Kasus pencurian berbagai macam flora di kawasan hutan lindung Gunung Slamet menjadi salah satu sorotan dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia Tingkat Provinsi di Baturraden, baru-baru ini.
Administratur Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur, Hilaluddin, mengatakan tidak menutup kemungkinan kasus pencurian itu masih berlangsung. Pihaknya mengaku sulit mendeteksi karena keterbatasan personel yang dimiliki.
“Jumlah personel yang ditugaskan dalam pengawasan hutan lindung memang terbatas. Mereka tidak hanya mengawasi hutan saja, tapi juga melaksanakan pekerjaan lain seperti persemaian tanaman, produksi getah dan wisata,” katanya, kemarin. Dia mengatakan berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan aksi pencurian tersebut. Meski dengan segala keterbatasan yang dimiliki, pihaknya berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan kawasan hutan lindung.
“Hutan lindung Gunung Slamet memang kaya dengan flora fauna dilidungi. Berkenaan dengan adanya pencurian, maka kami akan koordinasi lebih intensif dengan melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di sekitar Gunung Slamet,” ujar dia. Menurut dia informasi dari masyarakat akan sangat berharga untuk membantu menekan aksi pencurian. Masyarakat di sekitar hutan telah diberi sosialisasi mengenai kawasan perlindungan, termasuk di dalamnya adalah hutan lindung.
“Kami memberikan pengertian terhadap pelaku. Mudah-mudahan dengan upaya persuasif dalam kelola lingkungan tersebut dapat dipahami oleh masyarakat, agar keanekaragaman hayati di Gunung Slamet dapat lestari,” kata dia.
Tahun lalu, Jagabaya Tourism Independent Security Baturraden, sempat memergoki beberapa kali pencurian flora dari kawasan hutan. Beberapa tanaman yang menjadi sasaran pencurian adalah jenis anggrek dan penjalin cacing. Pencurian dilakukan secara berkelompok oleh orang-orang yang berasal dari daerah Jawa Barat.
Tanaman-tanaman itu akan dijual kembali di daerah Jawa Barat. Kawanan pencuri biasanya masuk ke hutan melalui jalur yang sulit dipantau. “Kasus pencurian itu dulu kami selesaikan secara kekeluargaan, yang penting tidak mengulangi lagi.
Kalau sekarang kondisinya sudah cukup kondusif, kami tidak pernah mendapati lagi pencurian tanaman hutan,” ujar Komadan Jagabaya Tourism Independent Security, Amir Maruf. Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Baturraden, Safrudin, menyayangkan aksi pencurian flora yang terjadi di kawasan hutan. Menurut dia kawasan hutan Gunung Slamet memiliki berbagaimacam kenakeragaman hayati.
“Sumber daya di hutan tidak hanya kayu saja, tapi flora-flora yang lain merupakan kekayaan sumber daya genetika kita. Setiap melakukan eksploitasi kami catat ada berapa, bahwa yang kami ambil itu sebagai cadangan, ” ujar dia. Menurut dia penangkaran berbagai jenis tanaman yang dilakukan bertujuan untuk mempertahankan keanekargaman hayati.
Apabila suatu saat tanaman di hutan telah habis, pihaknya masih memiliki tanaman hasil dari budidaya. “Kami memiliki banyak koleksi jenis anggrek, salah satunya endemik hutan Slamet yaitu Anggrek Malaxis Slamatensis. Sebagian (jenis anggrek) merupakan hasil dari eksplorasi, sebagian lainnya merupakan bantuan. Seluruhnya jenis anggrek alam,” kata dia.
Tanaman lain yang menjadi koleksi kebun raya adalah Kantong Semar (Nepenthes Adriani). Cairan dari tanaman yang banyak terdapat di kawasan hutan itu menjadi buruan ilmuwan luar negeri karena dapat digunakan untuk melunakkan daging.
Jadi Magnet Wisatawan
GUNA menekan kasus pencurian flora di kawasan hutan lindung, diperlukan koordinasi antara pemangku kepentingan. Selain itu juga diperlukan pendampingan dan pembinaan terhadap masyarakat di sekitar hutan.
“Untuk mempertahankan keanekaragaman hayati di kawasan hutan lindung, perlu dilakukan pendampingan dan pembinaan serta fasilitasi dengan lembaga-lembaga lain,” kata Pegiat Pariwisata Baturraden, Tekad Santoso.
Menurut dia seluruh masyarakat, khususnya pelaku pariwisata di Baturraden menjadi laskar untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Kekayaan alam di kawasan hutan merupakan salah satu magnet wisatawan yang berkunjung ke Baturraden.
“Flora dan fauna di kawasan hutan Gunung Slamet sangat eksotik, termasuk anggrek hutan. Itu menjadi salah satu daya tarik yang banyak dilirik wisatawan. Semua yang ada di hutan menjadi daya tarik wisata, kalau sudah habis apa yang akan kita jual,” jelas dia.
Untuk mengantisipasi kepunahan salah satu jenius flora di hutan lindung, sejumlah warga di kawasan Baturraden melakukan penangkaran tanaman anggrek. Tanaman anggrek itu merupakan salah satu tanaman yang banyak diburu oleh pelaku pencurian. Penangkaran yang dilakukan warga bukan untuk kepentingan bisnis semata.
Namun untuk menghindari agar masyarakat tidak merambah dan merusak anggrek di kawasan hutan. “Banyak orang yang ingin melakukan hal yang sama, dengan alasan untuk ekplorasi, penelitan dan sebagainya. Namun kami khawatir disalahgunakan untuk kepentingan bisnis besar. Anggrek yang ditangkarkan masyarakat tidak pernah dipasarkan, karena kebanyakan hobi,” kata dia.
sumber suara merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar