Menggagas Paket Wisata di Banyumas Barat
BILA Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas dan biro perjalanan wisata masih kebingungan menyusun paket wisata Banyumas bagian barat, lain ceritanya dengan pengelola Taman Belajar Anak ‘’Oemah Bedjo”.
Sanggar seni budaya dan wisata edukasi di Desa Randegan, Kecamatan Wangon ini justru menerima kunjungan dari warga negara asing secara rutin.
Septo Pandu Gunawan, pengelola Oemah Bedjo menuturkan, kunjungan wisatawan merupakan salah satu kegiatan yang dikemas dalam paket wisata. Sejak tahun 2014, secara perlahan paket ini mulai diminati oleh wisatawan asing.
“Biasanya dalam satu bulan ada dua sampai tiga kali kunjungan wisatawan asing yang datang secara perorangan. Mereka menginap paling lama sepekan di Oemah Bedjo,” ujarnya, Rabu (26/4).
Sejak berdiri tahun 2014 lalu hingga saat ini, wisatawan yang sudah pernah mencicipi suasana Desa Randegan berasal dari Belanda, Jerman, Malaysia, dan Singapura.
Kebanyakan mereka tertarik untuk mempelajari seni budaya seperti tari lengger, ebeg, gamelan dan kegiatan masyarakat sehari-hari.
Jejaring Dunia Maya
Apabila ada kegiatan tradisi atau pentas di luar desa, Septo pun tak segan mengajak tamunya ikut menonton. Seperti waktu berkunjung ke Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo tempo hari.
“Sekarang untuk kunjungan wisata sedang saya liburkan, karena seniman dan anak didik Oemah Bedjo disibukkan dengan jadwal pentas seni di beberapa kota,” katanya.
Septo mengaku, para wisatawan tersebut mendapatkan informasi tentang Oemah Bedjo dan berlibur di Desa Randegan melalui jejaring di dunia maya. Dia juga membuka layanan antar jemput dari stasiun atau terminal Purwokerto.
Meski terbilang nekat, peraih gelar Terbaik III Penghargaan Pemuda Pelopor Nasional 2015 ini tetap menekuni dunia wisata dan budaya. Idenya untuk membentuk Desa Wisata Randegan merupakan salah satu keinginan yang belum terwujud.
“Tidak perlu banyak berpikir. Ada potensi dan memaksimalkan sumber daya yang ada ya, saya berani bikin paket wisata,” tuturnya.
Sementara itu, penyedia jasa kereta wisata di Kecamatan Wangon, Giatno (43), mengatakan, odong-odong yang dikelolanya sudah terbiasa berkeliling ke pelosok desa di Kecamatan Wangon, Lumbir hingga Gumelar.
Meski pelanggannya kebanyakan anak-anak, dia mengaku tak keberatan apabila diminta untuk membawa wisatawan dewasa. “Sudah biasa kok.
Pas kebetulan lagi ada acara di Cikakak, ya saya kesini mencari penumpang kereta,” ujarnya. Agar lebih menarik, pria paruh baya ini menyematkan tulisan kereta wisata di bodi odongodong termasuk lukisan berwarna-warni.
Ketua Aliansi Pariwisata Banyumas (APB), Muslimin, mengatakan, odong-odong yang digunakan sebagai kereta wisata bisa menjadi kendaraan alternatif bagi pengunjung.
Hal itu justru menjadi keunikan tersendiri untuk paket wisata di wilayah Banyumas Barat. “Untuk akses masuk ke beberapa objek di sini memang sempit. Kalau bus besar tentu kesulitan. Jadi bisa pakai odong-odong,” ucapnya.
sumber Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar