Event seperti ini harus intens diselenggarakan, maka Tama Gelora Dewa wangon juga akan lebih bermanfaat. serta akan lebih hidup. Belajar kepada gagalnya meramaikan atau menghidupkan pemanfataan Pratista Harsa. Lokasi Kota Wangon yang strategis . semoga ke depan failitas taman kota ini ditambah dan dipercantik.
kumpulan Arsip Berita dan Informasi, Dokumentasi, Beberapa catatan/ide atau harapan, Bertujuan utama memperkenalkan Banyumas kepada masyarakat luas. Berupa Perkembangan Desa dan Kota, serta segala potensinya.
Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas
Kamis, 31 Desember 2015
Rabu, 30 Desember 2015
Watu Budug Meteorit di Windunegara Wangon
Berpotensi Menjadi Objek Wisata
Menurut
cerita dari nenek moyang, dan ini merupakan cerita turun temurun yang
sampai saat ini belum tahu kebenarannya tepatnya di desa Windunegara
kecamatan Wangon kabupaten Banyumas propinsi Jawa Tengah ada yang
namanya watu budhug, konon ceritanya ini
adalah batu meteor yang jatuh dari langit mungkin ribuan tahun yang
silam Namun belum ada pihak terkait yang melakukan penelitian, batu ini
sangat besar berwarna hitam seperti ada tonjolan-tonjolan batu kecil di
sekelilingnya, posisinya di tepi sawah antara percabangan kali glagah
dan kali tajum, mungkin batu ini tertancap jauh ke dasar bumi dengan
sebagian menyembul di permukaan bumi jujur sampai sekarang ini masih
misteri akan kebenaran cerita tersebut, apakah benar benda langit atau
bukan, karena sebagian orang2 dulu masih percaya bahkan menjadi legenda
bagi masyarakat setempat.
( http://thewatubudhug.blogspot.co.id/2015/06/sisa-abu-meteor-yang-mendarat-di.html )
( http://thewatubudhug.blogspot.co.id/2015/06/sisa-abu-meteor-yang-mendarat-di.html )
Cerita
serupa pernah saya dengar dari nenek waktu masih tinggal di Tinggarjaya
Jatilawang . katanya bulan jatuh dulu , maklum pengetahuan ilmiah
masih di terbatas sehingga dikira bulan padahal meteor . tapi saat
itu saya dengar tidak tahu dimana
lokasi nya . dari situs itu jadi tahu Ternyata di kantor kali Tajum
Tajum windunegara Wangon . Sebaiknya dilakukan penelitian dan bisa
dimungkinkan dikelola menjadi objek wisata sehingga dikira bisa
berdampak Secara ekonomi bagi masyarakat . dan Saya tidak yakin
itu memang Meteorit karena kisahnya melegenda lintas wilayah
bukan hanya masyarakat setempat yang tahu.
Semoga bisa di contoh, watu lintang Tambak lebih dulu diapresiasi
Obyek Wisata Sungai TAJUM
DIUSULKAN JADI OBWIS AIR BARU
Sungai Tajum Menyimpan Pesona Alam
(KRjogja.com)
-Aliran Sungai Tajum di Desa Tiparkidul, Kecamatan Ajibarang Banyumas,
menyimpan pesona alam berupa bebukitan dengan hutan pinus di kanan kiri
sungai, sangat potensial dikembangkan sebagai obyek wisata (Obwis) alam.
Kali Tajum |
“Saya sudah mengusulkan ke Dinporabudpar Kabupaten Banyumas untuk mengembangkan obyek wisata baru milik pemda, yakni wisata air baru di kawasan Banyumas bagian barat ini. Sebenarnya Sungai Tajum sangat ideal dibangun tempat flaying fox, permainan jet sky atau wisata perahu sepanjang aliran sungai mulai dari perbatasan Desa Tiparkidul-Karangbawang hingga ke Bendungan Tajum, bendungan tertua era orde baru dan diresmikan Pak Harto saat itu” jelas Riyanto.
Selain itu, lembah-lembah di tepi sungai dapat dimanfaatkan untuk pusat pasar oleh-oleh. “Kebetulan di samping kiri sungai ada tanah desa yang bisa dimanfaatkan untuk pusat jajan atau oleh-oleh atau apa bentuknya sebagai pendukung wahana wisata jika Pemkab serius mengembangkan obyek wisata alam di sini. Pasalnya dari pengamatan saya, pemandangan alam pedesaan yang masih asri dapat menarik wisatawan,” ujarnya seraya menambahkan dengan pengembangan obyek wisata di wilayah Banyumas bagian barat, diharapkan dapat meningkatakan pendapatan asli desa maupun daerah Banyumas.
Dari informasi beberapa sumber dapat diambil kesimpulan
bahwa Kali Tajum potensial dijadikan objek wisata terpadu yang dikembangkan
oleh masyarakat daerah yang dilaluinya.
Hal ini bisa diwujudkan jika ada koordinasi antar wilayah mulai dari hulu hingga
ke hilir. Meskipun debit air terbatas tidak sebesar kali Serayu tapi tetap ada
potensi yang bisa dimanfaatkan.
Potensi wisata Kali Tajum antara lain :
1. Arung
jeram, di daerah hilir yang berair deras.
2. flaying fox, permainan jet sky atau wisata perahu
sepanjang aliran sungai mulai dari perbatasan Desa
Tiparkidul-Karangbawang hingga ke Bendungan Tajum,
3. Bendungan
Tajum di Desa Tipar dijadikan Wisata edukasi
4. Wisata
Batu Meteorid ( watu budug) di
windunegara Ada diantara 2 sungai yaitu Sungai Tajum dan Sungai Glagah.
5. Ekowisata
di pertemuan kali serayu dengan kali Tajum di Rawalo.
6. Renovasi
Kolam renang di tepi kali tajum Margasana di Jatilawang.
7. Jembatan Pekodokan ialah jembatan penghubung antara Wlahar dan
Pekdokan yg di bawahnya terdapat sungai yang bernama sungai Tajum.
Sungai Tajum itu aliran dari bendungan Tajum yg terdapat di Tipar.
Lokasi jembatan Pekodokan di sebelah timur desa Wlahar yg dekat dgn
gunung Putri.
8. Bedeng ialah nama tempat yg berada disebuah gunung
yg bernama gunung Putri. Bedeng inì temptnya sangat indah, banyak
ditumbuhi pohon cemara. Tempat ini paling ramai saat bulan puasa karena
banyak orang yg berjalan jalan kesana.Dari sana bisa melihat pemandangan
yang indah di bawahnya.
9. Talang ialah tempat yg berlokasi di
sebelah utara Wlahar. Tempat ini cukup indah, banyak hamparan sawah dan
sungai. Ada 2 sungai yaitu Sungai Tajum dan Sungai Glagah.
Potensi ini akan lebih baik
diintegrasikan dengan objek wisata di daerah sekitarnya sehingga saling
mendukung potensi wilayah antara lain : Gua Darmakradenan, Taman Kera Cikakak,
Curug Nangga, Wisata Spa Wlahar, Watu Tumpang, Gunung Puteri. Ini belum termasuk tradisi yang berkembang di
masyarakat yang dialiri kali Tajum misalnya tradisi Demek atau mencari ikan
dengan tangan kosong, dll. Tentu saja butuh dukungan lebih kepada Pemkab
Banyumas untuk memfasilitasi. Semoga saja bisa terwujud sehingga bisa
meningkatkan perekonomian Banyumas secara lebih luas karena multiplier efeknya juga
besar.
Info Umum Tentang Kali Tajum
kali
Tajum adalah kali yang memiliki jumlah jembatan terbanyak di kabupaten
Banyumas . Antara lain Jembatan kracak , tipar, karangbawang , Banteran ,
kelapagading , pemancangan , Jatilawang dan Losari Rawalo dan rencana Jembatan Jambu . Merupakan
sungai kedua terbesar di kabupaten Banyumas
. Berhulu di desa Samudra Gumelar di lereng gunung Slamet . Awalnya
bernama Samudra laya artinya di antara 2 Samudra atau laut yaitu laut
Utara dan Laut Selatan . Kali Tajum juga berperan besar terhadap sistem
irigasi di kawasan Banyumas barat yang mengaliri sawah di kecamatan
wangon , Jatilawang dan Purwojati yang faktanya merupakan daerah tandus .
Bendungan Tajum terdapat di desa Tipar Ajibarang .
Sistem irigasi dari bendungan ini dikenal dengan nama Tajum pilot scheme .
Jembata Wlahar
Potensial dikembangkan sebagai obyek wisata, selain Bendungan juga Pertemuan dengan Kali Serayu
Sistem irigasi dari bendungan ini dikenal dengan nama Tajum pilot scheme .
Jembatan Tajum Pembuka Isolasi Daerah Pedalaman
Delapan desa yang tersebar di tiga kecamatan,
yaitu Wangon, Purwojati, dan Ajibarang . jembatan Kali Tajum, Pekodokan, di Desa Wlahar, Kecamatan Wangon yang
menghubungkan desa-desa tersebut.selama puluhan tahun warga
yang tinggal di daerah perbukitan Wangon-Purwojati tersebut terisolasi
dari desa lain dan dengan pusat kecamatan. Tiga wilayah yang terhubung dengan Jembatan Tajum dari Dusun
Janggawana, Tipakidul, Ajibarang ini adalah wilayah Desa Wlahar
Kecamatan Wangon dan Desa Kaliputih, Kecamatan Purwojati.Hal erupa di alami Dea Gerduren dan ekitarnya, terbuka isolasi setelah dibangun jembatan pemancangan dan Kelapagading.
