Pengikut Terus Bertambah Meski Beresiko
radarbanyumas
Saat ini banyak olahraga ekstrem mulai populer. Salah satunya adalah cliff jumping atau lompat tebing. Meski terlihat berbahaya, kegiatan yang menawarkan pacuan adrenalin tinggi ini banyk diminati.
Melompat dari atas tebing yang tinggi. Berada di udara sekian detik. Lalu meluncur kebawah dan menembus kedalaman air. Segala emosi dijamin bakal terasa campur aduk. Seperti itulah yang membuat sekelompok anak muda yang mengatasnamakan Cliff Jumping Purwokerto ketagihan.
Mereka menikmat keindahan curug atau air terjun dengan cara berbeda. Ya, dengan melompat dari atas curug. Awal terbentuknya Cliffjump Purwokerto digagas oleh Kelvin Steffanes. Pemuda kelahiran 5 Januari 1992 yang berbekal kemampuan berenang di atas rata-rata ini membuat sebuah akun Instagram @Clffjump Purwokerto pada 2015 lalu.
“Awalnya tiga orang, saya dengan dua orang teman lainnya yang memiliki hobi yang sama membuat akun instagram itu,” kata Kelvin kepada Radarmas.
Dalam akun tersebut ia memposting berbagai foto dan video mengenai kegiatannya menelusuri curug di wilayah Banyumas dan sekitarnya lalu melompatinya dari titik tertinggi. Lambat laun, pengikutnya terus bertambah dan ingin bergabung dengan komunitas yang dibentuknya.
Ia juga memaparkan, dibentuknya Cliffjum Purwokerto juga dimaksudkan untuk menawarkan pesona curug di daerah Banyumas yang sangat indah. “Selain curug di Banyumas sangat indah, kebetulan curugnya juga cocok buat lompatan karena kubangannya dalam. Kalau dangkal jangan coba-coba deh, kepala bisa kejedug batu,” katanya.
Bukan tanpa resiko, kegiatan yang dilakukan bersama temannya tersebut juga pernah membuat temannya cidera. “Saat itu terjun di Curug Gundem, Desa Kemutug, Baturraden, teman saya lompat dari ketinggian 30 meter, mendarat di air punggungnya terlebih dahulu. Alhasil dia sakit punggung dan tidak bisa jalan selama lima hari,” ujarnya.
Namanya kegiatan ekstrim, pro dan kontrapun kerap didengarnya. Menanggapi hal itu, iapun menjelaskan jika kegiatan yang dilakukannya harus dengan latihan yang rutin. “Ketelitian dan ketepatan juga diperlukan. Karena terjun di alam harus mengetahui titik jump/lompatan, kedalaman air, dan titik mendarat,” lanjutnya. Oleh karenanya, ia dan teman-temannya selalu melakukan latihan rutin di kolam renang. “Latihan di kolam renang melatih agar saat mendarat di air posisinya lurus, atau melatih gerakan-gerakan atraktif agar tidak bosan. Ya inilah cara kami menikmati curug, dengan memacu adrenalin kami,” katanya terkekeh.
Kelivin mengatakan, sudah ada puluhan curug yang dilompatinya bersama dengan temannya. “Curug yang paling ekstrim selama ini ya Curug Gundem itu dengan ketinggian titik lompatan hingga 30 meter, salah sedikit saat mendarat bisa fatal akibatnya,” jelasnya.
Ia berharap ke depannya, semakin banyak yang tertarik dengan komunitasnya. “Ya selain itu jangan lupa untuk selalu menjaga kelestarian alam saat mengunjungi curug, jangan nyampah. Karena selama kami berburu curug, banyak sekali sampah, tentunya kami sembari memungutinya. Kan enak kalau lompat-lompatan curugnya bersih dari sampah,” tutupnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar