Secara umum kita melihat bahwa pembangunan di kabupaten Banyumas di berbagai bidang sudah cukup baik. Adanya berbagai pembangunan infrastruktur, event pariwisata yang menjadi agenda rutin, hingga Peningkatan kualitas sekolah dan Puskesmas, perkantoran pemerintah desa/ kecamatan Penghijauan di kota – kota Kecamatan serta program pemerintah untuk menaggulangi kemiskinan dan sebagainya. Namun demikian ada beberapa hal yang menjadi catatan saya terhadap beberapa program Pemerintah kabupaten Banyumas yang belum berjalanan maksimal sesuai tujuannya. Antara lain:
1 Pembanguanan Jalan Gunung Tugel
Awalnya pembangunan jalan ini diarahkan sebagai solusi untuk memecah kemacetan lalu lintas yang selama ini di jumpai di salah jalur utama menuju Purwokerto terutama dari arah barat dan selatan yaitu ruas Sidabowa hingga Sawangan.Ini memang merupakan jalur singkat juga yang menghubungkan antara Purwokerto dengan daerah di wilayah timur seperti kecamatan Banyumas, Kalibagor dan sebagainya. Pembvanguanan berjalanan hingga beberapa tahap ( sekitar 5 tahap) dan menghabiskan anggaran miliyaran rupiah setiap tahap pertahun anggaran.
Namun demikian, ada masalah yang berlarut-larut dan sampai detik ini belum bias diatasi secara tuntas. Yaitu masalah tanah longsor dan retakan di beberapa titik ruas jalan. Beberapa penanganan sudah di ambil Pemkab antara lain dengan mengirim sampel tanah untuk di uji lab, namun setelah dicoba untuk ditangani ternyata masalah longsor dan retakan ini muncul lagi. Sehingga sampai saat ini tidak ada solusi konkret . Padahal anggaran yang sudah dihabiskan untuk membangun terhitung besar di banding infrastruktur di tempat lain.
Ada beberapa teman menyebut bahwa struktur tanah di gunung tugel adalah lempung, apakah di bagian Dinas DCKTR Banyumas tidak ada hali yang bias menganalisis dan membuat terobosan mengatasi masalah ini ?
Saran saya, sebaiknya mereka terutama unsur di Dinas bekerja lebih professional lagi. Kalo menurut pendapat pribadi saya, anggaran yang besar di kemudian hari jangan lagi dihabiskan untuk membangun ruas jalan ini, selama belum ada solusi jangka panjang yang ditemukan.Carilah lokasi jalan alternative lain yang berfungsi sebagai jalur short cut dan jalur lintas penghubung antar wilayah. Membangun wilayah lain yang tak kalah penting fungsinya bagi perklembangan daerah juga bias meminimalisir terbuangnya anggaran yang tidak perlu.
2 Pusat Kuliner Pratista Harsa
Pratista Harsa adalah salah satu proyek besar Pemerintah kabupaten Banyumas yang bertujuan untuk mengatasi persoalan pedagang kaki lima di kawasan alun alun Purwokerto. Masalah PKL adalah hal biasa yang dialami di semua daerah dan kota. Adapun yang dilakukang oleh Pemkab Banyumas adalah dengan cara menempatkan mereka di satu tempat , agar tidak lagi menimbulkan kemacetan di jalan terutama di area alun alun Purwokerto.
Namun perlu dipahami bahwa tujuan PKL berjualan adalah untuk menafkahi keluarga, tentu langkah ini kurang tepat sasaran jika hanya mengatasi masalah di satu sisi tapi menimbulkan persoalan baru. Bagi pedagang yang yang sudah menempati lapak di pratista Harsa baik blok A dan Blok B mereka tak kunjung mendapat penghasilan yang cukup, karena sangat sedikitnya kunjungan masyarakat untuk makan atau berbelanja di Pratista Harsa, bahkan sejak pertama menempati, akhirnya banyak diantaranya yang gulung tikar, karena rugi dan memilih kembali turun ke jalan. Ini apa yang salah ? Langkah Pemda sudah tepat, tapi alangkah baiknya didudkung oleh kebijakan lain yang bisa mensukseskan program ini, contohlah Pemkab Kebumen, mereka bisa mendukung pusat kuliner dengan cara mengintensifkan jajaran PNS agar sering makan di pusat kuliner ini.
Saran saya, sebaiknya Pemkab Banyumas memulai dari jajaran PNS dan Karyawan BUMD. Jumlah mereka tentu sangat banyak untuk sekedar diberi kewajiban makan di Pratista Harsa minimal seminggu sekali. Selain itu buatlah konsep baru pratista Harsa agar menjadi tempat santai yang nyaman dan sebagai lokasi penyelenggaraan event –event tertentu secara periodic dan berkesinambungan untuk memberi nilai tambah . Misalnya ada agenda setiap minggunya diadakan acara lomba kentongan ( atau acara lainnya) yang pesertanya merupakan siswa sekolah-sekolah di Purwokerto. Buatlah agensda semacam itu sebagai kegiatan tetap di Pratista Harsa. Agar bisa berjalan seperti rencana mungkin akan lebih baik agar dibuat panitia atau semacam paguyuban yang salah satu tugasnya sebagai event organizer. Saya yakin dengan adanya kegiatan maka gairah di Pratista Harsa akan ikut terangkat dengan kunjungan masyarakat, tentu efeknya adalah jualan mereka akan ikut dilirik dan peluang dibeli oleh penginjung semakin besar.
3 Under Pass Kebocoran
Sesuai namanya, inilah salah satu masalah lama yang belum bisa diselsaikan dengan baik.Berita tentang kerusakan dan genangan air terutama di musim hujan, serta seperti sungai kering di saat kemarau membuat ruas jalan ini sangat tidak nyaman untuk dilewati kendaraan.Sebenarnya Pemkab banyumas sudah beberapa kali memperbaiki underpass ini, namun masalah lama berupa genangan air masih saja terjadi.Coba para ahli dan teknisi di DCKTR lebih bekerja keras lagi, karena sebenarnya masalah ini tentu bukan persoalan sulit bagi ahlinya jika ditangani dengan benar.
Saran saya, ( saya bukan orang teknik, hanya sekedar memberi pandangan versi orang awam) tinggikan badan jalan ( bagian tengah ) dengan pengaspalan ulang hingga ketinggian tertentu, sedangkan bagian pinggir ( tepi) jangan ikut ditinggikan, tapi dikeruk lagi untuk menampung jika ada aliran air dengan kedalaman tertentu , hingga akhirnya dialirkan ke saluran pembuangan.
4 Pengengembangan Kota lama Banyumas
Kota Lama Banyumas sudah ditetapkan secara resmi oleh Pemkab banyumas sebagai kota pusaka ( heritage city) sekitar setahun lalu. Tapi hingga saat ini belum terdapat perkembangan yang signifikan.Namun ada beberapa berita yang menggembirakan terkait hal ini. Seperti revitalisasi kawasan alun alun Banyumas, penataan kawasan pendapa Jaka Kaiman ( dulu dikenal istilah duplikat sipanji) dengan mengembalikan bentuk taman seperti suasana tempo dulu, membangun taman sari . Tentu keberjhasilan kOta lama menjadi primadona pariwisata baru yang menyajikan atau menjual heritage tak aklan berhasil tanpa peran aktif semua warganya. Banyak diantara heritage itu merupakan kawasan tempat tinggal warga, sehingga untuk menata kawasan kota lama secara keseluruhan membutuhkan program kerja yang jelas yang melibatkan semua unsur pemerintah daerah dan juga semua lapisan masyarakat termasuk akomodasi, transportasi, kuliner, pengusaha batik, pelaku kesenian dan instansi pendidikan.
Usulan saya, Perlu ada kesepahaman kepada seluruh masyarakat terutama para pemilik bangunan heritage baik berupa rumah, took , kantor dan sebagainya agar turut serta membangun citra kota lama Banyumas. Pemkab Banyumas harus aktif mendorong dan bekerjasama dengan mereka dalam hal perawatan gedung, berupa pengecatan ulang gedung-gedung setiap 2 tahun dan sebagainya. Dalam hal perawatan gedung ini bisa dibentuk sebuah yayasan yang mengorganisir dan menggalang dana untuk membiayai kegiatan operasional.
5 Banyumas Extravagansa
Banyumas Extravagansa baru dikenal dalam beberapa tahun terakhir, konsepnya berupa karnaval yang menonjolkan kostum antik para pesertanya. Memang dalam pelaksanaannya menonjolkan nuansa Banyumas apakah itu dalam bentuk batik, kerajinan rakyat seperti produk-produk khas dari Banyumas lain, namun kekurangan event ini adalah pelaksanaan yang kurang terorganisir dan terkesan semrawut. Dari segi mutu dan hasil menurut saya kurang maksimal karena kurang bisa mendatangkan banyak wisatawan dari luar daerah.Hal ini karena konsep karnaval ini kurang bisa menyajikan kekhasan Banyumas. Event seperti ini sebenarnya mengekor keberhasilan daerah lain yaitu Jember.
Sejarah Boomingnya karnaval versi Jember bermula saat ada sebuah kompetisi membuat film documenter yang diselenggarakan oleh sebuah stasiun TV Swasta nasional.Salah satu pesertanya menyajikan film dokumentasi tentang konsep karnafal di Jember.Dalam bagian tayangannya dijelaskan bahwa karnaval ini dipelopori oleh kelompok kreatif di daerah itu yang bercita-cita menciptakan sebuah event besar skala nasional bahkan internasional yang kahirnya bisa berdampak pada kunjungan wisatawan ke Jember. Program mereka dirintis bukan dalam waktu sebentar tapi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan banyak unsur .Nah , film dokumentasi ini ternyata menginspirasi daerha lain sehingga berlomba-lomba menggelar event yang sebenarnya serupa, hanya berbeda kemasan saja namun konsepnya masih sama, saya katakan menjiplak dan tidak orisinal. Memang tidak hanya kabupaten banyumas yang melakukan itu, banyak juga daerah lain.
Oleh karena itu, saya harap, Konsep Banyumas Extravagansa diubah, harus orisinal dengan menggarap potensi utama yang dimiliki kabupaten Banyumas, Event sebaiknya diselenggarakan di lokasi yang punya nilai jual tinggi dan bisa menjadi ikon Banyumas, misalnya di kawasan Bendung Gerak Serayu dibangun gedung semacam opera house, yang bukan hanya mewadahi kegitan kesenian yang digelar secara periodic dan kontinu. Tapi juga bisa digunakan untuk penyelenggaran Banyumas Extravagansa dengan memaksimalkan potensi lainnya seperti Serayu Voyage River. Selain itu, Kawasan Kota Lama Banyumas juga bisa digunakan untuk event itu, tapi tentu konsepnya harus beda dengan daerah lain.
Demikian sedikit tulisan saya mengenai masukan terhadap beberapa program pembangunan di kabupaten Banyumas, semoga bisa menjadi salah satu bahan evaluasi oleh Pemkab Banyumas.