Program Pengembangan Kota Hijau di Perkotaan Purwokerto sudah dirintis sejak
masa pemerintahan Bupati Marjoko dan dilanjutkan oleh pemerintahan saat ini.
Beberapa program yang sudah dibuat kemudian dikembangkan dan dilanjutkan oleh
Bupati saat ini, misalnya pembangunan Taman Mercy , Perluasan Taman Bale
kemambang hingga 17- 27 hektar, Revitalisasi alun alun Banyumas (saat ini tahap
1, tahun depan tahap 2), Pembangunan Taman Lalu lintas Anak Bangsa Terminal
Bulupitu. Serta rencana Taman Sumber Daya Air di Kali Kranji. Meskipun demikian
ada beberapa hambatan yaitu : gagalnya rencana Taman Glempang karena konflik
atau ketidaksepakatan dengan warga, dan Terbengkalainya Taman Edukasi Hayati
Arcawinangun karena tidak ada kejelasan pengelola sehingga tidak terawat. Namun
demikian Langkah Pemkab Banyumas untuk mencoba memenuhi RTH ini perlu
diapresiasi.
Pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH 2012) di Perkotaan Purwokerto
Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurail imbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan, dan perancangan kota yang sesuai dengan prinsip - prinsip pembangunan berkelanjutan.
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dirintis oleh Kementrian Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jendral Penataan Ruang, merupakan salah satu langkah nyata Pemerintah pusat bersama - sama dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten untuk memenuhi ketentuan Undang - Undang Penataan Ruang, terutama terkait dengan pemenuhan RTH perkotaan sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim di Indonesia. P2KH merupakan inovasi program perwujudan RTH yang berbasis pada komunitas.
P2KH merupakan inisiatif untuk mewujudkan kota hijau secara inklusif dan komprehensif untuk mewujudkan 8 atribut kota hijau yang meliputi :
1. Perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan
2. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
3. Konsumsi energi yang efisien
4. Pengelolaan air yang efektif
5. Pengelolaan limbah dengan prinsip 3R
6. Bangunan hemat energi atau bangunan hijau
7. Penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan
8. Peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau
Pada tahap inisiasi (2012 - 2014), kegiatan P2KH difokuskan pada perwujudan 3 atribut yaitu :
1. Perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan (green planning & design)
2. Pewujudan ruang terbuka hijau 30 % (green open space)
3. Peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau (green community)
Dalam tahap ini Ditjen Penataan Ruang, Kementrian Pekerjaan Umum memberikan fasilitas perwujudan P2KH ke 60 Kabupaten/Kota yang salah satunya adalah Kabupaten Banyumas. Fasilitas tersebut berupa insentif program bagi kota/kabupaten yang telah menyelesaikan RTRW-nya
Green Planning and Design
Dalam implementasinya di Kabupaten Banyumas, green planning and design akan diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Peta Hijau dan Penyusunan Master Plan RTH Perkotaan Purwokerto yang menjadi panduan Pemerintah Kabupaten banyumas dalam memenuhi amanat penyediaan RTH perkotaan sebesar 30 % dari luas Perkotaan Purwokerto dengan berbagai program yang berkesinambungan
Green Open Space
Green open space diimplementasikan dengan membangun taman
ini yang didominasi oleh ruang hijau dengan memanfaatkan vegetasi - vegetasi
lokal serta vegetasi - vegetasi yang disukai oleh hewan - hewan seperti burung,
kupu - kupu, dan lainnya.
Untuk perkerasan jalan direncanakan juga menggunakan grass block agar semakin banyak area di RTH ini yang mampu menyerap air hujan
Green open space di Kabupaten Banyumas diwujudkan dengan menyusun DED RTH di kelurahan Arcawinangun beserta pembangunan fisiknya dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH yang ada di Perkotaan Purwokerto. Dalam pembangunan RTH ini komunitas hijau akan dilibatkan agar muncul berbagai faktor yang mengandung kreatifitas dan inovasi yang sesuai dengan kharakteristik serta potensi wilayah tersebut dalam rangka memenuhi fungsi RTH yang berfungsi ekologis, sosial, dan ekonomi.
Untuk perkerasan jalan direncanakan juga menggunakan grass block agar semakin banyak area di RTH ini yang mampu menyerap air hujan
Green open space di Kabupaten Banyumas diwujudkan dengan menyusun DED RTH di kelurahan Arcawinangun beserta pembangunan fisiknya dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH yang ada di Perkotaan Purwokerto. Dalam pembangunan RTH ini komunitas hijau akan dilibatkan agar muncul berbagai faktor yang mengandung kreatifitas dan inovasi yang sesuai dengan kharakteristik serta potensi wilayah tersebut dalam rangka memenuhi fungsi RTH yang berfungsi ekologis, sosial, dan ekonomi.
Green Community
Keikutsertaan masyarakat dalam penyediaan, penataan, dan pemeliharaan RTH menjadi penting karena masyarakat akan menjadi penerima manfaat yang utama sekaligus membangun rasa kepemilikan (sense of ownership terhadap RTH).
Dalam kegiatan P2KH ini juga diharapkan mampu menciptakan kesadaran akan pentingnya RTH dan perubahan gaya hidupyang lebih peduli lingkungan dan diwujudkan dalam praktek yang lebih luas
Keikutsertaan masyarakat dalam penyediaan, penataan, dan pemeliharaan RTH menjadi penting karena masyarakat akan menjadi penerima manfaat yang utama sekaligus membangun rasa kepemilikan (sense of ownership terhadap RTH).
Dalam kegiatan P2KH ini juga diharapkan mampu menciptakan kesadaran akan pentingnya RTH dan perubahan gaya hidupyang lebih peduli lingkungan dan diwujudkan dalam praktek yang lebih luas
Green Transportation
Di dalam DED ini tidak ada area untuk parkir kendaraan bermotor, karena dalam mengusung tema green transportation ini diharapakan seminimal mungkin adanya transportasi yang menimbulkan polusi. Bentuk fisik dari green transportation dalam taman ini antara lain trotoar untuk pejalan kaki, jogging track, serta parkir dan rute sepeda.
Di dalam DED ini tidak ada area untuk parkir kendaraan bermotor, karena dalam mengusung tema green transportation ini diharapakan seminimal mungkin adanya transportasi yang menimbulkan polusi. Bentuk fisik dari green transportation dalam taman ini antara lain trotoar untuk pejalan kaki, jogging track, serta parkir dan rute sepeda.
Green Water
Konsep green water diharapkan bisa direalisasikan dengan diusungnya rencana pembuatan sumur resapan, biopori, drinking stand, dan sprinkler yang bisa menggunakan air limbah.
Sumur resapan yang ada diharapkan bisa mencapai minimal 15 unit.
Konsep green water diharapkan bisa direalisasikan dengan diusungnya rencana pembuatan sumur resapan, biopori, drinking stand, dan sprinkler yang bisa menggunakan air limbah.
Sumur resapan yang ada diharapkan bisa mencapai minimal 15 unit.
Green Waste
Green waste di taman ini mengusung tema utama penanganan sampah yaitu 3 R (Reduce - Reuse - Recycle). Bentuk fisik yang akan dibangun masih dalam proses perencanaan tetapi salah satu contoh yang bisa diterapkan adalah pemanfaatan bekas bantalan rel kereta api sebagai tempat duduk.
Green waste di taman ini mengusung tema utama penanganan sampah yaitu 3 R (Reduce - Reuse - Recycle). Bentuk fisik yang akan dibangun masih dalam proses perencanaan tetapi salah satu contoh yang bisa diterapkan adalah pemanfaatan bekas bantalan rel kereta api sebagai tempat duduk.
Green Energy
Dengan memanfaatkan sinar matahari diharapkan bentukan fisik seperti panel surya untuk lampu taman dan penerangan dengan tenaga surya bisa diimplemetasikan sebagai jalan untuk mengurangi pemanfaatan energy dari PLN maupun sumber lain yang menimbulkan pencemaran seperti generator diesel.
Dengan memanfaatkan sinar matahari diharapkan bentukan fisik seperti panel surya untuk lampu taman dan penerangan dengan tenaga surya bisa diimplemetasikan sebagai jalan untuk mengurangi pemanfaatan energy dari PLN maupun sumber lain yang menimbulkan pencemaran seperti generator diesel.
Green Building
Bangunan dengan fungsi peneduh diusahakan dibangun dengan mengusung tema ramah lingkungan. Bangunan yang direncanakan antara lain pergola, pos jaga serta toilet dengan tanaman rambat diatasnya.
Bangunan dengan fungsi peneduh diusahakan dibangun dengan mengusung tema ramah lingkungan. Bangunan yang direncanakan antara lain pergola, pos jaga serta toilet dengan tanaman rambat diatasnya.
Banyumas Terus
Membangun Ruang Terbuka Hijau
Pada ajang Indonesia Green Region Award (IGRA) 2012,
Kabupaten Banyumas berhasil masuk babak final. Bagaimana upaya Kabupaten
Banyumas dalam program lingkungan hidup? Ir. H. Didi Rudwianto, SH., M.Si
(Kepala Badan Lingkungan Hidup Kab. Banyumas), memaparkan program-programnya
kepada Dewan Juri IGRA 2012, sebagaimana dicatat Radito Wicaksono dari SWA.
Apa saja
program-program Kabupaten Banyumas yang terkait dengan upaya mengatasi krisis
lingkungan?
Kabupaten Banyumas Untuk mencapai kelestarian lingkungan hidup, memiliki beberapa program. Pertama, mengenai kebutuhan karbon dalam menghadapi perubahan iklim global, yaitu dengan menjalankan program tutupan vegetasi. Jadi, kami sedang berusaha sekuat mungkin, bagaimana 60% vegetasi kami terjaga, termasuk 30% ruang terbuka hijau dapat terjaga. Hal ini perlu diatur dalam tata ruang kami, dan ini menjadi komitmen kami hingga waktu-waktu mendatang. Salah satu aksi nyata dari hal ini adalah Bupati membatasi pembangunan wilayah-wilayah pemukiman, dan lain-lain.
Dalam menjalakan program tutupan vegetasi ini ada beberapa langkah yang kami lakukan. Pertama adalah mengenai masalah Pengendalian dan Penglolaan. Proses penerbitan izin usaha dan atau kegiatan harus mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah. Selain itu, setiap kawasan wajib menyediakan 30% Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan ditetapkan 24 Kawasan Kota berdasarkan Perda No. 10 tahun 2011.
Kemudian, kami juga berupaya untuk terus menambah Ruang Tebuja Hijau (RTH). Antara lain dengan seperti pembangunan Hutan Kota Berkoh dan Karanglewas seluas 2,4 hektare (ha), Taman Kota (Taman Satria I dan II), Taman Andhang Panggeranan seluas 1,8 ha pada 2011, Taman Balai Kemambang seluas 2 ha pada tahun 2012, Taman Edukasi Hayati Arcawinangun (P2KH) seluas 2 ha pada tahun 2012, Taman Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Baturraden, Vegetasi Jl. Sudirman (Pohon Tabubuya), Vegetasi Jl. Gatot Subroto (Pohohn Kenari), Vegetasi Jl. Dr. Angka (pohon flamboyan), Vegetasi Jl. Bank (pohon Eboni), Revitalisasi alun-alun tiap eks. Kawedanan, dan membuat lapangan sepakbola di tiap desa.
Lalu, ada juga program-program yang terkait dengan usaha menambah tutupan vegetasi. Antara lain, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN), One Billion Indonesia Trees (OBIT), One Man One Tree (OMOT), One Student One Tree, dan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA).
Selain hal di atas, usaha menambah tutupan vegetasi juga dilakukan dengan cara memberikan perlindungan mata air, gerakan sumur resapan dan biopori dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Yaitu dengan cara membuat embung/situ, seperti Situ Elok di Cilongok seluas 2 ha, Situ Bamban di Jatilawang seluas 2 ha, Situ Kendalisada di Kalibagor seluas 1 ha, Situ Tapak Bima di Kemranjen seluas 1 ha, dan Situ Tlaga Kumpe di Cilongok seluas 2 ha. Kemudian, kami juga membuat sumur resapan air hujan percontohan sejumlah 75 unit. Untuk pembuatan biopori, kami sudah membuat biopori sebanyak 390 buah, yang keseluruhan dilakukan dengan alat bor.
Disamping itu, ada juga kegiatan lainnya dalam rangka melakukan mitigasi perubahan iklim yaitu dengan cara antrara lain pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Biogas (energi terbarukan) dan juga Pengelolaan Sampah.
Kemudian, untuk membangun ketahanan pangan dalam rangka adaptasi perubahan iklim, kami juga melakukan pelarangan pembangunan perumahan di daerah sawah irigasi teknis maupun tadah hujan, khususnya di daerah hulu kota Purwokerto. Selain itu, melalui Surat Edaran Bupati mengenai anjuran penanaman tanaman pangan Palawija dan holtikultura seperti gembili, uwi, ganyong, suweg, gadung, muntul, sagu (irut), kacang tanah, tales, benguk, kara, dan kentang ireng.
Selain itu, usaha lain dalam rangka mitigasi perubahan iklim, yaitu dengan melaksanakan green transportation, seperti car free day, dan pembuatan jalur sepeda.
Untuk penurunan risiko bencana alam, kami menginstruksikan setiap tanah berlereng dan rawan longsor di 333 desa ditanami pohon yang menyerap air dan menahan longsoran tanah seperti: pohon kolang kaling/aren, beringin, jengkol, petai, cangkring. Dan setiap aliran sungai dari hulu ke hilir ditanami pohon trembesi.
Program-program atau komitmen-komitmen ini sudah lami dilakukan di Kabupaten Banyumas. Hal seperti ini tentu sudah dijalankan oleh bupati-bupati sebelumnya. Namun, bupati yang saat ini memimpin, Drs. Mardjoko, MM., yang memimpin sejak tahun 2008, lebih fokus lagi dalam menjalankan program-program ini. Termasuk ada beberapa program baru yang dilahirkan dan dijalankan hingga saat ini.
Apakah anggaran untuk pengelolaan lingkungan ini dari tahun ke tahun selalu meningkat? Berapa besar peningkatannya?
Hingga saat ini, untuk anggaran lingkungan, kami sudah mendapatkan 6,3% dari APBD. Dari Rp 1,7 triliun, kami sudah mendapatkan anggaran mencapai hingga ± Rp 114 miliar. Anggaran yang kami miliki tersebut hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan, tapi jumlahnya . Peningkatan tersebut, setiap tahunnya tidak mengalami peningkatan yang sama, tergantung kondisi saat itu. Yang pasti, karena kami memiliki perhatian yang cukup besar terhadap isu lingkungan ini, maka setiap tahunnya anggaran yang dimiliki untuk lingkungan hidup selalu meningkat.
Seperti hasil-hasil yang dicapainya? Apa manfaat yang dirasakannya?
Hasil dari program-program yang sudah kami jalankan hingga saat ini, yang paling terlihat adalah adanya apresiasi dari pemerintah pusat terhadap langkah-langkah yang sudah kami lakukan ini. Salah satunya adalah Penghargaan Piagam Raksaniyata tahun 2012 kepada Kabupaten Banyumas dalam upaya pengendalian fungsi lindung. Selain itu, dari hasil penelitian Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010, Kabupaten Banyumas menghasilkan stock carbon
sebesar 5.877.163.799,59 mg. Pencapaian itu merupakan hasil dari pengelolaan tutupan vegetasi di Kabupaten Banyumas.
Sedangkan manfaat yang dirasa oleh masyarakat secara langsung antara lain, dengan adanya ruang terbuka seperti taman, maka setiap lapisan masyarakat memiliki ruangan untuk interaksi. Dengan begitu, masyarakat akan mendapatkan suatu bentuk kesejahteraan yang tidak terukur, seperti kenyamanan. Selain itu, masyarakat, terutama anak-anak usia sekolah akan mendapatkan manfaat edukasi dengan adanya Taman Edukasi Hayati dan Taman KEHATI (Keanekaragaman Hayati).
Dari hal tersebut, yang paling terlihat adalah angka kemiskinan turun dan pendapatan asli daerah meningkat 5 kali lipat, dari sekitar Rp 60 miliar, saat ini mencapai Rp 200 miliar. Selain itu, ada penurunan angka pengangguran. Dari situ, tentu diikuti dengan adanya peningkatan angka pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana pula program-program lanjutannya terkait dengan upaya memelihara lingkungan dan mengatasi krisis lingkungan di daerahnya?
Masih berkaitan dengan program-program yang masih kami jalankan hingga saat ini, saat ini kami sedang menyusun Peraturan Daerah tentang detail kawasan kota Purwokerto. Nanti, hak dan kewajiban mengenai pelestarian lingkungan akan semakin jelas. Dan untuk waktu kedepannya lagi, kami sedang menyusun Peraturan Daerah tentang sampah.
Kabupaten Banyumas Untuk mencapai kelestarian lingkungan hidup, memiliki beberapa program. Pertama, mengenai kebutuhan karbon dalam menghadapi perubahan iklim global, yaitu dengan menjalankan program tutupan vegetasi. Jadi, kami sedang berusaha sekuat mungkin, bagaimana 60% vegetasi kami terjaga, termasuk 30% ruang terbuka hijau dapat terjaga. Hal ini perlu diatur dalam tata ruang kami, dan ini menjadi komitmen kami hingga waktu-waktu mendatang. Salah satu aksi nyata dari hal ini adalah Bupati membatasi pembangunan wilayah-wilayah pemukiman, dan lain-lain.
Dalam menjalakan program tutupan vegetasi ini ada beberapa langkah yang kami lakukan. Pertama adalah mengenai masalah Pengendalian dan Penglolaan. Proses penerbitan izin usaha dan atau kegiatan harus mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah. Selain itu, setiap kawasan wajib menyediakan 30% Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan ditetapkan 24 Kawasan Kota berdasarkan Perda No. 10 tahun 2011.
Kemudian, kami juga berupaya untuk terus menambah Ruang Tebuja Hijau (RTH). Antara lain dengan seperti pembangunan Hutan Kota Berkoh dan Karanglewas seluas 2,4 hektare (ha), Taman Kota (Taman Satria I dan II), Taman Andhang Panggeranan seluas 1,8 ha pada 2011, Taman Balai Kemambang seluas 2 ha pada tahun 2012, Taman Edukasi Hayati Arcawinangun (P2KH) seluas 2 ha pada tahun 2012, Taman Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Baturraden, Vegetasi Jl. Sudirman (Pohon Tabubuya), Vegetasi Jl. Gatot Subroto (Pohohn Kenari), Vegetasi Jl. Dr. Angka (pohon flamboyan), Vegetasi Jl. Bank (pohon Eboni), Revitalisasi alun-alun tiap eks. Kawedanan, dan membuat lapangan sepakbola di tiap desa.
Lalu, ada juga program-program yang terkait dengan usaha menambah tutupan vegetasi. Antara lain, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN), One Billion Indonesia Trees (OBIT), One Man One Tree (OMOT), One Student One Tree, dan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA).
Selain hal di atas, usaha menambah tutupan vegetasi juga dilakukan dengan cara memberikan perlindungan mata air, gerakan sumur resapan dan biopori dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Yaitu dengan cara membuat embung/situ, seperti Situ Elok di Cilongok seluas 2 ha, Situ Bamban di Jatilawang seluas 2 ha, Situ Kendalisada di Kalibagor seluas 1 ha, Situ Tapak Bima di Kemranjen seluas 1 ha, dan Situ Tlaga Kumpe di Cilongok seluas 2 ha. Kemudian, kami juga membuat sumur resapan air hujan percontohan sejumlah 75 unit. Untuk pembuatan biopori, kami sudah membuat biopori sebanyak 390 buah, yang keseluruhan dilakukan dengan alat bor.
Disamping itu, ada juga kegiatan lainnya dalam rangka melakukan mitigasi perubahan iklim yaitu dengan cara antrara lain pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Biogas (energi terbarukan) dan juga Pengelolaan Sampah.
Kemudian, untuk membangun ketahanan pangan dalam rangka adaptasi perubahan iklim, kami juga melakukan pelarangan pembangunan perumahan di daerah sawah irigasi teknis maupun tadah hujan, khususnya di daerah hulu kota Purwokerto. Selain itu, melalui Surat Edaran Bupati mengenai anjuran penanaman tanaman pangan Palawija dan holtikultura seperti gembili, uwi, ganyong, suweg, gadung, muntul, sagu (irut), kacang tanah, tales, benguk, kara, dan kentang ireng.
Selain itu, usaha lain dalam rangka mitigasi perubahan iklim, yaitu dengan melaksanakan green transportation, seperti car free day, dan pembuatan jalur sepeda.
Untuk penurunan risiko bencana alam, kami menginstruksikan setiap tanah berlereng dan rawan longsor di 333 desa ditanami pohon yang menyerap air dan menahan longsoran tanah seperti: pohon kolang kaling/aren, beringin, jengkol, petai, cangkring. Dan setiap aliran sungai dari hulu ke hilir ditanami pohon trembesi.
Program-program atau komitmen-komitmen ini sudah lami dilakukan di Kabupaten Banyumas. Hal seperti ini tentu sudah dijalankan oleh bupati-bupati sebelumnya. Namun, bupati yang saat ini memimpin, Drs. Mardjoko, MM., yang memimpin sejak tahun 2008, lebih fokus lagi dalam menjalankan program-program ini. Termasuk ada beberapa program baru yang dilahirkan dan dijalankan hingga saat ini.
Apakah anggaran untuk pengelolaan lingkungan ini dari tahun ke tahun selalu meningkat? Berapa besar peningkatannya?
Hingga saat ini, untuk anggaran lingkungan, kami sudah mendapatkan 6,3% dari APBD. Dari Rp 1,7 triliun, kami sudah mendapatkan anggaran mencapai hingga ± Rp 114 miliar. Anggaran yang kami miliki tersebut hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan, tapi jumlahnya . Peningkatan tersebut, setiap tahunnya tidak mengalami peningkatan yang sama, tergantung kondisi saat itu. Yang pasti, karena kami memiliki perhatian yang cukup besar terhadap isu lingkungan ini, maka setiap tahunnya anggaran yang dimiliki untuk lingkungan hidup selalu meningkat.
Seperti hasil-hasil yang dicapainya? Apa manfaat yang dirasakannya?
Hasil dari program-program yang sudah kami jalankan hingga saat ini, yang paling terlihat adalah adanya apresiasi dari pemerintah pusat terhadap langkah-langkah yang sudah kami lakukan ini. Salah satunya adalah Penghargaan Piagam Raksaniyata tahun 2012 kepada Kabupaten Banyumas dalam upaya pengendalian fungsi lindung. Selain itu, dari hasil penelitian Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010, Kabupaten Banyumas menghasilkan stock carbon
sebesar 5.877.163.799,59 mg. Pencapaian itu merupakan hasil dari pengelolaan tutupan vegetasi di Kabupaten Banyumas.
Sedangkan manfaat yang dirasa oleh masyarakat secara langsung antara lain, dengan adanya ruang terbuka seperti taman, maka setiap lapisan masyarakat memiliki ruangan untuk interaksi. Dengan begitu, masyarakat akan mendapatkan suatu bentuk kesejahteraan yang tidak terukur, seperti kenyamanan. Selain itu, masyarakat, terutama anak-anak usia sekolah akan mendapatkan manfaat edukasi dengan adanya Taman Edukasi Hayati dan Taman KEHATI (Keanekaragaman Hayati).
Dari hal tersebut, yang paling terlihat adalah angka kemiskinan turun dan pendapatan asli daerah meningkat 5 kali lipat, dari sekitar Rp 60 miliar, saat ini mencapai Rp 200 miliar. Selain itu, ada penurunan angka pengangguran. Dari situ, tentu diikuti dengan adanya peningkatan angka pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana pula program-program lanjutannya terkait dengan upaya memelihara lingkungan dan mengatasi krisis lingkungan di daerahnya?
Masih berkaitan dengan program-program yang masih kami jalankan hingga saat ini, saat ini kami sedang menyusun Peraturan Daerah tentang detail kawasan kota Purwokerto. Nanti, hak dan kewajiban mengenai pelestarian lingkungan akan semakin jelas. Dan untuk waktu kedepannya lagi, kami sedang menyusun Peraturan Daerah tentang sampah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar