Butuh Kreativitas
4 Februari 2016 , Suara Banyumas
PENGEMBANGAN desa wisata yang memiliki ciri khas membutuhkan
kreativitas dari para pegiatnya. Agar konsep yang diusulkan dapat
berjalan, hal ini perlu mendapat dukungan pemerintah desa, hingga
tingkat kabupaten. Demikian pendapat pengamat pariwisata dan ekonomi
kreatif Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Rawuh Edy
Priyono. Dia mengatakan, perkembangan desa wisata di Purbalingga cukup menarik untuk diamati.
Tetapi arahnya semakin destruktif karena konsepnya yang hampir seragam. “Kalau untuk wisatawan lokal itu tidak masalah, karena lokasinya yang dekat. Tetapi untuk yang dari luar kota atau luar negeri, bisa jadi ada kejenuhan karena konsep atraksi dan destinasinya itu-itu saja,” kata dia. Menurut Ketua Pusat Penelitian Kebudayaan dan Pariwisata (Puslitbudpar) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsoed ini, ada kecenderungan antar desa wisata meniru desain destinasi yang sudah ada. Terutama saat atraksi tersebut laris untuk dijual kepada wisatawan. Padahal, dampaknya bakal terjadi dalam jangka pendek. Selain kejenuhan, juga dapat menimbulkan perselisihan antar desa wisata. “Untuk menghindari ini perlu ada kreativitas untuk mengembangkan objek maupun atraksi yang baru. Cari hal-hal yang belum dilirik oleh desa lain,” ujarnya. Pria asal Purworejo ini menyampaikan, selain itu pegiat Pokdarwis dibantu instansi terkait perlu membentuk manajemen bersama yang mengontrol aktivitas wisata mereka. Termasuk penjualan harga paket serta promosi. “Ini seharusnya bisa dilakukan oleh Paguyuban Pariwisata Purbalingga (Wisbangga) yang sudah ada. Tapi sayang belum berjalan secara efektif,” kata dia.
Tetapi arahnya semakin destruktif karena konsepnya yang hampir seragam. “Kalau untuk wisatawan lokal itu tidak masalah, karena lokasinya yang dekat. Tetapi untuk yang dari luar kota atau luar negeri, bisa jadi ada kejenuhan karena konsep atraksi dan destinasinya itu-itu saja,” kata dia. Menurut Ketua Pusat Penelitian Kebudayaan dan Pariwisata (Puslitbudpar) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsoed ini, ada kecenderungan antar desa wisata meniru desain destinasi yang sudah ada. Terutama saat atraksi tersebut laris untuk dijual kepada wisatawan. Padahal, dampaknya bakal terjadi dalam jangka pendek. Selain kejenuhan, juga dapat menimbulkan perselisihan antar desa wisata. “Untuk menghindari ini perlu ada kreativitas untuk mengembangkan objek maupun atraksi yang baru. Cari hal-hal yang belum dilirik oleh desa lain,” ujarnya. Pria asal Purworejo ini menyampaikan, selain itu pegiat Pokdarwis dibantu instansi terkait perlu membentuk manajemen bersama yang mengontrol aktivitas wisata mereka. Termasuk penjualan harga paket serta promosi. “Ini seharusnya bisa dilakukan oleh Paguyuban Pariwisata Purbalingga (Wisbangga) yang sudah ada. Tapi sayang belum berjalan secara efektif,” kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar