Quote suaramerdeka.com :
Desa Wisata Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Banyumas, berpotensi untuk dikembangkan menjadi wisata minat khusus. Sejumlah aktivitas tersebut akan dikelola oleh masyarakat dan para pegiat Kelompok Sadar Wisata Tirta Kencana Desa Tambaknegara.
Pegiat Pokdarwis Tirta Kencana Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Sumarno, mengatakan, Desa Tambaknegara memiliki sejumlah potensi untuk diangkat, di antaranya Objek Wisata Kalibacin, Gua Kodo, dan Batu Kelir.
Kontur tanah berbukit dan hutan pinus serta tawaran lain seperti menikmati matahari terbit dan terbenam akan menjadi atraksi yang menarik. ”Akhir pekan lalu, kami menggelar Lomba Lintas Bukit dan pesertanya mencapai 90 tim. Momen itu kami manfaatkan untuk mengenalkan kawasan wisata perbukitan Serayu di areal yang dikelola oleh Perhutani,” ujarnya, kemarin.
Desa Wisata Religi
Dia mengatakan, Tambaknegara selama ini dikenal sebagai desa wisata religi dan budaya. Mungkin saja pihaknya juga mengembangkan wisata minat khusus seperti olahraga jelajah alam, treking, dan outbound. Menurut Sumarno, khusus untuk Objek Wisata Tirta Husada Kalibacin, promosinya perlu dimaksimalkan.
Pasalnya, selama ini pengunjungnya sangat sedikit. Dalam waktu satu tahun, belum pernah menembus angka 50.000 orang. ”Tidak banyak yang tahu air Kalibacin, meski berbau belerang, dipercaya baik untuk kesehatan kulit. Hanya para peziarah dan masyarakat yang mandi di objek wisata tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Tambaknegara, Kartam B, mengatakan, selain adat-istiadat masyarakat yang masih terjaga, seniman di desa tersebut kerap menampilkan kesenian yang unik, seperti gondolio, wayang, buncis, dan lengger lanang. Pola hidup masyarakat desa yang masih tradisional juga menjadi daya tarik untuk dipelajari.
Tak jarang, sejumlah akademisi datang untuk melihat masyararakat adat Kasepuhan Kalitanjung dari dekat. ”Baru-baru ini dari IAIN Purwokerto juga mempelajari adat para kasepuhan. Mereka menggelar dialog bersama,” katanya.
75 Mahasiswa Kaji Kearifan Lokal Rawalo
Sebanyak 75 mahasiswa Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam (Prodi SKI) Fakultas Ushuludin Adab dan Humaniora (FUAH) IAIN Purwokerto melakukan aktivitas kajian kearifan lokal Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten, Banyumas, pekan lalu.
Kegiatan mahasiswa ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperdalam materi perkuliahan pada mata kuliah Warisan Budaya Masyarakat. Mereka mengamati berbagai gelaran budaya, pertunjukan, dan meneliti potensi lokal yang ada.
Dosen pembimbing pada kegiatan kajian kearifan lokal Arif Hidayat M Hum, mengatakan secara spesifik kegiatan ini bertujuan untuk memberi ruang kepada para mahasiswa untuk bertemu langsung dengan objek yang mereka pelajari. Mereka mempelajari warisan budaya masyarakat atau kearifan lokal.
Dikatakan, dosen memilih pendekatan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran bermakna dalam perkuliahan supaya para mahasiswa bisa membangun pengetahuan yang didasarkan pada data atau fenomena yang riil. Karena makna yang mereka peroleh dari pengetahuannya tersebut juga akan lebih kaya.
Dengan seperti itu, maka substansi perkuliahan yang imajinatif akan minimalisir,’’ ujarnya. Selain itu, kegiatan kajian kearifan lokal ini secara umum bertujuan agar para mahasiswa sebagai generasi muda bisa mengenal budayanya sendiri. Arif Hidayat mengatakan banyak anak-anak muda yang lahir di Banyumas, tapi tidak mengenal budayanya sendiri.
Aris menjelaskan, kuliah masalah budaya adakalanya perlu observasi ke daerah-daerah yang memiliki kearifan lokal sebagai penelusuran pengetahuan eksistensial. Dalam konteks inilah, mahasiswa perlu dibekali keterampilan dan konsep berpikir kritis untuk peka terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.
Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah dan potensipotensi unggul, seharusnya kita bisa lebih maju dari negara lain. ‘’Kita tidak cukup hanya melestarikan saja, tetapi harus bisa mengembangkan. Kalau hanya melestarikan, maka tidak ada bedanya dengan dulu dan mesti kita akan tertinggal,’’jelasnya.
Kreatif
Kearifan lokal itu harus kita tampilkan dalam sisi yang kreatif, inovatif, dan tidak merusak ekosistem yang telah diwariskan. ‘’Inilah yang jarang dilakukan oleh masyarakat kita yang dewasa ini lebih mementingkan materi,’’ujar Arif.
Rawalo memiliki potensi yang cukup menarik dengan area hutan, sawah, dan sungai yang saling bertaut secara kompleks. Keadaan ini menjadi berkah yang seharusnya ditata, dikelola, dan dibuat lebih inovatif sehingga berkembang lebih baik. Dalam mengkaji kearifan lokal itu, mahasiswa melakukan dialog budaya dengan Mbah Muharto, selaku kesepuhan.
Dia memiliki filosofi eling, kelingan, ngelingi (ingat, mengingat, dan mengingatkan). Maksudnya, kita ingat bahwa manusia hidup berasal dari tanah. Manusia juga mengingat semua asal-usul sehingga tetap tinggal di tanah (bumi). Adapun maksud mengingatkan adalah semua kelak akan meninggal dunia, maka perlu diingatkan bagi orang-orang yang tidak sadar
Dalam dialog di Pendapa Desa Tambaknegara sore itu, kearifan lokal masyarakat Banyumas dipandang sebagai identitas pembentuk sistem nilai di dalam jiwa orang-orang panginyongan. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa yang dibekali intelektualitas harus bisa memaknai kearifan lokal Banyumas yang konstelasinya tidak dapat dipisahkan dari dimensi global seperti sekarang ini.
Mustaqimah, salah satu mahasiswa mengatakan, dalam melihat kearifan lokal, mahasiswa yang berangkat dengan berbagai latar belakang pemahaman agama, benar-benar harus arif. îKita harus lebih arif dari kearifan lokal itu sendiri,’’ ujarnya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar