Quote suaramerdeka.com :
Meski jumlah wisatawan mengalami kenaikan pada pertengahan tahun ini, promosi pariwisata Banyumas tetap dinilai kurang agresif.
Hal ini terlihat dari minimnya media promosi secara fisik di luar daerah. “Di luar kawasan Baturraden, belum ada destinasi wisata lain di wilayah Banyumas yang memiliki tingkat kunjungan tinggi. Di luar daerah, belum pernah terlihat baliho atau spanduk promosi tentang objek wisata Banyumas.
Berbeda dengan Purbalingga atau Yogyakarta yang berani memasang papan promosinya di wilayah Banyumas,” ujar pelaku wisata, Yuni Hartono, kemarin. Menurut dia, selama ini gaung destinasi wisata di luar wilayah Banyumas masih rendah. Hal ini seharusnya sudah mulai menjadi perhatian Pemkab.
Selain itu, promosi event wisata seharusnya bisa menjadi daya tarik untuk menambah length of stay atau waktu tinggal para wisatawan juga perlu digenjot. Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas saat ini justru terbantu dengan aktivitas sejumlah pegiat media sosial.
Mereka terus menerus mempromosikan wisata Banyumas secara pro bono. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian dan kebanggan terhadap daerahnya.
“Banyak komunitas yang seharusnya bisa digandeng oleh dinas. Peran mereka sebaiknya diapresiasi,” kata dia. Sementara itu, Kepala Seksi Objek dan Promosi Wisata, Dinporabudpar Banyumas, Kasirun mengakui, promosi pariwisata tidak seagresif kabupaten lain. Pasalnya, dana promosi Banyumas yang dianggarkan hanya Rp 700 juta. “Itu jauh dari ideal, hanya cukup untuk memasang dua baliho, membuat brosur dan ekspose wisata di empat titik,” kata dia.
Menurut Kasirun, keterbatasan itu membuat sejumlah program promosi tidak bisa terlaksana. Anggaran dialokasikan untuk ekspose wisata di sekitar Pulau Jawa, pameran dan pengadaan kelengkapan promosi, pembuatan buku profil, pembuatan kalender. Untuk sarana penunjuk arah dan baliho tentu tidak mencukupi.
Hal ini menyebabkan peluang untuk menarik pengunjung dari luar negeri sangat tipis. Dia berharap, ada penambahan dana untuk promosi. Dikatakan, tahun ini Banyumas memasang target 980 ribu pengunjung, lima objek wisata yang dikelola hampir memenuhi targetnya. Target terendah, di Objek Wisata Tirta Husada Kalibacin dan tertinggi di Lokawasata Baturraden.
“Kami selalu kesulitan untuk menembus pasar luar negeri,” ujarnya. Terkait promosi, Ketua Paguyuban Biro Perjalanan Wisata Banyumas (Pebemas), M Kardiyo mengatakan, Pemkab Banyumas perlu melakukan kerja sama yang baik dengan biro perjalanan. Misalnya dengan membuat program khusus pada masa promosi serta bonus bagi biro wisata yang bisa mendatangkan pengunjung dalam jumlah banyak.
“Kami juga terus melakukan proses promosi. Hanya saja, wilayah Banyumas belum ada alternatif pilihan destinasi selain Baturraden,” ujarnya. Dia mengatakan, hal ini bisa diatasi dengan memperbaiki sarana dan prasarana di objek wisata yang masih belum dikenal. Perbaikan tersebut harus dilakukan secara bertahap.
Dirikan Badan Promosi Pariwisata
RENDAHNYA agresifitas Banyumas dalam melakukan promosi pariwisata salah satunya disebabkan oleh tidak adanya elemen pendukung, di antaranya Badan Promosi Pariwisata seperti di daerah lain.
Demikian menurut pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Drs Chusmeru MSi. Dia mengatakan, elemen pendukung ini bertugas untuk melakukan riset dan perenacanaan kawasan wisata, promosi, pembinaan dan pelestarian objek dan daya tarik wisata (ODTW), monitoring dan evaluasi ODTW serta membangun jejaring dengan stakeholder pariwisata di dalam maupun luar negeri.
”Badan tersebut tidak harus dari unsur pemerintah saja. Tapi bisa terdiri melibatkan unsur industri pariwisata, akademisi dan tokoh masyarakat,” ujarnya. Dia mengatakan, Pemkab juga perlu memikirkan bentuk dan struktur badan tersebut. Lembaga ini bisa saja independen atau berada di bawah Dinporabudpar.
Itu akan berpengaruh terhadap regulasi, legitimasi dan pos anggaran kelembagaan. Staf pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed ini mengatakan, apabila mencontoh pola kerja Bali Tourism Board (BTB) yang berada tingkat provinsi, badan ini hanya bertugas untuk memikirkan konsep pengembangan wisata. Sedangkan eksekusinya berada di tangan Dinas Pariwisata.
Dia mengatakan, keberadaan Badan Promosi Pariwisata menjadi amanat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Provinsi Jawa Tengah bahkan sudah memiliki organisasi independen tersebut “Sudah saatnya Banyumas memiliki Badan Promosi Pariwisata. Agar beban ganda di Dinporabudpar antara konsep dan teknis bisa dikurangi.
Dinas, bisa terfokus ke urusan teknis promosi dan even wisata,” kata dia. Dia mengatakan, lembaga tersebut tentu berdampak positif bagi perkembangan dunia pariwisata. Promosi menjadi lebih progresif dan inovatif. Di sisi lain, pemecahan masalah juga bisa dilakukan di badan tersebut.
Papan Penunjuk Arah Masih Minim
Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas mengakui papan penunjuk arah pada sejumlah objek wisata di wilayah Banyumas masih minim.
Padahal, ramnbu arah ini sangat diperlukan bagi wisatawan yang akan berkunjung. Kepala Seksi Objek dan Promosi Wisata Dinporabudpar Banyumas, Kasirun, mengatakan, papan penunjuk untuk objek wisata yang belum dikenal masih kurang.
”Seperti di Kalibacin, Masjid Saka Tunggal atau ke arah Kota Lama Banyumas. Ini belum lagi papan penunjuk ke arah desa wisata,” ujarnya, kemarin. Kasirun mencontohkan, Objek Wisata Tirta Husada Kalibacin tidak memiliki papan penunjuk arah dan pintu masuk. Wisatawan dari luar kota kerap kali nyasar ketika mencari lokasi kolam air belerang ini.
Masuk Promosi
Dia mengungkapkan, papan penunjuk arah ini biasanya di masukkan ke dalam anggaran promosi. Tetapi, APBD yang hanya berkisar Rp 700 juta tidak akan mencukupi untuk membiayai pembuatan papan petunjuk arah. ”Ini menjadi salah satu kelemahan promosi wisata Banyumas.
Kami hanya bisa mengandalkan pengetahuan pemandu atau biro perjalanan wisata untuk menunjukkan objek yang belum dikenal luas tersebut,” kata dia. Menurut pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Drs Chusmeru MSi, selain melengkapi papan penunjuk arah, Pemkab Banyumas juga perlu menginisiasi pendirian Badan Promosi Pariwisata Daerah.
Elemen pendukung ini bertugas untuk melakukan riset dan perencanaan kawasan wisata, promosi, pembinaan, dan pelestarian objek dan daya tarik wisata. Badan tersebut bisa melibatkan unsur pemerintah, industri pariwisata, akademisi, dan tokoh masyarakat.
”Persoalan papan penunjuk akan menjadi salah satu kajian dalam evaluasi objek wisata. Misalnya, kenapa jumlah pengunjung di satu objek stagnan atau malah menurun. Bisa jadi, karena tidak ada penunjuk arah yang menyebabkan wisatawan sering nyasar,” ujarnya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar