Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Senin, 10 April 2017

Pasar Batik Banyumas Prospektif

Pendampingan Batik Pringmas Usai

BI Gerar ’’Pashing Out’’
Pendampingan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batik Pringmas, Desa Papringan, Banyumas oleh Bank Indonesia Purwokerto pada tahun ini usai.
Pelepasan pembinaan KUB Pringmas dikemas dalam kegiatan Pashing Out Batik Pringmas, Sabtu (8/4). Pada kegiatan ini, diawali dengan lomba foto model menggunakan batik Papringan.
Setelah itu, diskusi UMKM bagi para perajin dengan mendatangkan narasumber dari Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia, Dhonni AF, dan ditutup dengan seremonial serta peragaan busana batik Pringmas yang didesain oleh Caroline dari Batik MWL Jakarta.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Ramdan Denny Prakoso, mengatakan, Bank Indonesia Purwokerto telah membina perajin batik Pringmas hampir empat tahun dan sudah menghasilkan pengusaha yang berasal dari buruh.
’’Kami tidak melepas sepenuhnya, meski pendampingnya telah berakhir,’’ katanya pada acara Pashing Out Batik Pringmas. Pendampingan yang dilakukan Bank Indonesia dari hulu sampai hilir.
Desa Papringan memiliki potensi kerajinan batik yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Berdasarkan data dari KUB Batik Pringmas, terdapat sekitar 200 perajin lebih yang menekuni menjadi perajin batik. Pada umumnya yang menjadi perajin batik adalah perempuan.
Tapi hampir semua pembatik itu bukan menjadi pelaku usaha, tapi menjadi pengobeng atau buruh batik. Padahal, mereka mampu menciptakan desain yang memiliki nilai jual tinggi.
Karena itu, pendampingan yang dilakukan Bank Indonesia melalui pelatihan dan pendidikan tentang kelembagaan, produksi hingga pemasaran, serta bantuan pembangunan showroom telah menciptakan kemandirian bagi para perajin batik.
Penjualan Meningkat
Data di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto mencatat, nilai penjualan batik Papringan dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada 2013 nilai penjualan batik berkisar Rp 13,8 juta, kemudian pada akhir 2014 meningkat menjadi Rp 34 juta.
Kemudian, pada triwulan pertama 2015, omzet penjualan tercatat menjadi Rp 41 juta dan pada akhir 2015 Rp 62 juta. Omzet ini naik terus hingga akhir 2016 tercatat sebesar Rp 102 juta.
Wakil Ketua KUB Pringmas, Iin Susiningsih, mengatakan, setelah tidak lagi mendapat pembinaan dari Bank Indonesia Purwokerto, kelompok akan memperluas pemasaran dengan memanfaatkan media onlinedan mengikuti pameran tingkat regional dan nasional.
Selain itu, inovasi terus dilakukan dengan mengeluarkan desain batik terbaru yang memiliki filosofi dan khas Banyumas, seperti batik motif Pring Sedapur, Bawor Klinthung, Alam Papringan, dan Wijaya Kusuma. ’’Kami optimistis usaha batik di kelompok ini akan semakin berkembang,’’ ujar dia.

Filosofi dan Kualitas Jadi Daya Tarik Batik

Harga Jual Mahal Relatif 
Potensi pemasaran produk batik ke luar negeri, terbuka lebar. Namun menurut Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI), Dhonni A F, hal tersebut menjadi permasalahan rumit, tertutama terkait negara mana yang akan dituju. Dia mengatakan, batik Pringmas dari Desa Papringan, Banyumas yang mulai dikenal oleh masyarakat di luar Banyumas. Namun pemasaran masih mengutamakan di wilayah Indonesia. “Karena saat ini konsumen mulai jenuh dengan batik yang sudah ada. Tapi kalau ada sesuatu yang baru dari batik Pringmas ini, tentu akan direspon sangat baik,” ujarnya. Menurut dia, Batik Pringmas sudah mwmiliki krakter dan ciri khas Banyumas, tetapi perlu juga ada pembaruan. Sebab dalam perjalanan mengembangkan usaha batik untuk mulai dikenal dan dilirik masyarakat, dapat memakan waktu hingga 17 tahun. “Dari pembaruan itu, dikhususkan untuk pewarnaan, motif, dan karakter,” ungkapnya. Dia menghimbau agar membuat batik dengan filosofi mendalam, karena pecinta batik juga memperhatikan hal tersebut. Hal ini juga yang diproduksi oleh batik Pringmas yang mengusung filosofi Sekar Jagad Banyumas. Dengan cerita yang menarik, Dhonni ingin membawanya pada penjurian Inacraft Award. “Saya tantang pada perajin batik Pringmas untuk membuat karya baru, dan tidak perlu muluk-muluk jadi juara tapi setidaknya bisa masuk nominasi itu menjadi suatu kebanggaan,” ujar Dhonni. Terkait harga jual yang mahal, menurutnya itu termasuk relatif. Sebab untuk batik tulis dan kombinasi memiliki pasarnya sendiri. Terpenting pada perajin batik siap mempresentasikan produknya dengan lebih bagus dari segi kemasan dan filosofinya. Kepala Bank Indonsia (BI) Kantor Perwakilan Purwokerto, Ramdan Denny Prakoso mengatakan, untuk batik Pringmas sudah memiliki pasar di kncah nasional dan internasional. Pihaknya yang sudah membina perajin batik Pringmas hampir empat tahun ini, dan sudah menghasilkan pengusaha yang berasal dari buruh. “Meskipun dari BI tidak lagi membina perajin batik Desa Papringan, tapi tidak kami lepas sepenuhnya, supaya ada keleluasaan dari perajin agar bisa lebih luas berkreasi,” katanya pada acara Pashing Out Batik Pringmas, Sabtu (8/4). Wakil Ketua KUB Pringmas, Iin Susiningsih menambahkan, pihaknya optimis selepas dari binaan BI dapat melanjutkan promosinya dengan berjualan online dan mengikuti pameran. Apalagi sekarang sudah ada 200 perajin yang siap membuat motif baru. dan untuk motif yang sudah ada saat ini meliputi Pring Sedapur, Bawor Klinthung, Alam Papringan, dan terbaru yg belum launching ada Wijaya Kusuma. 

sumber Radarbanyumas.co.id


Pasar Batik Banyumas Prospektif


Potensi pasar untuk kerajinan batik Papringan, Banyumas, masih sangat luas, meski saat ini konsumen agak jenuh dengan jenis batik yang sudah ada di pasaran.
’’Untuk pasar domestik potensinya masih sangat luas. Bila muncul batik baru, akan direspons oleh pasar,’’ujar Pengurus Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia, Dhonni AF saat ditemui usai diskusi UMKM di A-Bar Hotel Aston Purwokerto, Sabtu (8/4) petang.
Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian KUB Pringmas dalam memasarkan produknya, di antaranya peningkatan kualitas, motif, dan desain batik Banyumas.
’’Di sisi lain perajin perlu mengangkat ciri khas Banyumas dalam mengaplikasikan kerajinan batik Banyumas.
Karakter desain harus diperkuat. Tentu ini akan menjadi hal baru dan akan diminati konsumen,’’ katanya.
Tim Riset
Ia menambahkan, untuk dapat menciptakan desain dan motif sesuai ciri khas Banyumas perlu melibatkan tim riset dari akademisi. ’’Kelompok batik ini bisa kerja sama dengan perguruan tinggi. Ini akan lebih baik untuk menyiapkan diri dalam menciptakan desain batik yang unik,’’ katanya.
Wakil Ketua KUB Batik Prapringan, Iin Susiningsih, mengemukakan, dalam melakukan pemasaran, kelompok rutin mengikuti pameran produk baik regional maupun nasional, serta mempromosikan produk secara online.
’’Kami juga terus berupaya berinovasi untuk menciptakan produk menarik sesuai keinginan pasar,’’ katanya.
Data di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto yang memfasilitasi pendampingan klaster batik Papringan mencatat, nilai penjualan meningkat dari Rp 13,8 juta pada 2013 menjadi Rp 34 juta pada periode akhir 2014.
Kemudian, pada triwulan pertama 2015, omzet penjualan tercatat menjadi Rp 41 juta dan pada akhir 2015 Rp 62 juta. Omzet ini naik terus hingga akhir 2016 tercatat sebesar Rp 102 juta.
’’Selama empat tahun terakhir, omzet penjualan naik sepuluh kali lipat,’’ ungkap Konsultan Pengembangan UMKM Bank Indonesia Purwokerto, Intan Nawangsari Sutarto.
sumber Suara Merdeka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...