan seperti dikatakan Herakleitos sudah pasti terjadi.
Perubahan dapat menyentuh segala hal, termasuk di antaranya gaya hidup. Terkini, orang mulai dibiasakan menggunakan pembayaran dengan cara nontunai. Tidak hanya ketika berbelanja barang branded di gerai fashion ternama, bahkan pembayaran nontunai juga telah merambah pada pemberian bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) sampai transaksi di pasar tradisional.
Perubahan-perubahan mengenai tata cara pembayaran, ternyata terekam dengan jelas di Museum BRI Purwokerto. Hal itu seperti terlihat dari beberapa koleksi museum yang didirikan untuk mengenang jasa Raden Aria Wirjaatmadja terhadap dunia perbankan di Indonesia.
Koleksi Mata Uang
Menurut petugas Museum BRI Purwokerto Errysa Bhaktiardhi, selain menyimpan koleksi sejarah pendirian BRI, Museum BRI juga memiliki koleksi mata uang yang pernah ada di Nusantara. ”Koleksi uang mulai dari uang zaman Majapahit, VOC, Zaman Penjajahan Jepang, sampai dengan rupiah edisi Panglima Besar Jenderal Soe- SM/Gayhul Dhika Wicaksana dirman,” tuturnya, Selasa (25/7).
Kepada Suara Merdeka, dia menunjukkan koleksi mata uang Zaman Majapahit yang terbuat dari logam. Menurutnya, fungsi uang pada zaman itu ternyata tidak semata sebagai alat tukar, melainkan juga sebagai pemujaan.
”Mata uang zaman Majapahit terbuat dari aneka jenis logam, baik kuningan, perunggu, perak, juga emas,” kata dia. Menurutnya, koleksi uang zaman Majapahit tersebut merupakan duplikat dari koleksi mata uang yang pernah ditemukan.
Selain itu, koleksi lain yang cukup menarik perhatian adalah tentang berbagai macam jenis uang daerah. Dia mengatakan, selepas dikumandangkannya proklamasi, sekitar tahun 1946 pemerintah mengeluarkan uang yang disebut Oeang Republik Indonesia (ORI). Bentuk uang ORI adalah uang kertas dengan nominal satu sen bergambar muka keris, dan gambar belakang teks undang-undang.
”Sayangnya, peredaran uang itu belum mencakup seluruh wilayah Indonesia pada saat itu, sehingga kemudian muncul uang daerah seperti uang provinsi Sumatera dan Banten,” jelasnya.
Bukan itu saja, beberapa koleksi alat perkantoran juga dipamerkan seperti alat pembukuan, brankas, juga mesin ketik yang pernah digunakan. Jika pernah membayangkan kembali ke masa lalu melewati lorong waktu, khayalan itu agaknya akan sedikit terwujud ketika berkunjung dan melihat koleksi.
Tidak perlu takut terjebak pada masa lalu ketika melewati ”lorong waktu”, sebab di pengujung ruang pamer koleksi, pengunjung akan dibawa kembali ke masa kini dengan adanya koleksi memorabilia tentang peluncuran satelit milik bank plat merah, yang juga merupakan satelit perbankan pertama di dunia itu.
sumber Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar