BEDUK PESANAN: Pekerja membuat bedug pesanan di Desa Keniten, Kedungbanteng, Banyumas, Senin (29/5)
MENDUNG menggelayut di langit Desa Keniten, Kecamatan Kedungbanteng, siang itu. Munatik terlihat tergesa-gesa menyelesaikan pengecatan kayu yang digunakan untuk pegangan beduk sebelum hujan tiba.
Dengan sigap ia langsung menutup kayu-kayu yang berjajar di pinggir jalan itu menggunakan terpal. Proses pembuatan beduk tradisional siang itu sedikit terhambat karena hujan turun lebih awal. Di desa yang berada di sebelah selatan Gunung Slamet itu terdapat beberapa perajin beduk tradisional.
Secara turun temurun, sejak puluhan tahun lalu sebagian masyarakat memproduksi beduk yang biasa digunakan di masjid. Momentum Ramadan ini, jumlah pesanan beduk meningkat dibandingkan pada hari-hari biasa. Seperti yang diungkapkan salah seorang perajin beduk, Toufik Amin. Sejak sebulan sebelum Ramadan, pesanan mulai berdatangan.
Harga Variatif
”Alhamadulillah sejak menjelang Ramadan kemarin pesanan pembuatan beduk naik hingga 70 persen. Sampai sekarang saya sudah menerima pesanan sekitar 100 buah. Beduk yang dalam proses pengerjaan ini semaunya adalah pesanan,” kata dia. Menurut dia pesanan beduk karyanya datang dari berbagai wilayah di Pulau Jawa.
Mulai dari Yogyakarta, Kebumen, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Brebes hingga Jakarta. Beberapa tahun lalu, dia juga mengerjakan pesanan dari Sumatera. Dia mengatakan pembuatan satu buah beduk ukuran kecil membutuhkan waktu antara tiga sampai satu minggu.
Untuk ukuran terkecil dengan diameter 40 cm hanya membutuhkan waktu tiga hari, sedangkan ukuran lebih dari satu meter membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan. Untuk harganya, lanjut dia, juga variatif bergantung ukuran yang diinginkan.
Harga yang ditawarkan mulai dari ukuran terkecil sebesar Rp 2,5 juta sampai yang terbesar hingga puluhan juta. Model beduk juga menentukan harganya, semakin sulit akan semakin mahal. ”Kemarin saya habis mengerjakan beduk dengan ukuran 1,5 meter, harganya Rp 40 juta.
Pembuatan beduk dengan ukuran sebesar itu memerlukan waktu hampir tiga bulan, kalau yang kecil paling dalam hitungan hari selesai,” ujar dia. Dia menjelaskan, tabung beduk hasil kreasinya terbuat dari bahan potongan kayu trembesi yang dirangkai menjadi bentuk silinder.
Sedangkan untuk bahan kulitnya dia memilih menggunakan kulit sapi karena lebih lebar dan tebal. Salah seorang pekerja yang membuat beduk, Munatik, mengatakan kayu trembesi dipilih karena relatif mudah didapat. Selain kemudahan dalam memperoleh bahan baku, penggunaan trembesi juga dipi
sumber suara merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar