Quote suaramerdeka.com :
Kondisi infrastruktur jalan di jalur tengah Banyumas, tepatnya arah Ajibarang- Pekuncen dinilai banyak pihak tak representatif lagi untuk dilintasi berbagai kendaraan. Selain sempit, jalan arah Purwokerto-Jakarta sudah padat dilintasi kendaraan berat, cepat rusak hingga rawan kecelakaan.
Warga Desa Kranggan, Kecamatan Pekuncen, Rakhmawati mengaku, sering memilih jalur alternatif Pekuncen-Ajibarang daripada harus melintas di jalur utama.
Dengan melintas di jalan kabupaten di wilayah Pekuncen, Pasiraman, Karangkelesem, Pandansari untuk sampai ke Ajibarang, dia bisa menghindari kerusakan dan kepadatan lalu lintas kendaraan di jalur Ajibarang-Pekuncen.
“Dengan kondisi jalur Ajibarang-Bumiayu yang banyak lubang, membuat saya tidak nyaman saat naik.
Makanya lebih baik saya memilih melintas di jalur alternatif. Apalagi kalau sudah sore hari, maka jalur ini padat kendaraan bermuatan berat dan rangkaian bus antar kota antar provinsi,” katanya.
Prihatin dengan kondisi jalan yang rusak tersebut, warga di sejumlah wilayah titik jalan rusak melakukan aksi antara lain menguruk jalan, menandai lubang jalan dengan batang pisang, kayu, drum, tiang berbendera karung putih dan sebagainya.
Seperti diketahui meski beberapa kali telah diuruk dan ditambal oleh para pekerja jalan, namun kerusakan jalan ini kembali terjadi. Apalagi kalau usai hujan deras, maka lubang-lubang yang digenangi air dan rawan menyebabkan kecelakaan banyak ditemui.
“Ironisnya kerusakan-kerusakan jalan ini berada di dekat ruang pelayanan publik baik itu kecamatan, puskesmas, koramil, polsek dan sebagainya. Akibatnya hal tersebut sangat menganggu kelancaran para warga yang akan mendapatkan pelayanan publik di kantor-kantor tersebut,” jelasnya.
Warga Pekuncen lainnya, Yulianto mengatakan, dengan kondisi jalan yang rusak parah, jalur Ajibarang-Pekuncen rawan kecelakaan. Dengan rusaknya jalan, kendaraan bermuatan berat ataupun kendaraan besar lain yang berjalan pelan.
Bahkan karena menghindari lubang jalan yang membahayakan, dua kendaraan besar harus melintas bergantian. Kapolsek Pekuncen, AKP Sutarno membenarkan dengan kondisi jalan Ajibarang- Pekuncen yang cepat rusak.
Dia prihatin dengan kondisi jalan sepanjang 4 kilometer yang sebagian terbilang tak layak untuk keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengendara kendaraan bermotor. Untuk itulah ia mengimbau kepada pengguna jalan yang melintas di jalur tersebut untuk semakin hati-hati.
Operasi Rutin
Kasi Keselamatan Dinhubkominfo Banyumas, R Hermawan mengatakan, operasi lalu lintas dan angkutan jalan bersama dengan aparat kepolisian dan Dinhubkominfo Jawa Tengah terus dilaksanakan termasuk di jalur Ajibarang-Bumiayu.
Operasi ini untuk mengingatkan kembali para pengendara kendaraa bermotor khususnya angkutan penumpang dan barang untuk bisa beroperasi sesuai standar keselamatan dan sesuai dengan peraturan perundang -undangan yang berlaku. “Mulai dari kelayakan kendaraan hingga surat-surat kendaraannya juga harus diperhatikan,” katanya.
Selain itu, dia memperingatkan kepada pengemudi kendaraan bermuatan berat untuk terus memperhatikan keselamatan dan keamanan. Pengusaha sekaligus pengemudi kendaraan berat diharapkan dapat mengangkut sesuai kemampuan kendaraan dan batas maksimal tonase muatan.
Soalnya di lapangan sering ditemukan kalau banyak kendaraan yang sering membawa muatan berlebih. Pejabat Pembuat Komitmen Jalan dan Jembatan Slawi-Bumiayu-Wangon Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Wahyu SW membenarkan, kondisi jalan di jalur tengah yang tak representatif itu.
Terkait kerusakan di jalur tengah mulai dari arah Wangon-Ajibarang-Tegal, pihaknya terus melaksanakan pemeliharaan rutin, antara lain pengurukan, penambalan jalan berlubang di jalan Kecamatan Pekuncen, Ajibarang, Wangon sebagaimana yang terlihat di lapangan akhir-akhir ini. “Dengan kondisi jalan nasional hanya mempunyai kapasitas ideal sekitar 12 ton sesuai dengan muatan sumbu terberat (MTS).
Padahal ada potensi juga jika kendaraan berat yang melintas bermuatan beban yang cukup besarsehinggaberdampakpadajalan. Sementara saat ini jalan ini menjadi lintasan yang padat kendaraan berat sehingga bisa dikatakan umur fungsi jalan cepat habis,” katanya.
Dalam rangka pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan di jalur tengah inilah, pihaknya terus berkoordinasi dan komunikasi antar dinas terkait termasuk di wilayah Banyumas, Brebes, dan Tegal.
Hal ini dilaksanakan karena pemanfaatan jalan juga dipengaruhi berbagai hal termasuk pengawasan lalu lintas angkutan jalan, transportasi, dan sebagainya. Diharapkan, kepada para pengusaha angkutan barang untuk bisa memanfaatkan jalan sesuai dengan kapasitasnya.
Selain kapasitas jalan nasional yang terbatas, dia menyatakan lebar jalan nasional di jalur Ajibarang-Bumiayu juga tak lagi ideal. Idealnya jalan nasional, mempunyai lebar 11 meter. Lebar itu terdiri dari 4 meter untuk kedua bahu jalan dan badan jalan aspal selebar 7 meter.
Sementara kondisi riil di lapangan, jalan nasional yang ada sejak dulu hanya selebar enam meter. Sementara untuk peningkatan jalan belum dilaksanakan pada 2016 ini.
“Pada 2017 akan ada peningkatan di dua titik jalan yaitu di Ajibarang dekat tebing jalan longsor (Munggangsari, Lesmana-red) dan di Wangon (Desa Banteran) yang sempat ditanami batang pohon pisang,” katanya.
Realisasikan Peningkatan Jalan
TERKAIT kerusakan jalan yang cepat, harapan pelebaran, peningkatan kualitas jalan di jalur tengah terus mengemuka di masyarakat. Sebab perbaikan jalan dan penambalan jalan berlubang yang dilaksanakan berulangkali ini dinilai tak efektif.
Peningkatan jalan ini dinilai juga penting karena jika terjadi kerusakan di jalur pantura dan selatan, maka jalur tengah menjadi lintasan kendaraan. Saat ini kondisi jalur tengah ini terbatas volume dan kapasitasnya.
Pengalaman jalur Comal, Pemalang putus tahun lalu menyebabkan peralihan kendaraan berat ke jalur tengah harus menjadi pembelajaran semua pihak “Makanya kami berharap wacana pelebaran dan peningkatan jalan yang terdengar sejak dulu dapat direalisasikan.
Jalur utama khususnya dari wilayah Ajibarang hingga perbatasan Paguyangan, Brebes yang saat ini terkenal sempit dan rawan kecelakaan,” jelasnya Selain rawan kecelakaan, jalur ini juga rawan macet ketika momen Idul Fitri. Seperti diketahui, ketika arus mudik dan balik Lebaran, jalur tengah ini penuh kendaraan.
Apalagi kualitas jalannya juga masih rendah, karena meski berulangkali ditambal sulam ternyata akan cepat rusak lagi. Pembenahan infrastruktur jalan, berupa pelebaran hingga pembuatan perlintasan kereta api tak menjadi solusi menangani kemacetan saat Lebaran.
Apalagi di jalur Ajibarang-Bumiayu juga terdapat 4 perlintasan kereta api dengan 90 kali lintasan. Dampak dari lintasan kereta api ini adalah antrean panjang kendaraan yang bisa berpotensi menimbulkan kemacetan hingga wilayah Ajibarang.
“Pengalaman kemacetan ketika arus mudik dan balik lebaran ini harus menjadi pembelajaran. Diharapkan ini menjadi pertimbangan untuk pengambilan kebijakan transportasi di masa mendatang.
Pengalaman pengalihan kendaraan berat ke jalur tengah, saat jalur pantura bermasalah juga menimbulkan permasalahan tersendiri di jalur tengah beberapa tahun lalu,” paparnya.
|
Ke ajibaranh beberapa hari yang lalu saya benar2 dibuat geleng2 kepala melihat jalanan utama yang menghubungkan 2 kota ini luar biasa parah. Lobang yang lebih mirip kolam ikan saking dalam dan besarnya membuat ngeri melewatinya.. benar2 berbahaya untuk pengendara kendaraan yang melewatinya.. berharap jalan raya semulus dikota2 besar negara lain mungkin terlalu berlebihan di indonesia.. tapi mbok yo keterlaluan kalau jalan serusak itu dibiarkan. Kami yang lewat bituh keselamatan apalagi sudah bayar pajak inginnya sebagai rakyat bisa sedikit menikmati hasil bayar pajak yang sudah dibayar
BalasHapussebenarnya bukan wewenang Bupati karena bukan jalan milik pemkab Banyumas, tapi info terbaru Bupati mengusahakan dengan menggandeng swasta memperbaiki. semoga Menteri PU memperhatikan masalah ini. terima kasih udah mampir..
Hapus