Quote suaramerdeka.com :
DUA perempuan dan semangat saat beradu cepat dengan dua lawannya menggunakan bakiak. Masing-masing peserta membawa tahu bulat menggunakan sumpit. Mereka setengah berlari agar cepat sampai ke garis finish untuk menyuapi tahu tersebut kepada teman satu tim.Permainan itu dilakukan dengan penuh canda dan tawa, meskipun diikuti oleh ibu-ibu dan bapak-bapak. Dalam permainan tradisional tersebut, masing-masing peserta baik yang kalah maupun menang mendapatkan doorprize dari panitia. “Saya iseng ikut saja meramaikan permainan ini.
Apalagi saya jarang sekali mengikuti permainan menggunakan bakiak,” tutur salah satu peserta permainan kakiak, Supri (46). Permainan tersebut merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian Festival Kuliner dan Tahu 2016 yang digelar di halaman parkir Java Heritage Hotel Purwokerto, Minggu (30/10). Festival kuliner dan tahu yang diadakan oleh Pemerintah Desa Kalisari mengusung konsep acara pameran yang bertemakan kuliner dan budaya Banyumas.
Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Banyumas merupakan salah satu desa yang sangat potensial dalam pengembangan produksi ragam jenis tahu. Oleh karena itu, tujuan diadakannya kegiatan ini harapannya mampu menciptakan sebuah sistem pemasaran yang dapat meraih pasar modern, sehingga dapat memancing kreativitas kelompok tahu dalam menciptakan produk olahan tahu yang baru dan inovatif.
Kepala Desa Kalisari, Aziz Masruri mengatakan, festival tahu merupakan program revolusi mindset dari pemerintah desa, supaya warga dan angkatan muda di desanya bersedia berwirausaha di bidang tahu. Perlu diketahui di Desa Kalisari terdapat 283 industri rumah tangga tahu. Masing-masing industri rumah tangga tersebut mampu menyerap tenaga kerja sekitar 3 sampai 4 keluarga.
Berarti apabila dijumlahkan, di Kalisari terdapat 700 keluarga yang berkecimpung dalam industri rumah tangga tahu. Sementara jumlah keluarga secara keseluruhan di desa itu mencapai 1.416. Kalau dipersentasikan, terdapat 45 persen keluarga yang memiliki mata pencaharian dari tahu. “Nah inilah salah satu program kami untuk mengubah mindset yang sudah dua tahun ini diadakan,” kata dia.
Dengan kegiatan ini, sambung dia, generasi muda atau para anak penjual tahu bersedia menjual tahu dengan metode berbeda dan melakukan diversifikasi produk tahu yang lebih banyak variannya. “Harapannya, kami tahu Kalisari dapat go international dengan pengemasan yang bagus,” katanya. Dia menceritakan, awal menjadi kepala desa pada 2013, jumlah industri tahu merosot menjadi 190 unit. Padahal pada 2004, terdapat 490 unit usaha tahu.
Penurunan jumlah usaha tersebut antara lain isu formalin, kenaikan harga kedelai dan kondisi ekonomi. “Dari sini saya terpacu untuk meningkatkan jumlah usaha tahu, mulai dari diskusi karnaval dan festival tahu. Sekarang Alhamdulillah, jumlah usaha tahu sudah mencapai 283 unit,” katanya. Adapun generasi muda yang sudah terjun dalam wirausaha tahu terdapat 20 orang.
Mereka menggunakan pola pemasaran lebih modern daripada perajin tahun angkatan tua, seperti memanfaatkan media internet sebagai pemasaran produknya. Di sisi lain, produk dengan bahan dasar tahu sudah mulai banyak variannya, seperti tahu bulan, kerupuk ampas tahu, tahu baso dan sushi tahu. “Kalau produk yang sudah ada sejak dulu adalah tahu kuning dan tahu goreng,” katanya.
Menginginkan BuktiMeskipun demikian, untuk menggerakkan wirausaha dari kalangan muda tidak mudah. Kendala yang dihadapi adalah para generasi muda menginginkan bukti sebelum mencoba beriwirausaha. “Makanya mereka dilibatkan dalam kegiatan ini. Kami juga bekerja sama dengan LPPM Unsoed dan UMP, Bank Indonesia Purwokerto, serta menganggarkan dana untuk pelatihan untuk pengemasan produk kepada generasi muda,” katanya.
Di sisi lain, pemerintah desa tetap mendapingi kelompok usaha tahu. Saat ini, kelompok tahu yang berjumlah 70 anggota itu mulai memenuhi kedelai (bahan baku utama membuat tahu), serta kunyit dan garam bagi para anggotanya. “Memang kelompok belum mampu memenuhi semua industri perajin di Desa Kalisari, tapi kami berupaya memulai dari anggota kelompok dulu,” katanya.
Melalui upaya dan kegiatan ini, Aziz bersama dengan tim di pemerintah desa akan terus fokus untuk memberdayakan masyarakat desa melalui wirausaha tahu. Targetnya sampai dengan 2019, jumlah usaha tahu Kalisari jumlahnya kembali menjadi 490 unit seperti pada 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar