suaramerdeka.com
Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Lestari Desa Cihonje Kecamatan Gumelar sejak beberapa tahun terakhir mengolah limbah padat tepung tapioka menjadi pupuk organik. Kini pupuk organik hasil olahan mereka telah dipasarkan di kalangan petani sekaligus menjadi pengurang pencemaran lingkungan. Ketua KTH Giri Lestari, Wakam mengatakan produksi pupuk organik berbahan dasar limbah padat tepung tapioka ini telah dirintisnya sejak tahun 2012.
Melalui pembelajaran dan pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri, ia bersama komunitasnya mengolah limbah padat dan cair tepung tapioka yang selama ini menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat. “Seperti diketahui limbah cair dan padat tepung tapioka ini selalu dituding menjadi biang pencemaran air hingga udara. Makanya dengan pengolahan limbah menjadi bahan baku pupuk organik inilah, kami berharap permasalahan limbah ini dapat dikurangi,” katanya.
Dijelaskan Wakam, sesuai data yang dihimpunnya, jumlah perajin tepung tapioka yang tersebar di sejumlah desa di wilayah Kecamatan Gumelar mencapai 90 industri rumah tangga. Adapun jumlah produksi tepung tapioka ini bervariasi mulai dari ratusan kilogram hingga mencapai 10 ton/hari.
Sementara ini, karena terbatasnya pengetahuan dan sarana prasarana pengelola limbah, limbah tapioka belum tertangani secara maksimal. “Makanya dengan dukungan dan bimbingan pemerintah dan dinas terkait, kami berhasil memproduksi pupuk organik hingga pestisida organik yang siap dipasarkan ke berbagai pihak. Dengan formula pupuk dan pestisida yang telah berbentuk cair dengan harga terjangkau, ini bisa membantu petani meningkatkan produk hingga mengurangi potensi polusi akibat limbah tapioka,” jelasnya.
Mendukung
Ketua KTH Wana Lestari Widodo, Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Sutarjo mengapresiasi dan mendukung upaya dari KTH tetangga desanya tersebut. Makanya melalui koordinasi antara komunitas KTH, pihaknya juga mendorong para petani hutan untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam produksi pupuk dan pestisida organik dari limbah tapioka tersebut.
“Kami berharap dengan keberhasilan KTH dalam memproduksi pupuk dari bahan limbah, maka dukungan pemerintah semakin besar. Apalagi produksi pupuk bisa menjadi bagian dari solusi penanganan limbah produksi tapioka,” ujarnya. Penyuluh Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Wahyono juga terus mendorong KTH yang lainnya untuk turut mengembangkan dan mempraktikan pengetahuannya
. Dengan pengetahuan dan pengelolaan potensi yang ada di lingkungannya masing-masing, diharapkan KTH dapat menjadi kelompok yang berdaya secara ekonomi sekaligus menjadi bagian penyelamatan lingkungan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar