Potensi Wisata Desa Baseh Masih Terbaikan
KEDUNGBANTENG-Potensi wisata Desa Baseh yang berada di lereng Selatan Gunung Slamet masih belum tergarap dengan maksimal oleh warga setempat. Salah satunya adalah wisata petualangan susur sungai dan river tubing. Padahal, aliran sungai Logawa yang membelah perkampungan Desa Baseh, sejak dari hulu hingga hilir, menyajikan potensi besar wisata adrenalin yang satu ini.
“River tubing adalah kegiatan meluncur bebas diatas permukaan aliran sungai yang berarus ringan menggunakan ban dalam mobil. Seperti layaknya rafting, peserta juga dilengkapi dengan menggunakan helm, pelampung keselamatan, tali webbing. Dan semua potensi ini ada di Baseh, ” kata penggerak wisata masyarakat desa Baseh, Kusno di lokasi river tubing Sungai Logawa bersama dengan Komunitas Wong Apa.
Kusno mengatakan, selama ini, Sungai Logawa menjadi sumber mata air yang terjaga dengan baik oleh masyarakat Desa Baseh. Mulai dari berbagai kegiatan konservasi seperti penanaman pohon hingga pendataan ragam flora fauna. Karena itu, aliran air pun stabil dan aman untuk melakukan river tubing terkecuali pada saat hujan turun di bagian hulu.
“Dan ini, sedang dikaji penempatan personil untuk memantau debit setiap hari Sabtu dan Minggu agar kegiatannya lebih safety, ” urainya.
Kusno mengungkapkan masih membutuhkan keberpihakan masyarakat desa dengan maksimal untuk mengelola wisata ini. Contohnya, kata dia, dengan gerakan massal warga setempat untuk membuka jalur jeram sekitar 300 meter. Diakuinya, saat ini baru sekitar 300 meter yang layak untuk river tubing.
“Jadi, penggalian potensi selama ini juga bareng dengan LMDH Wana Lestari, Desa Baseh sekaligus juga Pemerintah Desa Baseh. Kami akan akan bersama-sama membangun ecotourism di desa Baseh, ” ucapnya.
Sementara itu, pegiat River Tubing, dari Komunitas Wong Apa, Darno menjelaskan, Sungai Logawa di Desa Baseh menyimpan kecepatan aliran sungai yang cocok untuk river tubing. Hanya saja, diakuinya, bebatuan alami khas Gunung Slamet masih ada yang harus digeser untuk memperpanjang jalur.
“Sejak start sangat terasa adrenalin ketika menyusuri wisata ini. Tapi memang masih butuh gerakan warga di beberapa titik sungai untuk membuka jalur baru, ” kata Darno.
Dia mengungkapkan, timnya di Komunitas Wong Apa memang selama ini mencari spot-spot baru yang berpotensi untuk dikelola sebagai area wisata petualangan bersama masyarakat desa setempat. Dukungan berbagai personel di timnya juga membuat akses peralatan mudah didapatkan.
Di menambahkan, di titik yang dikembangkan ini merupakan pertemuan dua arus air gunung dibawah Curug Gomblang dan Curug Dadap.
“Ini arus tempuhan sesuai sebutan masyarakat lokal sini,” ujarnya.
Dia berharap, desa , kecamatan dan kabupaten mampu mengembangkan lebih lanjut potensi lokal wisata desa dengan lebih bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar