Bendung Tajum yang berada di Desa Tiparkidul Kecamatan Ajibarang, mengalami pendangkalan. Akibatnya, debit air di bendung tersebut mengalami penurunan. Saat ini kedalam air di bendung Tajum hanya tiga meter dari kedalaman awal u enam meter. Kondisi itu membuat pengairan irigasi Tajum untuk 3.200 hektare sawah di wilayah Wangon, Jatilawang dan Rawalo tidak maksimal.
Namun yang lebih miris, walaupun berada di Desa Tiparkidul, namun petani di desa tersebut tidak bisa memanfaatkan bendung Tajum. Kepala Desa Tiparkidul, Riyanto mengatakan, walaupun berada di Desa Tiparkidul, keberadaan Bendung Tajum tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh warga setempat, terlebih bagi petani. Sebab saluran irigasi dan air sungai tidak bisa secara langsung mengairi pesawahan namun harus menggunakan pompa air.
“Lokasi areal pesawahan berada lebih tinggi dari aliran Sungai Tajum, sehingga petani harus menggunakan pompa air. Namun dengan adanya hama wereng yang sedang ganas, petani memilih untuk menanam palawija walaupun pompa air bantuan juga sudah ada,”jelasnya, Selasa (8/8). Dia menjelaskan, kedalaman Bendung Tajum mengalami pendangakalan sejak beberapa tahun terakhir. Akibatnya, volume air untuk pengairan persawahan di wilayah tiga kecamatan tidak maksimal.
“Bukan berarti Bendung Tajum berada di Tiparkidul, kami menikmati air. Sama dengan wilayah Wangon, Jatilawang dan Rawalo, petani juga tidak bisa menikmati secara maksimal bendung Tajum terutama saat ini ada pendangkalan,”ungkapnya. Dia berharap pemerintah mengeruk lumpur yang ada di bendungan. Kemudian efeknya pengairan irigasi terkendala karena airnya berkurang, terlebih jika musim kemarau. Dengan begitu, debit air di Bendung Tajum bisa lebih banyak lagi serta bisa memaksimalkan pengairan sawah di wilayah Wangon, Jatilawang dan Rawalo.
Sumber: Radarbanyumas.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar