Untuk menangani permasalahan sampah di lingkungan permukiman masyarakat, Pemkab Banyumas terus mendorong gerakan pengelolaan sampah berbasis warga masyarakat.
Sejumlah bank sampah lahir sebagai gerakan riil pengelolaan berbasis masyarakat khususnya di wilayah Banyumas bagian barat. Kepala Unit Kebersihan dan Pertamanan (UKP) Ajibarang, Bahrudin menyatakan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah hakikatnya adalah kewajiban semua pihak termasuk masyarakat. Makanya sejak dari lingkungan rumah tangga, sampah hendaknya telah ditangani dengan dipilih atapun dipilah dan dimanfaatkan.
“Pengelolaan sampah itu dengan 3 R yaitu reduce, reuse, recycle (mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang). Namun sayangnya hingga saat ini masih banyak warga yang buang sampah secara sembarangan,” katanya. Akibat membuang sampah sembarangan maka lingkungan menjadi korbannya.
Dampaknyapun kembali akan kembali ke lingkungan dan manusia sebagai contohnya, banjir, penyakit dan sebagainya. Hal ini sudah sering terjadi khususnya di wilayah perkotaan. Maka dari itulah, Bahrudin mendorong masyarakat untuk bisa memanfaatkan kembali potensi sampah sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
Melalui keberadaan bank sampah masyarakat diajak untuk semakin menyadari kalau sampah bisa dimanfaatkan untuk penambahan aspek ekonomi dan fungsi. “Kami terus mendorong berdirinya bank sampah terutama di wilayah Banyumas bagian barat beserta pengembangan kegiatan lainnya.
Diharapkan dengan adanya bank sampah, masyarakat tidak menjadi pemulung sampah, karena mereka bisa mengelola sampah mulai dari rumah tangga,” jelasnya. Kepala Urusan Teknik Balai Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang, Alig Suhardi membenarkan jika keberadaan sampah juga sering mengganggu kelancaran pengairan irigasi pertanian khususnya Saluran Irigasi Tajum yang mengalir dari Tiparkidul Ajibarang menuju Kecamatan Wangon, Jatilawang, Rawalo, Purwojati.
Selama ini dari pantauan petugas, sampah anorganik adalah jenis sampah yang terbilang mendominasi di aliran saluran irigasi Tajum.
“Biasanya sampah-sampah ini terhenti di pintu air bahkan sering menyumbat kelancaran aliran irigasi Tajum. Makanya ini terus menjadi keprihatinan kami,” katanya. Untuk mengatasi persoalan sampah di aliran irigasi itulah, Alig Suhardi menyatakan terus berupaya berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait termasuk pemerintah desa untuk menggugah kesadaran masyarakat agar tak membuang sampah di aliran sungai ataupun irigasi.
Hal ini penting agar aliran air irigasi ini bisa berjalan lancar dan kualitas airnya cukup. “Selain menggangu kelancaran irigasi, sampah juga berpotensi menurunkan kualitas air untuk keperluan pertanian,” jelasnya.
Bersahabat dengan Sampah
Kepala Desa Kedunggede, Rasdan HS mengatakan selama ini Lumbir tengah menggencarkan kampanye’Bersahabat dengan Sampah’. Kegiatan bank sampah ini terus digencarkan, apalagi pihaknya bersama Pramuka Peduli Lumbir juga baru saja mendapatkan bantuan berupa kendaran roda tiga untuk sarana peng angkut sampah.
Diharapkan melalui bank sampah inilah, permasalahan sampah di wilayah Lumbir bertahap dapat ditangani masyarakat secara bersama-sama. “Sesuai dengan UU Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, kamipun berusaha untuk memandang sampah dari perspektif berbeda. ‘Bersahabat dengan Sampah’ dan menjadikan sampah menjadi hal yang punya nilai guna dan ekonomi adalah paradigma baru yang harus diwujudkan bersama-sama,” katanya.
Perubahan paradigma terhadap sampah ini harus pula didorong dengan aksi nyata berupa pemilihan sampah organik dan non organik. Keberadaan bank sampah diharapkan dapat menjadi salah satu muara penyelesaian permasalahan sampah yang ada di lingkungan pedesaan. Apalagi selama ini permasalahan sampah juga terjadi di wilayah pedesaan.
“Tidak hanya faktor ekonomi saja, melalui pengelolaan sampah bersamasama inilah, diharapkan kerukunan dan kebersamaan warga akan semakin kuat. Kami berharap agar persoalan ini dan aksi ini bisa didukung berbagai pihak,” katanya.
Seperti diketahui, saat ini di Banyumas bagian barat telah berdiri 11 bank sampah yang mulai dijalankan oleh masyarakat. Bank sampah tersebut berada di wilayah Kecamatan Lumbir, Wangon, Jatilawang, Ajibarang dan Pekuncen kini terus beroperasi. Melalui wadah tersebut, masyarakat bergerak menangani permasalahan dan mengelola sampah bersamasama.
sumber suara merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar