DI tengah pandangan miring masyarakat terhadap keris, Afrizal Fadli Azizi (30) empu keris muda asal Desa Krajan, Kecamatan Pekuncen justru merintis pendirian Padepokan Keris Buwana Aji Kalingga. Sebagaimana awal mula belajar membuat keris di Padepokan Braja Buwana Solo di bawah asuhan Empu Basuki, ia bertekad mendirikan padepokan secara mandiri di Banyumas.
Empu Rizal kini dalam proses merintis pendirian Padepokan Keris Buwana Aji Kalingga hingga museum keris di daerah perbukitan Pamujan di perbatasan Kelurahan Teluk dan Karangklesem, Purwokerto Selatan.
Ia ingin dengan adanya padepokan dan museum ini, generasi muda bisa mengetahui tentang keris sekaligus cara pembuatannya. “Keris Banyumas juga punya ciri khas dan keunggulan.
Bisa dibilang, sangat sedikit yang dibuat termasuk di masa lampau, namun dari dulu sampai sekarang menjadi buruan,” jelasnya. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Rizal telah melalui berbagai proses panjang. Saat ini ia terus menjalani proses administrasi dan perizinan untuk bisa menggunakan tanah Pemkab Banyumas tersebut.
Sebelumnya ia sampai empat kali harus meyakinkan masyarakat setempat untuk mewujudkan cita-cita pendirian padepokan tersebut “Karena sebagaimana keris, istilah padepokan juga masih dipandang miring.
Terlebih lagi saat kemarin terjadi gegeran Padepokan Gatot Braja Musti hingga Kiai Kanjeng,” tandasnya. Untuk menyukseskan hal itulah selain pendekatan dengan masyarakat sekitar lokasi, ia juga terus melaksanakan pendekatan dan proses administrasi dengan pemerintah daerah.
Dengan minat dan kemampuannya di bidang budaya, ia tak segan berkonsultasi dengan siapapun tak terkecuali dengan para birokrat, kolektor, akademisi dan sebagainya. “Meski telah tujuh bulan belajar membuat keris, saya sadari waktu tersebut belumlah cukup. Makanya sampai sekarang komunikasi dengan guru saya di Solo juga terus berlangsung,” katanya.
Berbagai ajang pameran keris tingkat daerah, nasional hingga internasional di wilayah Jawa dan luar Jawa juga terus dilakoninya. Berbagai referensi terus ia kumpulkan beserta dengan diskusi dengan para ahli, budayawan dan siapa saja yang berminat kepada perkerisan. “Sesuai dengan pelajaran dan filosofinya, keris bukanlah hiasan ataupun senjata saja.
Tetapi lebih jauh dari itu, keris mempunyai banyak hal terutama bagi orang Jawa,” tandasnya. Selain dari proses pembuatan yang tak instan, curiga atau keris adalah barang yang menjadi bagian kesempurnaan pegangan orang Jawa, selain wanita (istri), graha (rumah), turangga (kuda, kendaraan) dan kukila (burung, hobi).
Maka dari itulah, jika seorang telah mengerti keris, maka keris adalah barang yang tak ternilai harganya. Pemilik, pemegang hingga pengguna kerispun harus umpan papan jika memakai, membawa hingga mengeluarkan keris dari warangkanya terutama jika di depan umum.
“Saat menerima pesanan keris, seorang empu tentulah tak sembarangan membuatnya. Pembuatan keris harus disesuaikan dengan pemakainya nanti, baik dari segi lahir dan batinnya. Karena proses membuat keris adalah bagian dari proses olah lahir dan batin yang dimaujudkan dalam bentuk keris,” kata pria yang tergabung dalam Asosiasi Perkerisan Nasional.
Empu Rizal berharap dengan adanya padepokan keris yang didirikanya nanti, maka kepercayaan dan minat generasi muda terhadap keris dapat tumbuh kembali. Ia berharap padepokan Buwana Aji Kalingga ini bisa menjadi bagian dari pengenalan budaya dan warisan leluhur Jawa termasuk Banyumas.
“Kami ingin padepokan ini bisa benar-benar menjadi bagian dari pembelajaran yang baik punya pengaji. Apalagi wilayah Banyumas dipercaya sebagai tempat pertama kali leluhur Jawa terutama orang Kaling dari India turun ke Jawa,” jelasnya.
|
sumber Suara Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar