suaramerdeka.com
Kebutuhan akan energi yang terus meningkat, perlu disiasati dngan penggunaan sumber energi terbarukan. Banyumas memiliki sejumlah potensi energi terbarukan yang bisa dikembangkan, antara lain air.
Menurut Kepala Bidang Migas Listrik dan Pemanfaatan Energi Dinas ESDM Banyumas Saptono Purwo Pranggoro, wilayah Banyumas di sebelah utara yang dekat dengan Gunung Slamet potensial dikembangkan menjadi sumber energi terbarukan, antara lain untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).
“Berbicara PLTMH erat kaitannya dengan ketersediaan air, wilayah Banyumas di sebelah utara punya potensi itu,” jelasnya. Dia mengatakan, potensi tersebut antara lain terdapat di aliran Sungai Gua, Prukut, Mengaji, Logawa, dan Sungai Banjaran.
Menurutnya, aliran sungai- sungai tersebut, saat ini sebagian telah dimanfaatkan untuk PLTMH. Dikatakan, dalam studi yang dilakukan Pemkab Banyumas bersama dengan UGM beberapa tahun lalu, Banyumas memiliki potensi mencapai hitungan beberapa mega watt. Hal itu dihitung berdasarkan jumlah cadangan air di Banyumas.
“Jika untuk dikembangkan menjadi pembangkit memang perlu kajian yang lebih rinci per lokasi. Kalau kajian yang sebelumnya itu, masih secara global,” katanya.
Sejauh ini, menurutnya, PLTMH yang sudah dibangun di Banyumas, masih dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat yang belum tersentuh listrik PLN. Namun demikian, pemanfaatan air sungai untuk keperluan pembangkit yang memiliki kapasitas lebih besar yakni berupa pembangkit listrik tenaga mini hidro, juga akan dilakukan dalam waktu dekat.
“Di Sungai Gua sudah ada dua izin lokasi, Sungai Prukut ada dua izin lokasi, Sungai Logawa lima izin lokasi, Sungai Banjaran satu izin lokasi,” jelasnya. Menurutnya listrik yang dihasilkan nantinya, akan dijual kepada PLN, bukan seperti pemanfaatan PLTMH, yang langsung disalurkan ke masyarakat.
Salah satu pemanfaat listrik PLTMH, Tohidin beberapa waktu lalu mengatakan, dengan jaringan listrik yang digerakkan melalui PLTMH cukup membantu warga. Terlebih lagi tak semua wilayah di tempat tinggalnya yang berada di Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, dapat dijangkau jaringan listrik PLN.
“Memang selain dibuat turbin PLTMH oleh pemerintah, dulu wilayah desa kami sempat dikunjungi oleh pengusaha yang akan membuat pembangkit listrik di sini. Namun memang belum terlaksana hingga sekarang, jika itu membuka peluang ekonomi dan membawa kemanfaatan ekonomi, warga tak masalah,” katanya.
|
Berkah Gunung Slamet
suaramerdeka.com
ADANYA Gunung Slamet, menjadi berkah bagi Banyumas. Berbagai sumber daya melimpah di lereng gunung tersebut salah satunya air. Menurut Pakar Air Tanah dari Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Adi Candra, cadangan air di Banyumas memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. “Banyak sekali potensi yang dapat dikembangkan, selain untuk pertanian, bisa juga sebagai pembangkit listrik,” jelasnya, kemarin.
Adapun pembangkit listrik yang dapat dikembangkan di Banyumas beragam, mulai dari pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), bahkan sampai pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Pembangkit listrik paling sederhana seperti PLTMH, menurutnya, dapat dibangun ketika sebuah wilayah memiliki sungai yang mengalir sepanjang tahun. Selain itu, ada perbedaan elevasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Tujuan perbedaan elevasi itu, untuk menghasilkan tenaga yang dapat memutar turbin generator. “Jika ada dua hal itu, maka di wilayah tersebut sangat berpotensi dikembangkan PLTMH,” tuturnya. Dikatakan, adanya sungai yang mengalir sepanjang tahun tentu memerlukan sumber air yang juga selalu mengalir sepanjang tahun.
Di wilayah Banyumas terutama di lereng Gunung Slamet, banyak ditemukan mata air yang terus mengalir sepanjang tahun. Adapun mata air, menurutnya, timbul dari adanya gerakan air secara horisontal di dalam tanah. Kondisi itu bisa terjadi pada kondisi tertentu, dan ketika gerakan itu menemukan adanya rekahan, maka muncul menjadi mata air.
“Curah hujan di gunung tinggi, bisa lebih dari 3.000 milimeter per tahun. Air hujan itu meresap ke dalam tanah, saat meresap pada kondisi tertentu arah gerakannya tidak lagi vertikal, tapi horisontal, dan saat meneukan rekahan akan jadi mata air. Itu kondisi muka air tanah dangkal.
Sebagian air itu, terus meresap ke dalam tanah,” katanya. Dia menjelaskan, kondisi tersebut bisa terjadi ketika tanah dapat menyerap air dengan baik, karena kondisi lingkungan yang mendukung.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar