Dulu Penyadap, Kini Hidup dari Lada Perdu
26 Februari 2016 , Suara Banyumas
MENYADAP getah karet dan pinus, sejak dulu merupakan pekerjaan pokok
bagi warga Dermaji, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas. Karena
sebagian besar lahan di daerah ini merupakan pegunungan yang dijadikan
sebagai hutan pinus dan karet oleh Perhutani. Kini menyadap karet dan
pinus, sudah dijadikan sebagai pekerjaan sambilan, oleh sebagian petani.
Mereka mulai beralih menjadi petani lada perdu. Dengan menyadap karet
mereka paling banter mendapat keuntungan Rp 300 ribu/bulan, tapi dengan
menanam lada perdu mereka bisa mengantongi keuntungan Rp 2,5 juta/bulan.
Warga Dermaji, mengembangkan tanaman lada perdu yang mereka tanam di
selasela tanaman karet dan pinus di lahan milik Perhutani. Mereka
berharap nasibnya akan bertambah baik, karena harga jual lada sangat
menjanjikan. Salah satu petani lada perdu, Daryono yang sering dipanggil
Mang Oyot mengatakan, mereka kini juga sudah bisa mengembangkan bibit
lada perdu yang dijual Rp 4000/batang.”Kami sekarang mengandalkan hidup
dari tanaman lada,”jelasnya. Kelompok Tani Petani lada yang tergabung
dalam kelompok Tani Hutan semula ragu ketika diajak oleh Supartoto,
dosen Fakultas Pertanian Unsoed untuk menanam lada perdu. Namun setelah
diyakinkan, akhirnya dia dan teman-teman mencoba menanam lada sebagai
tanaman tumpang sari di bawah pohon pinus dan karet. Tanaman lada perdu
yang dikembangkan sejak 2002 itu kini sudah mencapai 70.000 batang di
atas tanah seluas sekitar 20 ha.”Tanaman lada tiap tahun terus bertambah
karena hutan pinus dan karet di Dermaji sangat luas,” ujar Supartoto.
Produksi lada juga semakin baik, setelah ada perbaikan dalam pola tanam,
perawatan dan pemupukan. Lada dapat dipanen satu bulan sekali dan tiap
pohon sudah bisa menghasilkan sekitar 1-2 ons. Dari 70.000 pohon lada,
yang sudah berproduksi sekitar 35.000 pohon, dengan produksi rata-rata
3,5 ton/tahun.
Hasil panen lada yang semakin bertambah, dan harga lada yang terus naik, menjadi daya tarik petani Deramji untuk mengembangkan lada perdu. Petani yang tergabung dalam kelompok Tani Hutan di bawah binaan Supartoto hanya 70 orang, dan petani yang menanam lada secara mandiri sebanyak 50 orang. Harga jual lada tiap tahun juga terus naik, tiga tahun lalu harga lada di tingkat petani hanya Rp 175.000/kilogram, kini sudah mencapai Rp 200.000/kilogram. Lada Dermaji oleh petani di jual di pasar Karangpucung, Cilacap dengan harga paling murah Rp 220 ribu/kilogram, dan kualitas super Rp 250 ribu/kilogram. Jumlah petani anggota kelompok Tani Hutan saat ini sebanyak 70 orang dan petani mandiri 50 orang. Harga lada saat panen Agustus- September 150 ribu/kg di petani. Saat ini harga tingkat petani 200 ribu/kg harga di pasar Karangpucung, Cilacap Rp 220 ribu/kg. Kini Mang Oyot lebih suka disebut sebagai petani lada, dibandingkan dengan sebutan penyadap getah karet dan getah pinus. Menanam lada agar bisa hidup di bawah tegakkan pinus memang bukan pekerjaan yang mudah. Menurut Supartoto, lingkungan di bawah tegakkan pohon besar adalah lingkungan yang lembab dan tidak mudah ditanami lada. Maka bibit lada perdu yang ditanam adalah bibit lada perdu yang diproses dengan jamur mikoriza dengan berbagai perlakun. Beberapa waktu lalu, para petani lada Dermaji mengejutkan Supartoto dan keluarganya, karena mereka tanpa memberitahu ramai-ramai datang ke rumahnya di Purwokerto. Para petani ini mengucapkan terima kasih sekaligus bercerita tentang hidup mereka yang mulai berubah. Mereka bercerita tentang berbagai hal, ada yang bercerita istrinya dibelikan gelang emas, ada yang bisa lanjut sekolah, dan berbagai kisah yang lain. ”Jujur saja saya kaget, terharu, sekaligus bersyukur dikunjungi puluhan petani ke rumah kami. Saya senang karena ilmu saya bisa bermanfaat bagi petani,” jelasnya.
Hasil panen lada yang semakin bertambah, dan harga lada yang terus naik, menjadi daya tarik petani Deramji untuk mengembangkan lada perdu. Petani yang tergabung dalam kelompok Tani Hutan di bawah binaan Supartoto hanya 70 orang, dan petani yang menanam lada secara mandiri sebanyak 50 orang. Harga jual lada tiap tahun juga terus naik, tiga tahun lalu harga lada di tingkat petani hanya Rp 175.000/kilogram, kini sudah mencapai Rp 200.000/kilogram. Lada Dermaji oleh petani di jual di pasar Karangpucung, Cilacap dengan harga paling murah Rp 220 ribu/kilogram, dan kualitas super Rp 250 ribu/kilogram. Jumlah petani anggota kelompok Tani Hutan saat ini sebanyak 70 orang dan petani mandiri 50 orang. Harga lada saat panen Agustus- September 150 ribu/kg di petani. Saat ini harga tingkat petani 200 ribu/kg harga di pasar Karangpucung, Cilacap Rp 220 ribu/kg. Kini Mang Oyot lebih suka disebut sebagai petani lada, dibandingkan dengan sebutan penyadap getah karet dan getah pinus. Menanam lada agar bisa hidup di bawah tegakkan pinus memang bukan pekerjaan yang mudah. Menurut Supartoto, lingkungan di bawah tegakkan pohon besar adalah lingkungan yang lembab dan tidak mudah ditanami lada. Maka bibit lada perdu yang ditanam adalah bibit lada perdu yang diproses dengan jamur mikoriza dengan berbagai perlakun. Beberapa waktu lalu, para petani lada Dermaji mengejutkan Supartoto dan keluarganya, karena mereka tanpa memberitahu ramai-ramai datang ke rumahnya di Purwokerto. Para petani ini mengucapkan terima kasih sekaligus bercerita tentang hidup mereka yang mulai berubah. Mereka bercerita tentang berbagai hal, ada yang bercerita istrinya dibelikan gelang emas, ada yang bisa lanjut sekolah, dan berbagai kisah yang lain. ”Jujur saja saya kaget, terharu, sekaligus bersyukur dikunjungi puluhan petani ke rumah kami. Saya senang karena ilmu saya bisa bermanfaat bagi petani,” jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar