Quote suaramerdeka.com :
TANPA basis data geospasial yang baik, mustahil sebuah desa dapat merencanakan pembangunan wilayah dan manusianya secara riil. Terkait hal itulah, Pemerintah Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Banyumas menjadi salah satu desa yang kini memelopori pemetaan wilayah desa secara mandiri dengan kolaborasi masyarakat dan jejaring pemerintah desa.
Melalui peta geospasial yang akurat, Dermaji kini bertahap mewujudkan semangat dan langkah membangun Indonesia dari pinggiran dalam kerangka kesatuan. Melalui pemetaan desa, berbagai potensi desa bertopografi perbukitan yang memiliki luas geografis 1.302 hektar digali dan dipetakan.
Melalui basis data spasial yang kini terus diupayakan, Dermaji terus melaksanakan perencanaan pembangunan infrastruktur hingga manusia untuk masa depan desa yang lebih baik. “Proses pemetaan ini telah dimulai sejak 2015 lalu dengan kolaborasi kerja sama pemerintah desa dengan lembaga Bukapeta. Kami ingin ke depan berbagai potensi yang ada di Dermaji dapat terdokumentasi secara spasial sekaligus digital.
Dengan data geospasial yang jelas inilah diharapkan perencanaan pembangunan akan efektif dan efisien,” kata Kepala Desa Dermaji, Bayu Setyo Nugroho, kemarin. Proses pemetaan dengan kamera dronepun bertahap terus dilaksanakan hingga sekarang.
Berbagai ruang dan potensi alam wilayah desa terus dipetakan secara tematik oleh pemerintah desa dan sukarelawan Bukapeta. Selain batasbatas wilayah geografis dan administrasi desa, melalui pemetaan ini akan dapat diketahui secara jelas potensi alam, ekonomi kreatif, industri rumah tangga, infrastruktur, permukiman, pertanian, kehutanan, sarana prasarana publik seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
Himpun Data
Untuk menghimpun data geospasial yang valid, akurat dan detail inilah, selain melibatkan luar desa, pemberdayaan perangkat desa hingga masyarakat juga bertahap dilaksanakan.
Dua orang perangkat desa juga ikut dalam pelatihan perencanaan pembangunan berbasis geospasial yang diselenggarakan oleh Bukapeta Jakarta dan Gedhe Foundation, selama empat hari di Wlahar Wetan, Kalibagor, 19-22 April 2016 lalu. Mereka belajar teori-teori pemetaan, praktik dasar drone desa, pengenalan aplikasi sistem informasi geografis, dan praktik mengolah data pada peta.
Selain perangkat desa, dalam proses pemetaan ini, pemerintah desa juga akan turut melibatkan masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan sebagai salah satu subyek penentu kesuksesan proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembangunan desa di perbatasan Banyumas-Cilacap tersebut.
Melalui peta tematik yang diunggah secara digital, maka bisa menjadi basis data dalam perencanaan pembangunan desa yang sebagian warganya mengembangkan ternak kambing hingga UKM kerajinan wayang . “Dengan data geospasial kita bisa lihat kondisi riil masalah lahan untuk ketersediaan pangan, perkembangan UMKM, pemukiman dan infrastuktur lainnya.
Dari data geospasial ini juga bisa menjadi pertimbangan dalam pembangunan manusia desa dengan berbagai potensinya. Kami juga berharap proses pemetaan ini dapat sejalan dengan program pemetaan desa secara nasional yang dilaksanakan pemerintah saat ini ,” papar Bayu.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar