suaramerdeka.com
Kelompok tani ikan di Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, kesulitan memasarkan sidat karena konsumsi masyarakat terhadap sidat rendah. Saat ini pemasaran sidat masih fokus di pasar-pasar di wilayah Kabupaten Banyumas dan Solo.
Ketua Kelompok Tani Sidat Desa Beji, Supriyanto mengungkapkan, di Banyumas maupun daerah lain belum familiar mengonsumsi sidat. ”Kendala utama kami pemasaran. Kami masih kesulitan menjual sidat untuk konsumsi, karena warga Banyumas yang mengonsumsi sidat masih sangat minim,” katanya, kemarin. Di sisi lain, harga sidat cukup tinggi yaitu berkisar Rp 130.000 – Rp 150.000 per kilogram.
Tingginya harga juga karena petani kulakan sidat Rp 100.000 per kilogram. ”Kalau dihitung dengan biaya produksi keuntungan kelompok tani masih tipis,” ujarnya. Dikatakan, selain pemasaran kendala lain yang menjadi perhatian para anggota kelompok adalah mereka belum mampu menghasilkan sidat konsumsi dalam waktu singkat.
”Pertumbuhannya lamban, padahal pembesaran sidat hingga siap panen membutuhkan waktu antara delapan bulan hingga satu tahun,” katanya. Menyikapi persoalan itu, anggota kelompok melakukan uji coba diversifikasi pakan buatan pabrik dengan pakan buatan sendiri yang bersumber dari area setempat seperti cacing dan keong.
Proyek Percontohan”Kami mengubah pola pakan sidat dengan keong dan fermentasi pakan buatan untuk meningkatkan protein,” katanya. Kelompok budidaya sidat di Desa Beji merupakan salah satu proyek percontohan yang dilakukan Bank Indonesia Purwokerto, dengan skema desa usaha mandiri. Program ini telah dilaksanakan sejak Maret 2015.
Dari sekitar 100 kilogram benih sidat yang ditebar dengan jumlah sekitar 2.150 ekor, tingkat kematiannya hingga sekitar 5,4 persen. Selama satu tahun lebih, petani sudah memanen sidat konsumsi dua kali.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Ramdan Denny Prakoso saat ditemui di Beji, beberapa waktu lalu mengatakan, Bank Indonesia Purwokerto telah melakukan kegiatan pelatihan selama pendampingan, antara lain penguatan kelembagaan, studi banding, edukasi keuangan, pengenalan penyakit sidat, budidaya cacing dan pembuatan pakan fermentasi sebagai pakan alternatif.
Ke depan Bank Indonesia Purwokerto akan terus mengupayakan lahirnya inovasi dalam budidaya sidat yang memiliki nilai jual tinggi, sehingga peternak ikan memiliki alternatif budidaya ikan air tawar selain gurami dan nila yang selama ini sudah dilakukan secara turun temurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar