BERMODAL rasa penasaranan, nekat, hingga ketekunan, Amin Nurrohman (40) warga Desa Pandansari Kecamatan Ajibarang, Banyumas kini telah menjadi produsen slender (mesin gilas). Usaha pembuatan alat berat itu telah ditekuninya sejak pertengahan 2014 silam.
Di bengkel Istana Mandiri yang menyatu dengan rumahnya dan dibantu lima orang karyawan, hingga awal 2017 pria lulusan Ekonomi Manajemen Universitas Diponegoro Semarang tahun 2001 itu, telah memproduksi sekitar tiga unit mesin gilas kapasitas 3 ton dan lebih dari 10 mesin gilas kapasitas 1 ton.
Dengan harga yang berkisar puluhan juta rupiah yang selisihnya jauh dari harga alat berat produksi pabrikan, produk alat berat milik Amin laris diserbu pembeli.
“Untuk yang kecil kapasitas 1 ton, harganya cuma sekitar Rp 25 juta, sedangkan pabrik bisa mencapai 80 juta per unit. Sementara untuk slender kapasitas tiga ton, saya jual cukup Rp 80 juta saja, sedangkan untuk produksi pabrik bisa mencapai harga 400 juta,” jelas ayah tiga anak ini.
Rata-rata pembeli adalah para pemborong kerja konstruksi jalan mulai dari lokal Banyumas, hingga luar daerah seprti Brebes, Tegal, hingga Ciamis, Jawa Barat. Ia pun puas karena sejak membeli alat berat darinya, tidak ada pembeli yang komplain.
Cerita dan ide pembuatan mesin gilas atau tendem itu kata Amin, tak pernah direncanakan sebelumnya. Apalagi selepas ia lulus kuliah, justru lebih banyak berkecimpung di bidang pengerjaan jalan dan las. Namun, ide untuk membuat mesin gilas ini bermula saat ia mendapatkan kesulitan menyewa alat gilas saat pengerjaan jalan aspal di Cilacap.
“Saat itu saya sulit sekali mendapatkan mesin gilas ini. Padahal saya hanya membutuhkan waktu sehari saja untuk memakainya. Akhirnya saya jadi berpikir bagaimana kalau buat selendr sendiri saja. Jadi memang niat saya pertama buat slender, ya untuk dipakai sendiri saja,” katanya.
Diskusi
Setelah muncul ide itulah, ia berdiskusi dengan beberapa tukang lasnya. Beberapa kali di saat ada alat berat dia mengamati berbagai komponen dan mekanisme kerjanya. Kalau dari segi bentuk, komponen penggilas, ia yakin bisa membuatnya. “Ide saya membuat slender ini sempat ditentang oleh istri dan tetangga. Tak mungkin saya berhasil membuat slender, kata mereka.
Saya tak peduli dengan perkataan orang yang mengira saya sedang buat odong-odong, “ jelasnya. Jika kemudian ia bersama lima pekerjanya bisa membuat roda silinser dan kerangka mesin gilas, Amin kemudian menemukan kendala terhadap mesin penggerak slender ini. Untuk itulah ia mencari berbagai informasi terkait hal tersebut.
Seluruh toko alat berat di Purwokerto dan daerah lain ia datangi, namun tak satupun toko menjual mesin alat berat tersebut. “Akhirnya suatu saat saya refreshing di Cilacap, saya melihat kapal berjalan. Saya lihat kapal kecil itu bisa maju dan mundur. Saya datangi nelayan itu, dan saya minta kapal itu supaya maju dan mundur,” jelasnya Dari pelajaran kapal di dermaga pelabuhan Cilacap.
Itulah akhirnya Amin mencoba membeli gearbox yang menjadi penggerak kapal dengan harga Rp 4 juta. Dari mesin yang dibeli di toko alat berat Cilacap itulah ia kemudian merangkainya menjadi penggerak mesin gilas produksi pertamanya dengan kapasitas satu ton. “Dan dengan waktu dua bulan lebih, akhirnya satu mesin gilas bikinan saya pertama itu berhasil jalan,” jelasnya.
Dengan keberhasilan pembuatan alat berat mesin penggilas itulah, Amin kini tengah bercita-cita membuat eksperimen helikopter minimal bisa mengangkat beban satu kuintal dan terbang rendah terlebih dulu. Terkait dengan cita-cita pembuatan prototipe helikopter itulah, ia tengah menjajaki kerja sama dengan berbagai pihak termasuk SMK Maarif NU 1 Ajibarang.
sumber Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar