Quote suaramerdeka.com :
Angka kunjungan wisatawan ke Objek Wisata Baturraden, Banyumas, dalam tiga tahun terakhir meningkat signifikan. Peningkatan kunjungan telah memberikan sumbangan besar terhadap pendapatan asli daerah. Menurut Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko, setiap Sabtu dan Minggu angka kunjungan ke Objek Wisata Baturraden sekitar 5.000 hingga 10.000 pengunjung.
Padahal, sebelumnya angka kunjungan ke Baturraden maksimal 5.000 pengunjung dan pada hari biasa sekitar 1.000 pengunjung. ”Angka kunjungan wisata ke Baturraden dalam setahun mencapai 460.000 pengunjung. Ini belum termasuk pengunjung ke Taman Miniatur Dunia di Desa Ketenger.
Di sana angka kunjungannya sehari 2.000 pengunjung,” ujarnya, kemarin. Dia mengatakan, tingginya angka kunjungan wisatawan ke Objek Wisata Baturraden karena pengelola objek wisata rutin menyuguhkan hiburan, seperti Festival Baturraden. Selain itu, tiket masuk ke objek wisata paling murah di wilayah Jateng bagian selatan.
Sumbangan Besar
”Tiket terusan untuk masuk objek wisata Rp 14.000 per orang. Dulu sebelum tiket terusan, per orang mengeluarkan biaya Rp 40.000,” katanya. Peningkatan angka kunjungan telah memberikan sumbangan besar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Banyumas. Pada 2015, target pendapatan dari angka kunjungan Objek Wisata Baturraden Rp 4,5 miliar dan terealisasi sekitar Rp 6,5 miliar.
Target pendapatan untuk tahun ini meningkat menjadi Rp 6,5 miliar. Hingga awal September, perolehan pendapatan dari tiket masuk Rp 5.569.- 000.000, dengan jumlah angka kunjungan 396.857 orang. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lokawisata Baturraden, Djoko Haryanto, kepada wartawan, mengatakan, pihaknya optimistis target kunjungan wisatawan ke Objek Wisata Baturraden tahun ini akan terpenuhi.
Sementara itu, untuk memberikan kualitas pelayanan pengunjung, Pemkab Banyumas berencana mengembangkan kawasan wisata Baturraden ke arah barat, yaitu wilayah Kecamatan Kedungbanteng dan Karanglewas, yang menyangkut enam desa di wilayah lereng selatan Gunung Slamet.
Keenam desa tersebut antara lain Desa Ketenger, Melung, Windujaya, Kalisalak, Baseh, dan Sunyalangu. Di desa-desa tersebut telah berkembang empat wisata yang dikelola secara profesional, baik oleh Perhutani, masyarakat, maupun kelompok masyarakat.
Jatmiko kembali mengatakan, untuk mengembangkan Baturraden menjadi sebuah kawasan yang memiliki banyak destinasi dan daya tarik memerlukan kesepakatan bersama dengan para pemangku kepentingan, salah satunya dengan pemerintah desa.
”Kami juga akan membantuk pokdawis-pokdawis, termasuk dengan pengelola objek wisata yang sudah berjalan. Apalagi di desa-desa itu masih terdapat enam objek lain yang potensial untuk dikembangkan seperti Curug Dadap, Gunung Pecokol, Igir Kampret, Gunung Beser, dansitus-situs lain,” terang dia.
Pengelola Benahi Sejumlah Wahana
Pengelola Lokawisata Baturraden membenahi sejumlah wahana dan memperluas lahan bagi pedagang. Wahana yang diperbaiki di antaranya taman bermain di pintu keluar objek wisata di lereng Gunung Slamet tersebut.
Kepala UPT Lokawisata Baturraden, Djoko Haryanto, mengatakan, penambahan taman bunga untuk tempat bersantai ini diharapkan dapat menambah waktu tinggal para wisatawan. Sembari menikmati pemandangan, mereka bisa membeli jajanan yang disediakan pedagang.
”Baru pembenahan saja, belum ada penambahan wahana. Kami akan menata pedagang supaya lebih rapi,” ujarnya, Selasa (18/10). Djoko menambahkan, pembenahan tersebut merupakan rencana jangka pendek sembari menyiapkan fasilitas di jalan penghubung menuju Kebun Raya Baturraden. Rencananya proyek tersebut mulai digarap tahun 2017.
Dibangun Kolam Renang
Ke depannya, kata dia, kawasan Wanasuka di utara Lokawisata Baturraden bakal dibangun kolam renang baru. Wahana tersebut diharapkan akan menambah daya tarik objek wisata ini. ”Beberapa wahana permainan juga perlu ditambah, karena pengunjung Baturraden semakin tinggi akhir-akhir ini. Jangan sampai mereka terlalu lama mengantre untuk masuk ke wahana,” kata dia.
Kepala Bidang Pariwisata, Deskart Sotyo Jatmiko, mengatakan, selain pembenahan wahana di Lokawisata Baturraden, pihaknya akan mengembangkan kawasan lereng Selatan Gunung Slamet. Sejumlah desa wisata dan objek wisata massal didorong sebagai destinasi unggulan di kawasan tersebut.
”Objek wisata alam yang dikelola masyarakat seperti Bukit Tranggulasih, Curug Gomblang, dan pihak swasta seperti Baturagung adalah potensi yang masih bisa digarap. Tetapi setiap desa harus menonjolkan ciri khas masing-masing,” ujarnya.
Fasilitas Baturraden Perlu Ditambah
Fasilitas pendukung kawasan wisata Baturraden dikhawatirkan terus menurun. Padahal tingkat kunjungan wisatawan ke kawasan wisata lereng Gunung Slamet ini meningkat tajam. Pegiat wisata, Wiwit Yuni, memaparkan peningkatan kunjungan rata-rata mencapai 30 persen.
Padahal, fasilitas dan daya dukung kawasan tetap tidak berubah. “Tidak banyak perubahan, tetapi pengunjungnya makin lama makin bertambah. Hal itu akan berdampak negatif bagi kawasan Baturraden,” ujarnya, kemarin.
Menurut Wiwit, penurunan pelayanan terhadap wisatawan menjadi salah satu indikatornya. Akhirakhir ini, makin banyak keluhan lahan parkir yang berkurang. Itu bersamaan dengan munculnya parkir liar yang bertarif lebih mahal. Di sisi lain, bertambahnya jumlah wisatawan juga akan menimbulkan perubahan pada lingkungan. Di antaranya sampah plastik yang tidak dibuang di tempat semestinya.
“Wisatawan banyak yang tidak memahami Sapta Pesona. Jadi mereka masih suka membuang sampah sembarangan. Sampah wisata ini, tentu berdampak buruk untuk lingkungan di wilayah resapan air,” katanya. Data Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas bahkan menyebutkan, kunjungan ke Lokawisata Baturraden meningkat tajam. Setiap pekan, pengunjung bisa mencapai 10.000 orang.
Kepala Bidang Pariwisata, Deskart Sotyo Jatmiko mengaku khawatir dengan prediksi menurunnya jumlah kunjungan tersebut. Hal itu harus diatasi dengan mengembangkan sejumlah destinasi baru. “Yang saya khawatirkan adalah penurunan pelayanan dan fasilitas yang diakibatkan bertambahnya jumlah pengunjung. Hal itu harus dibarengi dengan pengembangan kawasan lain,” kata dia.
Menurut Deskart, pihaknya mengembangkan kawasan wisata alternatif di lereng selatan Gunung Slamet. Hal ini dilakukan dengan membentuk forum wisata Lereng Selatan. Dia mengatakan, potensi di wilayah Baturraden antara lain terdapat air terjun, pemandangan, aktivitas minat khusus seperti pendakian, canyoning dan atraksi budaya.
Forum wisata Selatan Slamet yang digagas oleh sejumlah pelaku wisata ini tengah membahas pengembangan kawasan terutama desa wisata di wilayah Kecamatan Baturraden, Kedungbanteng dan Karanglewas. Di wilayah Kedungbanteng terdapat sejumlah objek wisata alam yang dikelola masyarakat seperti Bukit Tranggulasih, Curug Gomblang dan pihak swasta seperti Baturagung. Di Karanglewas juga terdapat tanaman kopi dan aren yang digadanggadang menjadi produk andalan.
“Tetapi andalannya jangan air terjun semua. Perlu ada faktor pembeda di masing-masing wilayah yang menunjukkan ciri khasnya,” imbuhnya. Dia menambahkan, apabila potensi yang sudah dipetakan nantinya dipromosikan melalui eventdan paket wisata. Event tersebut nantinya digarap secara bersama-sama.
Ketua Pebemas, M Kardiyo, mengatakan, pengembangan objek wisata lain tentu akan memberikan pandangan alternatif untuk biro wisata. Hal ini membutuhkan dukungan semua pihak. “Lokawisata Baturraden sudah bagus. Tapi memang butuh pengembangan objek wisata yang lain,” ujarnya.
Butuh Inovasi
KUNJUNGAN wisatawan yang makin meningkat diprediksi akan menimbulkan efek yang sebaliknya. Sebaiknya, penurunan jumlah wisatawan harus diantisipasi dengan inovasi baru. Menurut pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Tunjung Linggarwati, masalah yang bakal dihadapi oleh Pemkab Banyumas adalah kenyamanan dan pelayanan terhadap pengunjung Lokawisata Baturraden.
“Objek wisata yang lain sudah mulai menggenjot promosinya. Jika Baturraden tak lagi nyaman, maka perlahan pengunjung berkurang,” ujarnya. Dia menyebutkan, saat ini kawasan Baturraden masih mampu menampung wisatawan.
Namun, daya tampung itu berkurang drastis terutama pada libur Lebaran. Lahan parkir yang tersedia tidak lagi bisa menampung pengunjung. Selain itu, wahana yang tersedia di Lokawisata justru tidak bertambah. “Antrean yang panjang juga membuat pengunjung bisa merasa kapok,” tambahnya.
Dosen jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed ini mengatakan, sudah saat Pemkab Banyumas tidak lagi mengandalkan wisata alam sebagai destinasi utama. Perlu ada pengembangan objek wisata alternatif. Selain itu, Pemkab juga bisa mengembangan destinasi unggulan di wilayah barat dan selatan Banyumas.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar