Saya lihat ada yang ga sinkron antara berita tahun 2010 dengan perkembangan terkini . yaitu pratista harsa adalah pusat ekonomi kota baru .. Spot ini bahkan ga laku jadi centra akik padahal saat booming akik . Siapapun yang berwenang tolong segera ubah konsep dan grand design pratista harsa . Blok A jadikan pusat kuliner . Blok B jadikan hotel saja . Bikin jalan baru dari pertigaan pereng ke selatan karena ada view yang indah dan bisa dikembangkan ke sektor wisata .
Bagiamana cara
menghidupkan pratista harsa? Saya memiliki ide seperti ini :
- Ini adalah bagian dari Rencana Pemda merelokasi PKL yang menjadi persoalan akut, tentu ini harus didukung kebijakan lain yang saling menopang. Supaya Kelangsungan Pusat kuliner tetap berjalanan Pemda sebaiknya membuat aturan khusus bagi Karyawan atau PNS di lingkungan Dinas/Kantor atau Perusahaan Daerah untuk diwajibkan makan di Pratista Harsa minimal seminggu sekali. Jumlah karyawan yang banyak dan apalah arti makan hanya seminggu sekali tentu tidaklah memberatkan jika dibanding kewajiban memakai batu akik saya kira. Ini pasti akan berdampak besar bagi Pratista Harsa.
- Sebuah lokasi akan terdampak jika ada event atau acara yang digelar secara rutin dan terjadwal. Misalnya untuk Pratista Harsa ada area lapang yang cukup luas, buatkan saja semacam panggung atau galery, atau memanfaatkan lantai 2 gedung Blok A. Event tersebut bisa berdampak pada kunjungan ke pusat kuliner juga karena kebutuhan makan dan minum pengunjung pasti akan mendatangi lokasi terdekat . Nah ini adalah cara meningkatkan kunjungan itu. Selanjutnya seperti apakah event yang dimaksud? Kalau bisa yang merupakan event seagenda dengan tujuan Pemkab Banyumas, misalnya berbagai perlombaan jenjang tingkat pendidikan, kegiatan seni ( konsep pasar Tugu coba diterapkan di sini dan jalan Pereng). Event seperti ini harus diagendakan minimal seminggu sekali.
Saya yakin dengan 2 point ini akan sangat berdampak pada Pratista Harsa.
RADARMAS 3 March 2016
Pemkab sebetulnya telah menyiapkan lokasi untuk mengumpulkan para PKL yakni Pratista Harsa. Namun upaya tersebut kurang diminati pedagang. Untuk itu lanjutnya, pihaknya berencana akan mengubah ulang konsep tempat tersebut.
“Pratista Harsa akan kita ramaikan lagi. Akan kita jadikan satu tempat kuliner dan kerajinan. Sementara bangunan yang satunya akan kita carikan ide-ide untuk membuat ramai tempat tersebut,” tandasnya.
"Alun-alun Purwokerto kini makin marak dengan keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL). Pemkab pun dinilai tidak tegas dalam menangani masalah PKl alun-alun.Salah satu pengunjung alun-alun, Rizki Okta mengatakan, PKL membuat alun-alun seperti pasar. “Pemerintah daerah harus segera mengatasi masalah itu. Kalau tidak PKL akan semakin banyak,” katanya.Menurut warga lainnya, Chandra , keberadaan PKL mengganggu ketenangan dan kenyamanan. Kebanyakan orang yang berkunjung ke alun-alun menginginkan suasana yang tenang dan nyaman. “Seharusnya PKL ditempatkan di satu tempat, jadi ngga terlihat berantakan dan semrawut. Belum lagi sampahnya berserakan,” tuturnya.Menanggapi hal itu, Bupati Banyumas Ir Achmad Husein mengakui, sudah memberikan toleransi kepada para PKL untuk berjualan di alun-alun Purwokerto. Namun toleransi yang diberikan hanya sementara, sambil mencari solusi yang lebih baik.“Saya memberikan toleransi di situ. Artinya boleh walaupun aturannya sebenarnya tidak boleh. Itu hanya sementara, karena kita belum menemukan lokasi lain untuk mereka,” kata Husein.Sesuai perjanjian, katanya, pedagang yang diperbolehkan berjualan di alun-alun hanya pedagang asongan dan tidak boleh di atas rumput. Itupun boleh berjualan dari pukul 16.00 hingga malam hari. Namun saat ini banyak pedagang yang nekat berjualan di atas rumput.“Sebetulnya saya sangat bertoleransi banyak. Memberikan mereka kesempatan berdagang tapi dengan tertib, menjaga kebersihan dan tidak merusak rumput. Jadi saya minta mereka menghargai toleransi kita. Nanti kita kembalikan ke awal perjanjian kita dan akan kita tertibkan lagi,” tegasnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar