Tak Cukup Hanya Ditampung
PERSOALAN penanganan terhadap anak-anak putus sekolah semata-mata tidak cukup diselesaikan hanya dengan menampung mereka menjadi peserta didik. Tetapi ada hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, yakni menjamin kelangsungan belajar mereka di bangku sekolah setelah ditampung sebagai peserta didik.
Hal itu diungkapkan Eka Bahtiar, salah satu pendidik SMP swasta di Purwokerto. Menurutnya, setelah lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah ditampung SMP, semestinya juga dibarengi dengan adanya perhatian terhadap mereka.
Salah satunya dengan memberikan alokasi anggaran dana bantuan untuk mendukung kegiatan operasionalnya selama bersekolah. ”Semestinya mereka mendapatkan alokasi anggaran dana bantuan, terutama mereka yang tidak dapat melanjutkan sekolah, karena persoalan ekonomi,” jelasnya. Sumber dana bantuan dapat berasal dari mana saja dan diserahkan ke pemerintah.
Bila persoalan yang dihadapi adalah tidak adanya sarana transportasi yang digunakan untuk menuju sekolah, maka semestinya mereka juga difasilitasi. Misalnya dengan diberikan bantuan sepeda atau lainnya dengan sumber pendanaan yang sudah diatur.
”Tidak tertutup kemungkinan lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP tersebut terjadi lantaran orang tuanya tidak mempunyai motivasi karena sejak awal yang dipikirkan persoalan biaya di sekolah,” terangnya.
Menurut dia, kalangan sekolah swasta siap untuk menampung mereka menjadi anak didik. Adanya lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah ini sangat disayangkan.
Lulusan SD Tak Melanjutkan Akan Bertambah
Belum Seluruh Data Dilaporkan
Data jumlah lulusan SD di Kabupaten Banyumas yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs berpotensi bisa bertambah.
Ini menyusul belum seluruhnya data anak yang tidak melanjutkan sekolah dilaporkan ke Dinas Pendidikan. Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Enas Hindasah, mengatakan, meski data lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah telah diserahkan ke Dinas Pendidikan dan jumlahnya tercatat 122 anak, kenyataannya ada SMP yang menampung anak tidak meneruskan sekolah di luar data itu.
”Sekolah tersebut bergerak sendiri dan berhasil menampung anak tidak melanjutkan sekolah di luar data yang sudah diserahkan ke Dinas Pendidikan. Artinya, dimungkinkan masih ada lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah, tetapi belum terdata. Jadi, jumlahnya masih sangat mungkin berubah,” ungkapnya.
Dalam menangani anak seperti ini, lanjut dia, dibutuhkan peran serta semua pihak, mulai dari tingkat RT, RW, pemerintah desa/kelurahan, hingga kecamatan dan kabupaten.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Purwadi Santoso, menjelaskan, penyebab siswa yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP tersebut beragam, mulai dari orang tua tidak membolehkan melanjutkan sekolah, anaknya malas, persoalan transportasi, hingga termasuk kategori anak berkebutuhan khusus (ABK).
”Kami mendorong pengelola SMP, khususnya swasta, untuk ikut terlibat dengan memfasilitasi mereka agar bisa melanjutkan sekolah. Salah satunya dengan menampung mereka sebagai anak didik di sekolah tersebut, terutama yang tempat tinggalnya berdekatan dengan sekolah itu,” ujarnya.
Bahkan, untuk mengetahui hasilnya, dia meminta sekolah tersebut untuk segera memberikan laporan ke Dinas Pendidikan. Laporan itu akan dijadikan sebagai dasar dalam melakukan langkah berikutnya.
”Nanti hasilnya seperti apa segera laporkan ke kami. Kalau tidak berhasil nanti akan kami upayakan dengan cara yang lain,” tambah dia. Dia mengatakan, tidak hanya jenjang SMP yang dilibatkan, tetapi juga madrasah tsanawiyah diminta juga untuk terlibat. Selain itu, sanggar kegiatan belajar (SKB) dan pusat kegiatan masyarakat (PKBM) juga diminta untuk ikut terlibat.
Sementara itu, Kasi Kurikulum Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Agus Wahidin, menambahkan, orang tua dinilai mempunyai peran yang cukup strategis dalam mendorong anak putus sekolah agar mau melanjutkan sekolah. Karena itu, agar program penanganan anak putus sekolah berhasil, diperlukan adanya pendekatan terhadap orang tua.
”Salah satu kunci keberhasilan dalam mendorong anak putus sekolah agar bersedia melanjutkan sekolah terletak pada orang tuanya. Mereka harus didekati dan diberi pemahaman tentang pentingnya sebuah pendidikan bagi anak usia sekolah,” terangnya.
Menurutnya, meski zaman sudah makin maju, namun tidak tertutup kemungkinan masih ditemukan adanya orang tua, terutama yang tinggal di daerah pedesaan, kurang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anaknya. Mereka lebih memilih anaknya bekerja untuk menambah penghasilan keluarga.
Pola pikir seperti ini harus diubah. Kendati demikian, tidak mudah untuk mengubah pola pikir seperti itu. Diperlukan adanya pendekatan secara intensif kepada orang tua anak putus sekolah.
sumber suara merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar