Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Senin, 22 Februari 2016

Asal mula Purwokerto

 Sebelum membahas sejak kapan kota Purwokerto dibangun marilah kita membaca sebuah berita yang sempat heboh tentang rencana pembongkaran situs makam pendiri Purwokerto di hotel Mulia .


Mbah Purwokarta merupakan salah satu pendiri dan penyebar Agama Islam pertama di Purwokerto.




 Merdeka.com - Galian tanah itu masih terlihat jelas. Bongkahan tanah kering menutup liang lahat yang terkesan tak rapi itu. Dari lima makam di kawasan itu, kini terlihat hanya ada dua makam.

"Kami tidak rela makam yang dikeramatkan ini dibongkar," kata Imam Wahyono (30) salah satu pemuda Kelurahan Purwokerto Kulon, Banyumas, Kamis (20/9).
Siang itu, puluhan warga Purwokerto Kulon menggelar aksi penolakan pembongkaran makam Mbah Purwokarta. Makam yang terletak di belakang Hotel Mulia itu, dibongkar untuk keperluan perluasan hotel.
Mereka percaya, Mbah Purwokarta merupakan salah satu pendiri kota yang terkenal dengan mendoannya itu. Dia dulu merupakan penyebar Agama Islam pertama di Purwokerto. Letak makam yang berada di sekitar Pasar Wage meneguhkan penjelasan itu. Pasar Wage sendiri dulunya merupakan pusat perdagangan Banyumas sebelum era penjajahan Belanda.
Sementara Hotel Mulia, merupakan hotel yang pertama kali didirikan di Purwokerto. Hotel itu didirikan tahun 1921 dan hingga kini masih berdiri kokoh.
Untuk mencapai makam Mbah Purwokarta, peziarah harus melewati halaman depan Hotel Mulia. Hotel ini dikelilingi pagar sehingga peziarah tak bisa masuk tanpa seizin pengurus hotel.
Dartum, ketua rukun tetangga setempat mengatakan, setiap malam Jumat Kliwon dan hari besar agama, makam tersebut banyak dikunjungi oleh masyarakat baik lokal maupun dari luar kota. "Sebagai pendiri kota, kami tak ingin jejaknya terhapuskan," kata dia.
Dia mengatakan, sebelum pembongkaran, pengurus hotel belum meminta izin secara resmi ke pengurus RT. Dia sendiri menyayangkan, pemerintah setempat tak melindungi makam yang sudah ada sejak jaman Belanda itu.
Kuasa hukum Hotel Mulia, Fadoli mengatakan, dia saat ini sedang menelusuri ahli waris pemilik makam itu. "Sertifikatnya saja belum jelas," katanya.
Dia mengatakan, sudah meminta izin pembongkaran ke RT setempat. Selain itu, rencananya makam tersebut juga akan dipindah sesuai dengan permintaan warga. "Akan kami buatkan yang lebih bagus dan sesuai permintaan warga setempat," kata dia.
Lurah Purwokerto Kulon, Agus Puji Santoso tak banyak berkomentar soal masalah itu. "Akan kami mediasikan dulu, bagaimana duduk masalah yang sebenarnya," katanya.


Di sini kita tahu pendiri kota Purwokerto sekaligus berperan sebagai penyebar Agama islam di kawasan ini . mendapat julukan Mbah Purwokarta . Siapa itu Mbah Purwokarta ? ada kesesuaian info antara Kyai kartisara sebagai pendiri Desa Paguwan dengan istilah Mbah Purwakerta sebagai penyebar Agama Islam sekaligus mengusulkan nama Purwakerta . Mari Kita telusuri jejak pada tahun 1742 saat terjadi geger pecinan di kraton kartasura .

Ketiga, geger Pacinan, 1742. Buntut penbantaian Tionghoa di Batavia pada 1740. Keraton ditusuk dari belakang oleh Tionghoa yang menganggap Sunan Pakubuwono II (cucu Pakubuwono I) tidak ikut mengecam aksi genosida Tionghoa di Batavia. `Ketika terjadi pemberontakan Cina yang sering discbut geger Pacinan, banyak pembesar Kraton Kartasura lari meninggalkan kraton. Sebagian lari ke arah timur. Konon Sunan Pakubuwono termasuk yang lari ke arah timur.

 Sebagian lagi lari ke arah barat, mencari keselamatan masing-masing. Untuk mencari tempat yang aman, para pengungsi sebagian lari terus ke arah barat. Sekitar dua puluh lima orang telah sampai di daerah Banyumas. Keadaannya waktu itu masih hutan rimba. Merasa sudah sampai daerah yang dianggap aman mereka mulai membabat hutan. Tempat itu dijadikan pekarangan dan ladang serta perkebunan. Rumah-rumah pun dibuat secara gotong royong untuk tempat tinggal mereka. Daerah yang tadinya hutan, banyak dihuni binatang liar dan mahluk-mahluk halus serta menyeramkan, kini menjadi suatu desa yang aman dan makmur. disamping pertanian, sebagian juga ada yang memiliki keahlian lain dagang, pertukangan dan ada yang pandai dalam ilmu kekebalan ataupun ilmu gaib.


Di antara mereka yang dianggap mempunyai ngelmu bernama Kyai Kartisara. Kyai Kartisara sangat disegani dan dihormati orang-orang di tempat itu. Karena itu dia dianggap sebagai "sesepuh"nya. Lama-kelamaan daerah pinggiran gunung Slamet bagian selatan yang tadinya hutan itu menjadi suatu desa yang aman. Namun desa itu belum mempunyai nama. Karena itu Kyai Kartisara mengusulkan agar desa itu diberi nama Purwakerta. Purwa artinya awal mula; Kerta artinya aman atau damai. Jadi Purwakerta artinya awal mula yang damai. Nama itu disepakati oleh semua penduduknya. Rumah-rumah bertambah, hutan-hutan pun banyak berubah, banyak ladang dan sawah. Banyak orang-orang dari kampung lain yang singgah, ada juga yang pindah. Sehingga desa itu semakin ramai dan indah. Kyai Kartisara mempunyai seorang putera bernama Kendang Gumulung. Kendang Gumulung juga menuruni bakat ayahnya. Sehingga, setelah Kyai Kartisara meninggal dia menggantikan kedudukan sang ayah. Kemudian Kendang Gumulung yang me¬miliki ilmu kesaktian seperti ayahnya berpindah tempat. Di tempat ini pun banyak orang yang berguru padanya. Orang-orang yang mau belajar atau berguru ke tempat tinggal Kendang Gumulung me¬nyebutnya kepeguron. Peguron artinya tempat berguru. Dari kata Peguron lama kelamaan menjadi Peguwon. Di kemudian hari tempat ini disebut orang desa Peguwon. Setelah meninggal Kendang Gemulung dimakamkan di desa peguwon. Hingga kini orang menyebutnya makan kyai Kendang Gemulung.

secara kronologis pindah nya pusat pemerintahan yaitu antara kali Logawa dan kali Banjaran


secara wilayah pusat pemerintahan Pasirluhur berada di barat kali Banjaran . Desa Paguwan cikal bakal Kota Purwokerto berpusat di antara kali Banjaran dan kali Kranji Semuanya merupakan anak kali Serayu . Banyumas di selatan kali Serayu .

 Maka Purwokerto secara sah merupakan pengembangan dari Desa Paguwan yang mulai dibangun sekitar tahun 1742 setelah era geger pecinan kraton kartasura .


 Kota Purwakerta (Poerwokerto) info dari http://www.banjoemas.com/
Poerwakerta atau Purwakerta; "Purwa" yang konon diambil dari nama sebuah negara kuna di tepan sungai Serayu "Purwacarita" bermakna "permulaan" dan "Kerta" yang diambil dari nama ibukota kadipaten "Pasir" yaitu "Pasirkertawibawa" yang dalam bahasa Jawa-Kawi bermakna "kesejahteraan" atau lengkapnya menjadi "Permulaan kesejahetraan".

Purwakerta merupakan kota kecil dibandingkan dengan Sokaraja atau Ajibarang, bahkan ketika pada tahun 1831 saat pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem pemerintahan dengan membagi-bagi daerah kota Purwakerta hanya dijadikan ibukota Distrik dibawah Kabupaten Ajibarang. Walaupun kemudian pada tahun 1836 kota Ajibarang terkena musibah angin puting beliung selama 40 hari 40 malam yang akhirnya atas persetujuan Residen Banyumas pusat kota kabupaten Ajibarang di pindah ke desa Paguwan (Paguhan) yaitu desa sebelah barat ibukota distrik Purwakerta oleh bupati Raden Tumenggung Bartadimeja yang bergelar Raden Adipati Mertadireja II dan Asisten Residen Werkevisser. Seperti kota-kota lain yang di bangun oleh , biasanya dibangun di lahan baru yang tidak jauh dari kota asalnya.

Desa Paguwan berada di sebelah barat sungai kranji dan kota Purwakerta, di sebelah timur sungai Banjaran di sebelah utara Pereng (tebing) sungai Kranji. Dan pendopo kabupaten dibangun di atas sendang yang sangat jernih airnya  yang dulu merupakan tempat mandi para santri di pondok pesantren Pekih di Paguwan. Sedangkan rumah Asisten Residen Purwakerta berada di Bantarsoka (Tebing sungai Banjaran) dan kantor landkas berada di sebelah timurnya.




    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Entri yang Diunggulkan

    Info Tentang Blog Banyumas Corner

    saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...