PURWOKERTO – Operator bus rapid transit (BRT) trans Purwokerto – Purbalingga, harus berbentuk badan layanan umum (BLU).
Sejauh ini, hal itu menjadi kendala realisasi BRT trans Purwokerto – Purbalingga. Menurut Kepala Seksi Pengawasan dan Operasional Unit Pelayanan Perhubungan (UPP) Wilayah Banyumas, Dikki Rulli Perkasa, berbagai persiapan terkait realisasi BRT tersebut sebenarnya sudah dilakukan. Di antaranya seperti penetapan lokasi halte maupun, anggaran untuk merealisasikan hal itu.
Hanya saja, lanjutnya, operasional BRT, ternyata harus berbentuk BLU. “Awalnya akan dikelola Perusda Jateng, tapi setelah dikaji ternyata seharusnya berbentuk BLU seperti Trans Jakarta,” jelasnya, Senin (6/6). Sejauh ini, menurutnya, BLU yang akan menjadi operator BRT belum terbentuk.
“Prioritas saat ini adalah BRT di wilayah Kedungsapur di sekitar Semarang terlebih dahulu, nantinya jika disana telah beroperasi, dalam waktu tak terlalu lama di sini (BRT) juga akan beroperasi,” tuturnya.
Infrastruktur BRT
Dikatakan, kendati dari sisi perencanaan maupun penganggaran sudah selesai dilakukan, pihaknya tidak mau terburu-buru merealisasikan BRT. Sebab belajar dari pengalaman yang ada, di wilayah Kedungsapur, infrastruktur pendukung BRT juga sudah dibangun, namun ternyata belum dapat difungsikan karena masih menunggu pembentukan BLU.
“Seharusnya tahun ini sudah mulai berjalan, namun kita masih menunggu BLU dahulu, daripada nanti infrastruktur sudah dibangun, BLU belum jadi malah bisa rusak jika lama tidak digunakan,” ungkapnya. Sementara itu, sebelumnya operasional bus BRT yang menghubungkan Banyumas dan Purbalingga, kemungkinan baru akan direalisasikan tahun 2017 mendatang.
Pasalnya, hingga saat ini masih belum ada kejelasan berkaitan dengan penetapan trayek dari Pemprov Jateng. Belum adanya penetapan trayek tersebut, menurut Kepala Dinhubkominfo Banyumas, Santosa Eddy Prabowo membuat pihaknya juga belum dapat bergerak untuk menyiapkan halte guna menunjang operasional BRT.
Dia menjelaskan, halte yang akan disediakan untuk operasional BRT, nantinya berupa halte portabel. Pemilihan jenis halte itu dilakukan agar halte mudah dipindah-pindahkan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kendala Realisasi BRT, Diharap Segera Selesai
Kendala Realisasi BRT, Diharap Segera Selesai
PURWOKERTO - Masyarakat tetap membutuhkan bus rapid transit (BRT) sebagai salah satu pilihan moda transportasi massal yang murah.
Kendala realisasi BRT berupa status operator yang belum menjadi Badan Layanan Umum (BLU), diharapkan segera selesai. Ganda Kurniawan, warga, mengatakan, kebutuhan akan BRT sejauh ini memang masih bisa digantikan moda transportasi lain, seperti taksi.
Namun dengan adanya BRT, masyarakat bisa memiliki pilihan moda transportasi massal yang murah. ”Adanya taksi di Purbalingga, kebutuhan BRT sedikit terkurangi, tapi biar bagaimanapun masyarakat butuh pilihan angkutan lain dengan tarif yang lebih merakyat, terutama bagi yang akan menuju ke Stasiun Purwokerto,” ungkapnya, kemarin.
Dia mengemukakan, karena BRT belum teruwujud, sekarang masyarakat masih memanfaatkan angkutan umum yang ada, kendati harus repot bergantiganti angkutan.
Sebab, sampai saat ini belum ada trayek angkutan umum yang langsung menuju ke Stasiun Purwokerto dari wilayah Purbalingga, kecuali taksi. ”Belum adanya moda transportasi itumembuat, masyarakat akhirnya juga memilih menggunakan kendaraan pribadi. Karena itu, harapannya segera selesai (kendala status operator),” ujar dia.
Rencana Awal
Sebelumnya, dalam rencana awal trayek moda transportasi BRT trans Purwokerto – Purbalingga memang BRT akan melayani penumpang sampai ke Stasiun Purwokerto. Sementara itu warga Purwokerto Feri mengatakan, moda transportasi massal seperti BRT perlu direalisasikan.
Menurutnya dengan semakin banyak pilihan moda transportasi, akan ikut membiasakan masyarakat menggunakan angkutan umum. ”Warga juga harus dibiasakan pakai angkutan umum. Jadi tidak bergantung dengan kendaraan pribadi,” tandasnya. Operator BRT trans Purwokerto – Purbalingga harus berbentuk badan layanan umum (BLU). Sejauh ini, hal itu menjadi kendala realisasi BRT trans Purwokerto – Purbalingga.
Menurut Kepala Seksi Pengawasan dan Operasional Unit Pelayanan Perhubungan (UPP) Wilayah Banyumas Dikki Rulli Perkasa, berbagai persiapan terkait dengan realisasi BRT tersebut sebenarnya sudah dilakukan. Di antaranya penetapan lokasi halte atau anggaran untuk merealisasikan hal itu. Hanya, lanjutnya, pengoperasian BRT ternyata harus berbentuk BLU.
Sejauh ini, menurutnya, BLU yang akan menjadi operator BRT belum terbentuk. ”Prioritas saat ini adalah BRT di wilayah Kedungsapur di sekitar Semarang terlebih dahulu. Nantinya jika disana telah beroperasi, dalam waktu tak terlalu lama di sini (BRT) juga akan beroperasi,” tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar