Pemasok Bahan Baku ke Produsen Ban Terbesar Dunia
AROMA khas karet begitu terasa saat berada di ruang proses penyortiran Ribbed Smoked Sheet (RSS) milik Kebun Krumput Banyumas yang merupakan salah satu unit kerja PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX. Di ruang itu, beberapa pekerja perempuan sibuk memilah RSS dengan kualitas ekspor kemudian dilipat dan dikemas rapi.
Produk RSS yang tidak memenuhi standar ekspor dipisah di tempat yang telah disediakan untuk diproses ulang atau untuk kebutuhan pasar lokal. Setelah memasuki proses penyortiran, RSS ditimbang dan dipress membentuk seperti kubus dengan berat 113 kilogram. RSS yang sudah dipress dimasukkan ke gudang penyimpanan.
Di gudang tersebut, RSS kembali ditimbang ulang untuk memastikan ukuran sesuai yang ditentukan. Proses produksi mulai dari pengolahan, pengasapan, penyortiran hingga pengemasan di bawah pengawasan ketat. Hal ini dilakukan karena produk yang dihasilkan untuk memenuhi pasar ekspor.
”Fungsi kontrol selalu diutamakan mulai dari proses pengolahan hingga barang siap dikirim,” kata Administratur Perkebunan Krumput PTPN IX, Budiyono kepada Suara Merdeka, Senin (23/1) siang. Pabrik RSS Krumput dalam proses produksinya menghasilkan produk karet berbentuk lembaran sheet yang masih menggunakan sistem lori pada proses pengasapannya.
Hasil produksi RSS untuk memenuhi permintaan pasar ekspor negara-negara asia dan eropa. Salah satu konsumen yang menggunakan RSS adalah produsen ban kendaraan asal Perancis, Michelin. Sinder Kepala Kebun Krumput, Maulana Ibrohim Fajri, menambahkan, kerja sama bisnis antara Kebun Krumput Banyumas PTPN IX dengan produsen ban internasional itu sudah terjalin sejak 2011.
Untuk mencapai kesepakatan kerja sama dengan perusahaan besar tidak mudah karena harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, seperti standarisasi produk. Untuk menjamin produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas, proses pengolahan RSS di Pabrik Kebun Krumput Banyumas menerapkan sistem jaminan kualitas yakni standar ISO 9001-2008 serta penerapan SNI 06-0001-1987.
Penerapan sistem ini sudah berlangsung sejak tahun 2004. Selain sistem jaminan mutu, Pabrik Krumput menerapkan standar sistem manajemen lingkungan ISO 14001-2005 untuk menjaga lingkungan perusahaan dan pabrik tetap aman dan lestari, serta meminimalisasi dampak negatif dan potensi pencemaran dari proses produksi.
Tak hanya itu, Pabrik Krumput harus menyesuaikan standar produk sesuai permintaan produsen ban terbesar di dunia dengan menerapkan Societe Des Matieres Premieres Tropicales (SMPT). ”Untuk memasok bahan baku ke Michelin, persyaratannya tidak cukup hanya dengan SNI. Mereka punya standar sendiri dan terus dilakukan audit tahunan dari Michelin.
Tapi, Alhamdulillah sampai dengan sekarang kami masih bisa memenuhi standar Michelin,” kata Fajri menjelaskan. Fajri mengemukakan, kepercayaan konsumen ini memotivasi pengelola Kebun Krumput untuk terus meningkatkan kualitas produk serta mengoptimalkan hasil produksi. Peningkatan kualitas yang dilakukan mulai dengan membersihkan mangkok tempat lateks yang melekat pada pohon karet setiap hari agar terhindar dari kotoran.
Sedangkan optimalisasi dilakukan pola perlakuan pohon dengan baik, seperti melakukan pemupukan setahun dua kali dan memberikan vitamin karet untuk pohon muda, serta pohon harus disadap pada dini hari pada pukul 02.00 – 03.00. Setelah disadap, kemudian siang hari hasil karet sadapan langsung diolah agar menghasilkan produk berkualitas. ”Kami melakukan intensifikasi tanaman dan memaksimalkan produksi dengan teknologi,” kata dia.
StrukturEkonomi
Kebun Krumput PTPN IX memiliki luas wilayah kerja 2.051,25 hektare (ha) yang tersebar di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Banyumas seluas 1.202,88 ha yang meliputi Afdeling Krumput dan Tumiyang serta Kabupaten Cilacap seluas 848,37 ha yakni Afdeling Kubangkangkung. Pabrik RSS Krumput rata-rata mengolah 1.300ñ1.600 ton produksi per tahun. Harga RSS saat ini berkisar 2,65 dolar AS atau setara Rp 35.000 per kilogram.
Harga ini lebih tinggi daripada awal hingga pertengahan 2016 yang mencapai 1,3 dolar AS. Budiyono kembali mengatakan, dengan menerapkan jaminan mutu, hasil produksinya terus dilirik oleh produsen ban besar dunia maupun nasional. Tidak hanya Michelin, produk RSS sudah dipasok untuk memenuhi permintaan produsen ban Bridgestone dan Gajah Tunggal.
”Pada Februari tahun ini, rencana perwakilan dari produsen ban merek Bridgestone akan berkunjung ke Kebun Krumput Banyumas,” katanya. Pada era globalisasi perdagangan, standardisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat kebijakan pemerintah dalam menata struktur ekonomi secara lebih baik dan memberikan perlindungan kepada masyarakat.
Untuk menunjang tercapainya tujuan strategis, seperti peningkatan ekspor produk Indonesia, peningkatan daya saing produk Indonesia terhadap produk impor, peningkatan efisiensi nasional dan menunjang program keterkaitan sektor ekonomi dengan berbagai sektor lainnya, maka penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh industri menjadi sangat penting.
Kepala Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional (BSN), Zakiyah dalam releasenya, mengatakan, BSN akan memberikan penghargaan kepada organisasi yang menerapkan SNI secara konsisten dan berkesinambungan melalui serangkaian proses pelaksanaan penilaian SNI Award. Penghargaan SNI Award menjadi nilai tambah untuk kegiatan promosi dalam meyakinkan konsumen agar mau menggunakan produk mereka. ”Para penerima SNI Award akan memperoleh banyak manfaat yang diberikan oleh BSN,” kata Zakiyah.
Di antaranya, penilaian atas kinerja organisasinya, profil organisasi akan dipromosikan oleh BSN di berbagai media massa baik cetak atau elektronik, serta mendapat kesempatan untuk memperluas wawasan standardisasi dan penilaian kesesuaian. Selain itu, Penerima SNI Award yang relevan akan difasilitasi BSN untuk akses ke pasar Timur Tengah, akses ke asosisasi retailer, diusulkan untuk mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh kementerian.
Khusus untuk organisasi kecil dan barang akan diberikan beberapa fasilitas, meliputi mengikuti forum promosi internasional, mendapatkan advokasi di bidang pengembangan iptek, pelatihan gratis di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian.
Kebun Krumput Kesulitan Merekrut Pekerja Muda
Pengelola Kebun Krumput Banyumas kesulitan merekrut tenaga kerja usia muda untuk menjadi penyadap karet. Hampir 50 persen tenaga kerja penyadap karet adalah pekerja tua, sedangkan pekerja muda relatif. Administratur Perkebunan Krumput PTPN IX, Budiyono menuturkan, untuk memenuhi tenaga kerja penyadap karet, pihaknya harus mencari sampai ke daerah Wonosobo karena mencari di wilayah Banyumas sulit.
Padahal, upah yang diberikan melebihi upah minimum kabupaten. Jam kerja juga cukup singkat, yaitu hanya lima jam sehari sehingga pekerja dapat memanfaatkan waktunya setelah menyadap karet untuk mencari pekerjaan sampingan lain.
Dikatakan, ketidaktertarikan warga menjadi pekerja penyadap karet lantaran jam kerja dilakukan pada dini hari antara pukul 02.00-03.00. Bagi sebagian orang berangkat pada jam itu akan malas karena merupakan waktu istirahat.
400 Pekerja
“Selain itu, angkatan kerja mudah lebih memilih menjadi buruh di pabrik daripada kerja di kebun,” katanya. Saat ini, Kebun Krumput memiliki 400 pekerja penyadap karet. Para penyadap karet itu, sebagian besar warga di wilayah Banyumas dan sebagian lagi merupakan pekerja borongan dari daerah Pati, Jawa Tengah. Kebun Krumput sebagai salah satu unit kerja PTPN IX mempunyai core bisnis yakni karet yang memproduksi ribbed smoked sheet (RSS) dan produk sampingan berupa brown crape.
Pabrik RSS Krumput dalam proses produksinya menghasilkan produk karet berbentuk lembaran sheet yang masih menggunakan sistem lori pada proses pengasapannya yang merupakan satu satunya pabrik sistem lori di PTPN IX. Pabrik RSS Krumput rata rata setiap tahun mengolah 1.300 – 1.600 ton produksi per tahun.
Pemasaran produk Kebun Krumput mayoritas di ekspor ke negara-negara asia dan eropa, salah satu buyer yang di pasok oleh Kebun Krumput adalah Michelin. “Kami memasok produk ke produsen ban nasional maupun internasional,” kata Budiyono.
sumber Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar