Pembahasan BRT Masil Alot
PURWOKERTO – Masyarakat masih menunggu realisasi bus rapid transit (BRT) Trans Purwokerto. Pasalnya, sampai saat ini belum ada kejelasan berkaitan dengan realisasi rencana pengembangan tersebut.
Salah satu warga Purwokerto, Wicaksana berharap BRT dapat segera direalisasikan. Sebab hal itu bisa menjadi alternatif moda angkutan umum bagi masyarakat. Disisi lain, pengembangan BRT sangat diperlukan sebelum nantinya lalu lintas di Purwokerto benar-benar tidak terkendali.
“Kalau menunggu macet dulu baru direalisasikan, nantinya akan sama saja dengan kota-kota lain yang sudah punya transportasi sejenis BRT. Harapannya BRT dapat menjadi langkah antisipatif sebelum Purwokerto benar-benar macet,” ujarnya.
Harapannya, pemerintah bisa menyiapkan moda transportasi alternatif tersebut sebaik-baiknya, terutama sarana pendukung seperti halte dan bus.
Tidak hanya itu, dia berharap pemerintah bisa menekan jumlah kendaraan pribadi yang ada di Purwokerto. Pasalnya, saat ini jumlah kendaraan pribadi yang ada sudah sangat mendominasi. Hal itu menyebabkan angkotan umum dalam kota seperti angkot dan taksi terpinggirkan.
Dikonfirmasi terkait hal itu, Kabid LLAJ Dishubkominfo Kabupaten Banyumas Agus Sriyono menjelaskan, sejauh ini masih belum ada kesepakatan. Berdasarkan rapat pembahasan rute BRT beberapa waktu lalu, masih perlu koordinasi secara komprehensif lagi antara Pemkab Banyumas, Pemkab Purbalingga, Pemprov Jawa Tengah, dan Pemerintah Pusat. “Nanti masih akan dibahas lagi di tingkat provinsi,” jelasnya.
Sebelumnya Agus menjelaskan, kepadatan lalu lintas di wilayah Perkotaan Purwokerto hingga saat ini masih menjadi perhatian Pemkab Banyumas. Diakui, semakin meningkatnya volume kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat, menjadi faktor kepadatan lalin.
Agus mengatakan, kondisi lalu lintas di wilayah kota saat ini memang cukup padat. Bahkan jumlah kendaraan per tahunnya meningkat sekitar 5-15 persen. Berbagai rekayasa lalu lintas dikembangkan untuk menunjang arus lalu lintas di dalam kota. Oleh sebab itu, adanya moda angkutan massal melalui BRT ini bisa menjadi sarana yang mendukung hal tersebut.
“Adanya moda transportasi masal ini diharapkan dapat ikut mengurangi populasi kendaraan pribadi di jalanan. Bukan itu saja, BRT juga dapat difungsikan sebagai sistem angkutan pendukung moda transportasi lain, seperti kereta api,” katanya.
Lebih lanjut Agus berharap, nantinya rute BRT nantinya bisa menjangkau beberapa jalan utama di Purwokerto seperti Jalan Gerilya, Jalan Veteran, Jalan Jenderal Soedirman, hingga Stasiun Purwokerto.
Disamping itu, nantinya moda transportasi seperti angkutan kota (angkot) nantinya dapat menjadi angkutan pengumpan (feeder) bagi BRT. “Sehingga tidak mematikan sarana moda yang lainnya,” tegasnya.
Rencana Operasional BRT Mandek
PURBALINGGA – Kelanjutan rencana pengopersian Bus Rapid Transit (BRT) Purbalingga-Purwokerto nampaknya mandek. Hingga Februari ini, proses operasional transportasi yang meniru Trans Jakarta ini, masih berhenti di penetapan titik-titik halte pemberhentian.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dinhubkominfo) Kabupateb Purbalingga Drs Yonathan Eko Nugroho mengatakan, pihaknya bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas akan menagih kelanjutan opersional BRT ke Kementrian Perhubungan (Kemenhub).
“Rencananya, bulan depan (Maret, red) kami bersama Pemkab Banyumas dan Pemprov (Jawa Tengah), akan menghubungi Kemenhub. Hal itu dilakukan untuk mencari informasi sejauh mana Kemenhub mempersiapkan bantuan paket BRT koridor Purbalingga-Purwokerto,” katanya, kemarin (22/2).
Dia menambahkan, rencananya pekan depan, pihaknya akan berkordinasi dengan Dinhubkominfo Banyumas dan DPRD Banyumas, untuk mempersiapkan komunikasi dengan Kemenhub selaku penyelenggara utama. Dia juga mengungkapkan, masih belum mengetahui seperti apa rencana operasional BRT tersebut, keseluruhan.
Yonathan mengatakan, sejauh ini pihaknya belum mengetahui paket bantuan dari Kemenhub tersebut. Apakah hanya armada saja, atau juga bantuan fasilitasi kelengkapan infrastruktur pembangunan halte dan sebagainya, hingga kini belum jelas.
“Yang baru pasti adalah hanya armada BRT-nya saja, yang bakal diberikan Kemenhub. Sementara pengurusan izin trayek akan dilakukan oleh Dinhubkominfo Jateng,” imbuhnya.
Dia menyampaikan bahwa BRT ini tidak akan dibuatkan jalan khusus seperti halnya dengan busway atau Trans Jakarta. “Bus yang akan kami gunakan ukurannya sesuai kebutuhan. Yaitu, bus ukuran sedang. Semuanya baru dan ada fasilitas AC,” jelasnya.
Dia berharap, setelah komunikasi dilakukan, pengoperasian BRT bisa dipercepat. Sebab, keberadaan BRT sangat dibutuhkan, mengingat selama ini belum ada transportasi yang menghubungkan langsung dari Purbalingga ke Stasiun Purwokerto.
Berdasarkan hasil kordinasinya yang pernah dilakukan dengan Dinhubkominfo Banyumas, sejauh ini masih memungkinkan adanya penyesuaian titik-titik halte, terutama di Purwokerto. Sedangkan titik halte yang sudah ditetapkan di Purbalingga, ia menyatakan sudah fix tanpa perlu perubahan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar