Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Senin, 07 November 2016

Festival Rewandha Bojana Siap Dongkrak Wisata Banyumas Barat


video Festival Rewandha Bojana Desa Cikakak 2016 PG

Quote suaramerdeka.com :

Wilayah Barat Butuh Perhatian

Pelaku wisata yang tergabung dalam Aliansi Pariwisata Banyumas menilai, Festival Rewandha Bojana dapat menjadi jembatan untuk mengangkat potensi pariwisata. Pasalnya, kawasan wisata di Banyumas sangat membutuhkan perhatian.
Koordinator Wanawisata Curug Cipendok, Krusharto mengatakan, di Banyumas bagian barat terdapat objek wisata buatan Dreamland Park, Curug Cipendok, objek wisata religi Masjid Saka Tunggal. Di Kecamatan Lumbir dan Gumelar juga pemandangan alamnya cukup indah. “Itu masih bisa digarap aktivitas minat khusus berbasis ekoturisme,” katanya, dalam rapat Aliansi Pariwisata Banyumas, Kamis (17/11).
Menurut dia, sejak 2015, upaya untuk mengangkat kawasan tersebut diwujudkan dalam bentuk Festival Rewandha Bojana di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon. Pun demikian, Desa Karangtengah di kawasan Wanawisata Cipendok juga menggelar acara garebeg sura secara rutin setiap tahun. Sejauh ini, papan penunjuk arah menuju objek wisata di Banyumas barat masih minim. Dia berharap, Pemkab Banyumas dapat memberi perhatian terhadap kawasan tersebut.
Aset Wisata
”Alat promosi lain akan ditambahi seperti baliho petunjuk tempat wisata,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Desa Cikakak, Suyitno mengatakan, kegiatan Rewandha Bojana diharapkan menjadi atraksi untuk mengenalkan aset wisata Masjid Saka Tunggal dan taman kera. Keduanya berada di desa wisata religi Cikakak. “Ini menjadi momen untuk mempromosikan kepariwisataan. Dengan adanya momen besar maka khalayak dapat mengetahui kalau di sini ada objek wisata,” kata dia.
Menurut Suyitno, apabila hanya mengandalkan sektor religi, kurang menarik perhatian pengunjung. Hanya para peziarah dan pemerhati cagar budaya yang datang silih berganti. Namun, adanya acara itu dapat mengembangkan potensi yang lain. Dia berharap, kawasan wisata religi Masjid Saka Tunggal dapat merealisasikan perluasan lahan serta penghijauan kawasan yang dihuni lebih dari 300 ekor kera ini.
Adapun tahun ini, Festival Rewandha Bojana dengan atraksi memberi makan kera, diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan di wilayah Banyumas Barat. Tahun ini, kegiatan tersebut didukung oleh masyarakat dari 12 desa di Kecamatan Wangon. Kegiatan yang digelar pada, Sabtu (19/11) ini menyuguhkan kirab Igir Wowohan yang layak ditonton.
Bagian paling seru adalah saat tumpeng buah itu dikerubuti oleh kera ekor panjang yang berdiam di sekitar masjid. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko, mengatakan, kawasan Banyumas barat memang membutuhkan sejumlah event untuk mempromosikan potensi wisatanya.
Pihaknya mengembangkan konsep kawasan wisata terintegrasi mulai dari Kecamatan Cilongok, Ajibarang, Pekuncen, Wangon, Lumbir dan Gumelar. “Ini harus dibangun secara bertahap. Saat dukungan masyarakat semakin meningkat, bukan tidak mungkin Banyumas bagian barat dapat menjadi salah satu destinasi alternatif selain Baturraden,” jelasnya. 

Harus Memiliki Daya Tarik

SETIAP destinasi wisata harus memiliki daya tarik yang berbeda. Hal ini akan memunculkan ragam pilihan yang menarik wisatawan. Demikian menurut pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Drs Chusmeru MSi.
Dia mengatakan, beberapa waktu lalu Pusat Penelitian Kebudayaan dan Pariwisata Unsoed dan dinas terkait pernah melakukan penenitian terkait zonasi wisata. Hal ini bisa diterapkan di kawasan itu. “Tergantung motif dan minat pengunjungnya.
Kalau sudah ada riset, nanti bisa ditemukan arah pengembangan kawasan wisatanya,” kata dia kemarin. Menurut Staf pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed ini, kawasan alternatif pendukung wisata ini ditentukan dengan riset dan perencanaan kawasan wisata, promosi, pembinaan dan pelestarian objek dan daya tarik wisata (ODTW), monitoring dan evaluasi ODTW serta membangun jejaring dengan stakeholder pariwisata di dalam maupun luar negeri.
Pada dasarnya, kunci pengembangan ada pada potensi masing-masing objek. Pemkab tidak bisa memaksakan sebuah destinasi untuk dijual dengan target tertentu.
“Bisa jadi kawasan barat belum siap jual. Maka perlu ada pembenahan-pembenahan lagi,” kata dia. Chusmeru mengatakan, lebih mudah lagi apabila Pemkab menggandeng Dreamland sebagai objek wisata yang sudah mapan. Mereka bekerja sama untuk membuat atraksi-atraksi untuk menarik perhatian. Tujuannya untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan ke Banyumas.
Setelah dampak turunannya terasa baru bisa dikembangkan ke objek yang lain. “Mengandalkan wisata religi tentu lebih sulit. Dinas harus menyiapkan pemandu yang paham dengan sejarah atau kawasan religi tersebut,” ucapnya. 

Harus dievaluasi

Penonton Berebut Makanan Kera

 Penonton ajang Festival Rewandha Bojana di area kompleks Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, berebut tumpeng buahbuahan untuk makanan kera. Mereka tidak sabar menanti kehadiran kera ekor panjang yang menjadi atraksi utama perhelatan ini.
Salah satu pengunjung, Kukuh Sukmana (27), mengatakan, tidak adanya pagar pembatas antara penonton dengan Igir Wohwohan (tumpeng buah) yang diperebutkan para kera membuat mereka enggan mendekat. Selain itu, tetabuhan dari grup thekthek justru mengusir beberapa ekor monyet yang datang.
“Malah beberapa penonton, terutama kaum ibu, yang mengambil buah-buahan untuk pakan kera itu. Bukan untuk diberikan ke monyet, tapi malah dimakan sendiri,” ujarnya, di sela festival, Sabtu (19/11).
Lantaran menjadi rebutan penonton, panitia akhirnya memindahkan tumpeng buah lebih dekat dengan para kera. Namun sekali lagi, masih ada pengunjung yang mengambil buah-buahan untuk dibawa pulang.
“Sebelumnya banyak pengunjung yang mendekat ke tumpeng, kera-kera ekor panjang ini tidak mau turun dari pohon di sekitar makam. Tapi setelah mereka pulang, kerakera akhirnya muncul,” tuturnya.
Berebut Buah
Setelah menunggu selama lebih dari dua jam, akhirnya rombongan kera muncul. Mereka datang bergerombol dan langsung berebut buahbuahan. Namun sayangnya, lokasi tersebut justru sepi pengunjung. Menurut dia, atraksi tersebut sejatinya cukup menarik perhatian wisatawan.
Tetapi, panitia kegiatan terlihat kurang mempersiapkan arena grebeg kera.“Ini menarik untuk mengangkat potensi wisata di obyek wisata religi Masjid Saka Tunggal dan taman kera,” ucapnya.
Festival yang tahun ini digarap Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas serta masyarakat penyangga objek wisata Masjid Saka Tunggal ini dimeriahkan dengan pawai peserta yang membawa Igir Wowohan. Selain itu, masih ada pijat Husada Tirta Brahma dan makan bersama pengunjung.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Banyumas, Rustin Harwanti, mengatakan, kegiatan ini masih membutuhkan evaluasi. Terutama agar para kera mau turun untuk berebut makanan, bukan pengunjungnya.
“Kemasannya perlu dievaluasi, atraksi utamanya belum bisa terwujud. Karena pengunjung terlalu dekat dengan tumpeng buah yang direbutkan kera,” katanya. Dia berharap, festival ini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan di wilayah Banyumas bagian barat.
Para pengunjung tidak hanya sekadar melihat peninggalan sejarah dan religi Masjid Saka Tunggal, tapi juga menikmati atraksi saat berinteraksi bersama primata bernama latin Macaca fascicularis ini. 

Berita sebelumnya..

Festival Rewandha Bojana Siap Dongkrak Wisata Banyumas Barat


Festival Rewandha Bojana dengan atraksi memberi makan kera, diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan di wilayah Banyumas Barat. Tahun ini, event tersebut didukung oleh masyarakat dari 12 desa di Kecamatan Wangon.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko, mengatakan, kawasan Banyumas barat membutuhkan sejumlah event untuk mempromosikan potensi wisatanya.
Karena itu, festival ini perlu mendapat dukungan oleh semua pihak. ”Sejauh ini yang dikenal hanya wisata religi Masjid Saka Tunggal dan objek wisata buatan Dreamland. Perlu diangkat potensi yang lain, salah satunya ya Taman Kera ini,” ujarnya, kemarin.
Kirab Buah
Dia mengatakan, kegiatan yang digelar pada 19 November ini menyuguhkan kirab Igir Buah yang layak ditonton. Bagian paling seru adalah saat tumpeng buah itu dikerubuti oleh kera ekor panjang yang berdiam di sekitar masjid.
Igir Buah diarak dari Terminal Wangon menuju ke halaman objek wisata Masjid Saka Tunggal oleh masyarakat dari 12 desa di Kecamatan Wangon.
Setelah rebutan buah, pengunjung diajak untuk menjajal pijat tradisional dengan air Husada Tirta Brahma. ”Ini potensi di Desa Wlahar, kami juga akan mengenalkannya kepada pengunjung,” ujarnya.
Kepala Desa Cikakak, Suyitno, mengatakan, selain kirab Igir Buah, masyarakat juga menyuguhkan makanan tradisional berupa 600 nasi penggel yang dibungkus dengan daun jati dan daun pisang. ”Nanti dimakan bersama-sama pengunjung,” kata dia. 

Festival Rewandha Bojana Kenalkan Ikon Igir Buah



Festival Rewandha Bojana yang bakal digelar Sabtu (19/11) menyuguhkan ikon Igir Buah. Pada perhelatan tersebut, gunungan yang disusun dari berbagai macam buah ini akan diarak oleh masyarakat dari 12 desa di Kecamatan Wangon.
Kepala Desa Cikakak, Suyitno mengatakan, disebut igir buah karena makanan yang dibawa disusun hingga berbentuk lancip. Buah-buahan ini nantinya diperebutkan oleh kera di sekitar Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon.
“Untuk teknis arak-arakan belum ada keputusan final. Rencananya kirab Igir Buah dimulai dari Terminal Wangon menuju ke kompleks Masjid Saka Tunggal. Kami tidak membatasi buah yang akan dijadikan tumpeng, yang penting monyetnya doyan,” ujarnya, ketika dihubungi kemarin.
Pada arak-arakan buah ini, kata Suyitno, masyarakat juga membawa makanan tradisional berupa 600 buah nasi penggel yang dibungkus dengan daun jati dan daun pisang. Kuliner lokal ini akan dinikmati bersama-sama antara warga dan pengunjung. Usai kirab Igir Buah, pengunjung disilakan untuk menjajal pengobatan alternatif dengan pemijatan tradisional. Tendatenda lokasi pemijatan disediakan panitia.
Warisan
“Kami juga akan mengenalkan potensi terapi pengobatan tradisional asli Banyumas. Pemijatan ini menggunakan air Husada Tirta Brahma dari Desa Wlahar, Kecamatan Wangon, yang berfungsi seperti param kocok. Airnya terasa hangat ketika dioleskan ke bagian tubuh.
Dijamin pegal-pegal pasti hilang,” jelasnya. Sebelumnya, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas berencana menggeser waktu pelaksanaan Festival Rewandha Bojana menjadi 3 Desember. Namun, pada pertemuan yang digelar akhir pekan lalu, panitia tetap memutuskan kegiatan berjalan pada 19 November.
Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan, festival yang dirintis oleh pegiat Aliansi Pariwisata Banyumas dan masyarakat dari Kecamatan Wangon ini bertujuan untuk mengangkat potensi wisata budaya di wilayah Banyumas bagian barat dengan atraksi wisata yang unik.
“Di sekitar Masjid Saka Tunggal kan ada 300 ekor monyet. Kera ini bisa menjadi atraksi yang bisa menarik wisatawan. Biarpun liar, mereka tetap tidak pernah pergi dari sekitar kawasan itu,” katanya. Menurut kepercayaan warga setempat, monyet-monyet ini merupakan warisan pendiri Masjid Saka Tunggal yang diperkirakan berdiri 1288. Sebagai objek wisata religi, kawasan ini hanya ramai pengunjung pada waktu-waktu tertentu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...