KRISIS air adalah persoalan mendasar yang dialami ribuan petani di wilayah Kecamatan Purwojati, Banyumas. Tanpa air di musim kemarau, ribuan hektare sawah tadah hujan kerap hanya menjadi lahan krokot ataupun vegetasi khas kemarau lainnya. Letak geografis wilayah yang tinggi, membuat wilayah Purwojati tak memiliki saluran irigasi teknis yang memadai.
Petani bahkan tidak dapat memanfaatkan saluran irigasi dan Sungai Tajum yang sebenarnya berdekatan dengan wilayah mereka. Namun mulai Juni lalu, sejumlah petani di wilayah Desa Kaliurip yang berdekatan dengan Sungai Tajum mulai merasakan manfaat bantuan pompa kincir air batubana bantuan dari Badan Penelitian dan Pengembangan, Pemprov Jawa Tengah.
Kincir air batubana yang merupakan hasil penemuan dari Irhamto, asal Purwonegoro, Banjarnegara, berhasil dimanfaatkan untuk mengangkat air Sungai Tajum hingga ketinggian 60 meter dan dialirkan ke areal persawahan tadah hujan dengan tenaga air yang ramah lingkungan.
“Dengan kincir batubana ini kami tak perlu lagi pusing memikirkan biaya bahan bakar solar ataupun menyewa pompa air,” tutur Ketua Kelompok Tani Arum, Paryanto, kemarin. Dijelaskan Paryanto, setiap musim kemarau tiba, petani desa setempat dipastikan tak dapat bercocok tanam karena ketiadaan air.
Untuk bisa menanam padi dan palawija, biasanya mereka harus menggunakan pompa air untuk menyedot air Sungai Tajum yang berada di bawah areal pertanian mereka. Akibatnya biaya produksi pertanian yang dikeluarkan cukup banyak dan sering tak sebanding dengan hasil pertanian yang mereka peroleh.
Rawat Peralatan
“Untuk mengaliri sawah lima ubin, setidaknya kami harus menyedot air dengan menggunakan pompa air selama lima-delapan jam. Padahal untuk satu jamnya kami harus membayar sewa pompa hingga Rp 20 ribu.
Paling sedikit satu bulan, minimal harus sekitar enamdelapan kali mengaliri sawah atau kebun kami,” katanya. Kepala Desa Kaliurip, Kitam Sumardi juga terus mendorong dan membina agar peran organisasi kelompok tani Arum sebagai penerima bantuan kincir air batubana terus dilaksanakan.
Selain pertemuan rutin petani tiap 35 hari sekali, petani juga diharapkan berswadaya, bergotong royong menjaga kelangsungan kinerja dari komponen perangkat pompa air berupa turbin, mesin penggerak, penyaring air sungai dan pipa-pipa pengalir air yang berada di tepi Sungai Tajum. “Harus pula diwaspadai aliran Sungai Tajum yang sering banjir.
Melalui koordinasi kelompok, diharapkan perawatan pompa air kincir air batubana ini tetap dilangsungkan sehingga aliran air akan semakin lancar dan fungsi komponen tetap berjalan,” katanya. Camat Purwojati, Eko Heru Surono menyatakan keberadaan kincir batubana telah membukakan harapan baru bagi petani wilayah Purwojati yang selama ini tak bisa berharap air di musim kemarau.
Dengan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan yang memanfaatkan aliran deras Sungai Tajum tersebut, membuktikan air adalah bahan energi terbarukan yang bisa menunjang kelangsungan ekonomi pertanian wilayah perbukitan.
|
kumpulan Arsip Berita dan Informasi, Dokumentasi, Beberapa catatan/ide atau harapan, Bertujuan utama memperkenalkan Banyumas kepada masyarakat luas. Berupa Perkembangan Desa dan Kota, serta segala potensinya.
Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas
Kamis, 15 September 2016
Kincir Air Batubana Solusi Petani Purwojati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri yang Diunggulkan
Info Tentang Blog Banyumas Corner
saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...
-
Di Kabupaten Banyumas unit pelayanan Samsat ada beberapa lokasi Yakni kantor pusat Purwokerto, DriveThru halaman rumah dinas eks Bakorwi...
-
Tingkatkan Kecepatan Layanan JNE Resmikan Wangon Gateway Salah satu perusahaan jasa pengiriman ekspres dan logistik nasional, JNE ter...
-
Bunga-bunga api kecil melentik ke udara ketika tangan Suing mengusik perapian. Tangan yang pucat dan bergerak lemah. Tengkuk dan dahi S...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar