Jaro Rojab, Cara Pengikut Aboge Peringati Isra Mikraj
Oleh Susanto
BERBEDA dengan umat Islam pada umumnya, pengikut Aboge di Kompleks Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas punya tradisi Jaro Rojab untuk memperingati Isra Mikraj Nabi Muhammad saw.
Tepat tanggal 26 Rojab versi perhitungan perhitungan Aboge (Alip Rebo Wage), Senin (24/4) kemarin, ribuan warga bergotong royong mengganti pagar bambu yang mengelilingi kompleks Makam Kyai Toleh dan Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas.
Pada hari itulah, tanpa dikomando dan diperintah ribuan orang berkerumun bergotong royong mengganti pagar bambu. Tradisi penggantian pagar sepanjang 300 meter itu dimulai oleh orang tertentu pada pagi hari. Penggantian Jaro dimulai dari kompleks Makam Kyai Toleh yang dipercaya sebagai pendiri Masjid Saka Tunggal.
Setelah itu, penggantian jaro diteruskan hingga pagar di kompleks Masjid Saka Tunggal. ”Ini sudah ada sebelum saya lahir, dulu ayah saya juga kerap turut mengganti jaro ini. Tak usah dikasih tahu dan disuruh biasanya warga langsung datang ke sini dengan membawa bambu,” jelas Mistam (46) warga Desa Jambu.
Aktivitas Fisik
Dipercaya oleh para sesepuh dan juru kunci setempat, bahwa penggantian jaro ini bukan semata aktivitas fisik. Namun upaya spiritual untuk membersihkan jasmani dan rohani. Jaro bisa menjadi kependekan dari Jasmani dan Rohani. Jika para bapak sibuk mengganti pagar, para ibu juga turut serta sowan menghadap ke rumah juru kunci untuk memberikan makanan atau bahan makanan untuk selamatan.
Di antara mereka juga terlihat sibuk memasak di dapur untuk memasak. Biasanya setelah selesai mengganti jaro, sebagian pria pulang dengan membawa makanan ‘berkat’ dari rumah juru kunci. Makanan berkat itu dipercaya memiliki ‘tuah’tersendiri sebagaimana sumber air yang berada di sekitar kompleks Masjid Saka Tunggal.
“Artinya momen bulan Rajab dimaksudkan agar umat Islam semakin membentengi Jasmani Rohani dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Makanya selain penggantian jaro ini, malamnya dilanjutkan dengan pengajian Isra Mi’raj,” ujar Sulam, juru kunci tengah situs setempat.
Selain warga Desa Cikakak, tradisi Jaro Rojab itu juga diikuti oleh warga luar desa mulai dari Windunegara, Wlahar dan Jambu. Selain itu sejumlah peziarah dari luar daerah mulai dari Cilacap, Tasikmalaya, hingga Bandung disebut-sebut juga datang dalam acara tersebut.
Pasalnya dalam Jaro Rojab juga dimanfaatkan warga sebagai waktu ziarah dan sowan (menghadap) ke juru kunci situs setempat. “Di sini ada tiga juru kunci, dhuwur, tengah dan lebak (atas, tengah, bawah). Biasanya di rumah mereka, warga menghadap dan silaturahmi. Warga terbiasamembawa berbagai makanan untuk menyumbang kegiatan ini.
Setelah mengganti jaro kami bersantap bersama ,” kata Ahmad warga setempat. Dalam lima tahun terakhir, dalam ritual Jaro Rojab ini turut serta Paguyuban Kerabat Kraton Surakarta (Pakasa). Upaya pemeliharaan adat budaya setempat juga diwujudkan dalam pemberian sejumlah tumpeng dalam rangka Grebeg Rajab.
sumber suara merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar