DAMPINGI PETANI : Ahmad Fauzi Syahad saat melakukan pendampingan dan pelatihan bagi petani di Desa Sikapat Kecamatan Sumbang terkait standar gula organik dan tehnik menyadap nira kualitas organik.
TAK banyak terpikirkan bagaimana menyiapkan hari tua atau saat usia sudah tidak produktif bagi sebagian besar pekerja informal, seperti petani gula kelapa di Banyumas. Umumnya, mereka bekerja sebagai buruh deres atau penderes (pengambil nira kelapa) maupun mengelola kebun milik orang lain dengan sistem bagi hasil.
Dalam situasi seperti itu, jarang yang memiliki perencanaan untuk pesiapan hari tua, seperti lazimnya yang dijalankan pekerja formal baik di pemerintah dan swasta yang ada tunjangan atau pesangon hari tua/pensiunan.
Mengambil hikmah dari kondisi tersebut, Ahmad Fauzi Syahad, pegiat dari Paguyuban Petani Gula Kelapa Banyumas asal Desa Suyalangu Kecamatan Karanglewas, berusaha untuk melakukan berbagai terobosan dan upaya agar para penderes tetap bisa merencanakan masa tuanya. Menurutnya, potensi hasil perkebunan kelapa di Banyumas sangat potensial.
Selain lahan masih memungkinkan untuk pengembangan atau perluasan, iklim juga mendukung. Namun kadang etos kerja dari penderes atau pemilik lahan atau kebun masih banyak menjalankan pola produksi konvensional.
Di sisi lain, kadang soal harga yang tidak menentu, resiko kecelakaan kerja yang masih tinggi dan belum adanya pendampingan maksimal dari pemerintah, juga ikut mempengaruhi minat berkebun kelapa atau regenerasi petani gula kelapa ini.
Menghadapi kondisi tersebut, katanya, upaya penyadaran dan pendampingan terus ia lakukan bersama kelompok paguyubannya. Edukasi yang dilakukan, di antaranya mendorong para petani untuk bisa melakukan investasi perluasan lahan.
Ini tidak semata harus membeli dengan kesiapan modal yang cukup. Namun bisa dengan cara sistem kerjasama dan sewa lahan milik orang lain, kemudian ditangani secara serius.
“Salah satu motivasi yang kita lakukan untuk anggota binaan adalah harus mau melakukan investasi untuk menghadapi hari tua.
Bentuknya dengan perluasan dan optimalisasi lahan, jadi ketika usia sudah lanjut, mereka tinggal menikmati hasil panen dan tinggal memantau pekerja saja,” tutur Fauzi. Saat ini, petani gula kelapa binaannya ada sekitar 300 tersebar di sejumlah desa.
Dengan investasi tersebut paling tidak sejak usia produktif sekarang sudah ada gambaran mengenai hasil yang akan dinikmati saat sudah memasuki pensiun dari memanjat kelapa.
Paguyuban tersebut, lanjut Fauzi, tidak semata melakukan pendampingan, namun juga membukan pasar atau ikut membantu pemasaran hasil gula kelapa..
Menurutnya, permintaan gula kelapa tidak pernah sepi. Mereka sudah bekerjasama dengan enam eksportir, dimana setiap bulannya masing-masing ekportir mengambil sampai 2- 3 kontainer.
“Kerjasama ini keberlanjutannya terjamin, karena setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk mendampingi minimal seribu petani. Hal ini sudah masuk dalam persyaratan sertifikasi perusahaan ekportir,” terang Fauzi.
Dia mengungkapkan, anggota paguyubannya, rata-rata memiliki lahan seluas 2.000 meter persegi. Lahan seluas ditanami sekitar 40 pohon kelapa. Saat sudah masa panen, setiap harinya satu pohon kelapa bisa menghasilkan nira sekitar 7 ons. Nira kelapa bisa diambil tiap hari.
Kendala yang menghalangi banyak sedikitnya nira di pohon kelapa adalah cuaca seperti musim hujan. Untuk menjadi gula kelapa, umumnya juga diolah sendiri oleh petaninya (penderes).
Dalam satu hari, katanya, petani bisa menghasilkan gula kelapa rata-rata 10 kilogram. Sedangkan harga gula kelapa saat ini Rp 12.000 per kilogram.
“Kalau perencanaannya baik dan tertib sebenarnya masih memiliki sisa uang untuk ditabung. Sebab, kehidupan petani sederhana, hanya cukup menghabiskan uang Rp 30 ribu – Rp 40 ribu per hari untuk keperluan makan keluarganya,” jelas sarjana agama yang terjun menjadi petani ini.
Fauzi menututkan, program yang tengah dijalankan untuk anggota dalam investasi perluasan lahan, di antaranya, setiap bulan petani menyisihkan 10 persen dari pendapatannya dan dalam satu tahun bisa mendapatkan perluasan lahan sekitar 350 meter persegi.
sumber suara merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar