Quote suaramerdeka.com :
Tingkat konsumsi gula kelapa serbuk atau biasa disebut gula semut untuk pasar dalam negeri rendah daripada konsumsi di luar negeri.
Ketua Kelompok Tani Manggar Jaya, Ahmad Sobirin, mengatakan masyarakat Indonesia lebih banyak memilih mengonsumsi gula pasir daripada gula kelapa sebagai pemanis minuman maupun makanan. ”Kebiasaan masyarakat masih menggunakan gula pasir untuk campuran minuman, sehingga konsumsi gula semut belum begitu besar,” katanya.
Hal ini, kata dia, berbeda dengan masyarakat di luar negeri, seperti negara-negara di Eropa. Di beberapa negara itu, masyarakat justru lebih memilih gula semut daripada gula pasir, karena alasan faktor kesehatan.
”Orang barat sudah tahu benar bahwa gula semut rendah kalori. Kalau orang Indonesia belum banyak yang memahaminya. Konsumen domestik yang mengonsumsi adalah konsumen yang sudah tahu manfaatnya dan mereka yang punya latar belakang penyakit diabetes,” ujar dia.
Tak heran permintaan pasar paling tinggi adalah pasar luar negeri, sedangkan pasar domestik permintaannya belum optimal. ”Dari total delapan ton gula semut yang dikumpulkan oleh kelompok, 95 persen dipasarkan ke luar negeri, sedangkan lima persen di pasar ritel domestik,” kata Sobirin.
Pemasar gula semut di Banyumas, Arbi Anugrah menambahi sejauh ini gula semut yang ada di Banyumas lebih banyak dijual untuk ekspor, namun yang dijual di pasar domestik sedikit. ”Kalau saya menjualnya secara online, jadi pasarnya bisa domestik maupun luar negeri,” katanya.
Ketidakoptimalan konsumsi gula semut, diharapkan pemerintah daerah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat untuk mengonsumsi gula semut, sehingga konsumsi dalam negeri meningkat. ”Sosialisasi dan edukasi di daerah masih minim, jadi perlu dioptimalkan supaya konsumsinya meningkat,” timpal Sobirin.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar