2 January 2016 Radar Banyumas,
KEBASEN – Pengunjung bukit Watu Meja yang berada di Desa Tumiyang Kecamatan Kebasen membludak. Dalam sehari, dikunjungi ribuan pengunjung.
Wakil Paguyuban Bukit Watu Meja, Datam mengatakan, pada hari-hari biasa dalam sehari hanya sekitar 500 pengunjung. Sedangkan pada Sabtu atau Minggu ada ribuan wisatawan. Namun, jumlah pengunjung dinilai berkurang dari musim kemarau kemarin.
“Musim hujan pengunjungnya sedikit berkurang. Ada yang sudah sampai di sini namun kembali lagi karena hujan,” katanya.
Menurut dia, akses jalan menuju Watu Meja memang masih minim penerangan. Padahal banyak pengunjung yang datang untuk melihat matahari tenggelam. “Kalau sudah maghrib, ada anggota paguyuban yang menyusul kesana. Kami khawatir mereka tersesat karena gelap,” ujarnya.
Dia berharap, kedepan akan ada alternatif wisata yang lain. Seperti kontes sepeda ataupun kontes burung, karena dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
Meski pengelolaannya masih terbilang sederhana, Watu Meja banyak dikunjungi wisatawan luar kota, seperti Purbalingga, Cilacap. Bahkan ada yang dari Surabaya. “Di sini pengelolaannya masih sederhana, wisatawan yang datang mengisi kotak dengan uang seikhlasnya. Uang itu yang kami gunakan untuk mengelola tempat ini,” imbuhnya.
Makin Dikenal, Watu Meja Minim Penerangan
18 January 2016 | Radar Banyumas
BANYUMAS-Bukit Watu Meja yang terletak di Desa Tumiyang Kecamatan
Kebasen, kian tersohor seiring tren wisata alam yang berkembang di
kalangan masyarakat.
Sayangnya, akses jalan menuju lokasi tersebut
masih minim pemerangan. Sebab masih dikelola secara tradisional. Meski
penerangan masih terbatas, pengunjung tetap ramai memadati lokawisata tersebut untuk menikmati panorama alam dari atas bukit.
Sungai Serayu nampak jelas dari puncak bukit itu. Wakil Paguyuban Bukit Watu Meja, Datam mengatakan, dalam sehari datang ratusan pengunjung.
Bahkan ketika hari Sabtu atau Minggu, bisa ada ribuan wisatawan memadati tempat tersebut secara bergantian. “Di sini memang masih minim penerangan. Tapi tetap saja banyak pengunjung yang pulang dari bukit malam hari. Ada juga yang datang ke bukit menjelang pagi hari. Sunset dan sunrise jadi favorit mereka,” jelasnya.
Menurut dia, ketika para wisatawan belum turun setelah adzan maghrib, pemuda desa akan menyusul. Sebab dikhawatirkan akan masuk jalur yang salah. “Gelap, kami takut salah jalur,”ungkapnya.
Dia berharap, suatu saat bisa menaikkan kabel ke atas sebagai penerangan jalan menuju ke watu meja. Namun menurut dia, ketika akan menaikkan kabel ke atas perlu perencanaan yang matang.
Sebab, akses menuju lokasi itu melewati tanah milik warga. Biaya juga harus dipertimbangkan. Apalagi tak ada patokan harga tiket menuju lokasi.
“Tak ada tiket masuk, seikhlasnya saja. Kedepan kami ingin ada penerangan, Meski tidak sampai paling atas,” imbuhnya.
Sungai Serayu nampak jelas dari puncak bukit itu. Wakil Paguyuban Bukit Watu Meja, Datam mengatakan, dalam sehari datang ratusan pengunjung.
Bahkan ketika hari Sabtu atau Minggu, bisa ada ribuan wisatawan memadati tempat tersebut secara bergantian. “Di sini memang masih minim penerangan. Tapi tetap saja banyak pengunjung yang pulang dari bukit malam hari. Ada juga yang datang ke bukit menjelang pagi hari. Sunset dan sunrise jadi favorit mereka,” jelasnya.
Menurut dia, ketika para wisatawan belum turun setelah adzan maghrib, pemuda desa akan menyusul. Sebab dikhawatirkan akan masuk jalur yang salah. “Gelap, kami takut salah jalur,”ungkapnya.
Dia berharap, suatu saat bisa menaikkan kabel ke atas sebagai penerangan jalan menuju ke watu meja. Namun menurut dia, ketika akan menaikkan kabel ke atas perlu perencanaan yang matang.
Sebab, akses menuju lokasi itu melewati tanah milik warga. Biaya juga harus dipertimbangkan. Apalagi tak ada patokan harga tiket menuju lokasi.
“Tak ada tiket masuk, seikhlasnya saja. Kedepan kami ingin ada penerangan, Meski tidak sampai paling atas,” imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar