Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Senin, 17 Oktober 2016

Mbah Kamijah, Perajin Batik Tertua di Desa Papringan Banyumas


Quote Radarbanyumas.co.id  :

 Membatik Sejak Sepuluh Tahun, Kecewa Tak Ada yang Mewarisi Membatik sudah menjadi “makanan” sehari-hari Mbah Kamijah. Warga Desa Papringan, Patikraja, Banyumas itu kini menjadi perajin batik tertua di desanya. Meski sudah menginjak 72 tahun, semangatnya tidak pernah luntur. LAILY MEDIA Y, Purwokerto Tubuhnya memang sudah terlihat renta saat Mbah Kamijah menyambut kedatangan Radarmas di rumahnya. Rumahnya memang tidak begitu luas, namun tertata rapi. Meski sudah tua, namun gambaran semangat terlihat jelas di wajahnya. Tidak ada gurat letih di wajahnya. Ditemani suaminya, Sanroji, Mbah Kamijah melewati hari-harinya dengan membatik. Mbah Kamijah pun mengajak Radarmas masuk ke bagian belakang rumahnya. Di halaman belakang tersebut, ia biasa membatik. Peralatan membatik sederhana seperti canting dan malam yang berada di wajan kecil yang sudah dicairkan di atas arang. “Saya mulai membatik sejak usia 10 tahun. Saat itu masih duduk di sekolah dasar, karena memang suka saat melihat orang tua yang juga sebagai perajin batik,” kata Mbah Kamijah memulai ceritanya. Menurut Mbah Kamijah, dulu banyak sekali yang menjadi perajin batik. Termausk orang tua dan tetangga-tetangganya. Saat itu memang batik juga diajarkan di sekolah-sekolah. Tidak seperti sekarang, yang memang hanya segelintir orang yang masih menekuni batik. Bahkan, anak-anaknya juga tidak ada yang menekuni batik. Sembari meniup cantingnya, ada sedikit rasa kecewa karena ketiga anaknya tidak ada yang siap meneruskan keterampilan membatik. Padahal dari membatik itulah, Mbah Kamijah bisa bertahan dan menambah penghasilan suami sebagai petani. Anak-anak Mbah Kamijah itu lebih meilih tinggal bersama keluarga kecil mereka, ada yang di Bandung dan ada juga di Rawalo. Untuk per lembar kain batik karyanya, Mbah Kamijah hanya mendapat Rp 10 ribu. Kain batik karyanya sudah menjadi pesanan tetap beberapa toko batik di Sokaraja. Setiap beberapa hari sekali, Mbah Kamijah mampu menyelesaikan rata-rata 20 lembar batik. “Dari jualan ini, saya bisa rehab rumah dibantu sama tetangga. Ambil bahan-bahannya juga dari kebun belakang rumah,” tuturnya. Mbah Kamijah dan suaminya lebih memilih menggunakan bambu untuk dinding rumahnya, seperti keadaan sebelumnya. Namun, keadaan rumahnya kini sudah lebih baik dari pada sebelumnya. Mbah Kamijan melanjutkan ceritanya, pada saat ini, proses pembuatannya tidak serumit dahulu. Jika dahulu Mbah Kamijah memulai prosesnya dimulai dari menggambar pola, kini ia hanya tinggal melukiskan malam di selembar kain yang sudah digambari pola. Di samping melukis batik, Mbah Kamijan dan Mbah Sanroji juga menjual kopi. Ia membeli biji kopi dan dimasak sendiri. Keduanya tetap rukun meski Mbah Sanroji sudah tidak dapat bergerak bebas. Ia juga sudah berhenti dari pekerjaan utamanya sebagai petani.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...