Jembata Wlahar
Jembatan Pemancangan dan Klapagading
Jembatan Banteran
Potensial dikembangkan sebagai obyek wisata, selain Bendungan juga Pertemuan dengan Kali Serayu
Hulu Kali Tajum
Jembatan Tajum penghubung jalan Nasional dan Provinsi
Jembatan Losari Rawalo
Jembata Karang bawang Ajibarang
Selasa, 29 Desember 2015
Rencana Jembatan Tajum Desa Jambu Wangon Rp 6 miliar
Informasi Lelang
Kode Lelang | 1851060 | ||
Nama Lelang | Pembangunan Jembatan Sungai Tajum Desa Karangtengah, Jambu Kecamatan Wangon 5,56 M |
Paket Hotmix Diusulkan Rp 70 M
(29 December 2015, Radar Banyumas) Paket pekerjaan jalan hotmix pada tahun 2016 mendatang
diusulkan Rp 70 miliar. Jumlah tersebut akan digunakan untuk pelapisan
hotmix di sekitar 40 ruas jalan yang ada di Banyumas, baik di dalam
perkotaan Purwokerto maupun di daerah.
Jika dibandingkan anggaran peningkatan jalan hotmix di tahun 2015, usulan peningkatan jalan di tahun 2016 menurun. Pasalnya, anggaran peningkatan jalan tahun ini mencapai Rp 88 miliar.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDABM) Kabupaten Banyumas
Irawadi menjelaskan, untuk beberapa ruas di dalam kota nantinya akan
dilakukan berdasarkan prioritas kerusakan jalan, termasuk meneruskan
beberapa pekerjaan hotmix yang sudah dilakukan di tahun 2015 ini.
“Untuk ruas jalan di daerah akan diupayakan untuk jalur-jalur wisata dan alternatif menuju kota terlebih dahulu,” katanya.
Tidak hanya jalan hotmix, rencananya tahun 2016, Dinas SDABM akan
melakukan pembangunan jembatan dengan anggaran Rp 20 miliar.
“Pembangunan jembatan nanti ada di beberapa titik. Namun yang paling
besar nanti pembangunan Jembatan Tajum di Wangon, yang mencapai Rp 6
miliar,” katanya.
Selain alokasi anggaran dari kabupaten, Dinas
SDABM masih menunggu beberapa pekerjaan yang diusulkan ke tingkat
provinsi maupun pusat. Seperti diketahui, tahun 2015 ini, Pemkab
Banyumas mendapat alokasi Bantuan Gubernur Jawa Tengah senilai Rp 24,5
miliar untuk paket peningkatan di 7 ruas jalan.
Sementara terkait
realisasi peningkatan jalan, Irawadi menjelaskan, sebagian besar paket
peningkatan ruas jalan di Banyumas, baik di dalam maupun di luar
perkotaan sudah selesai dilakukan. “Tidak hanya paket peningkatan jalan
yang masuk APBD murni saja, paket jalan pada anggaran perubahan ini juga
sudah selesai,” katanya.
Bahkan pada tahun 2015 direncanakan akses utama Jembatan Gantung yang menghubungkan sabrang wetan dan sabrang kulon akan diganti menjadi Jembatan Permanen. Hal ini diungkapkan oleh Salah satu wakil nya yang duduk di anggota Dewan yang juga menjadi Ketua Komisi B dibidang Anggaran bahwa anggaran untuk pembangunan Jembatan permanen tersebut sebesar Rp 6 Milyar rupiah. Masyarakat Karangtengah khususnya, Desa Jambu tentunya sangat mengharapkan realisasi pembangunan jembatan permanen tersebut. Jika rencana tersebut terealisasi maka akan berdampak positif bagi pembangunan masyarakat di daerah tersebut mengingat daerah disekitar tersebut terisolir oleh Sungai Tajum yang memisahkan desa tersebut. Daerah yang berdampak tidak hanya di lingkungan Desa Jambu, akan tetapi di Desa lain seperti Kaliurip,Karangtalun, Purwojati,Banteran, dan Gerduren. Sedangkan akses jalan tersebut dapat ditingkatkan menjadi Jalan Kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Wangon dan Kecamatan Purwojati. Patut untuk kita tunggu realisasi pembangunan Jembatan permanen tersebut mengingat sudah banyak wakil rakyat dan Pemerintah yang berjanji akan membangun jembatan permanen Karangtengah, mulai dari Ketua DPRD Banyumas tahun 2009, Anggota DPRD Banyumas 2009, Wakil Bupati Banyumas tahun 2009 dan Anggota DPRD Banyumas tahun 2014. (Wikipedia)
Lama Direncanakan dan Menjadi Harapan
Pemkab Tetap perlu di apresiasi
Bahkan pada tahun 2015 direncanakan akses utama Jembatan Gantung yang menghubungkan sabrang wetan dan sabrang kulon akan diganti menjadi Jembatan Permanen. Hal ini diungkapkan oleh Salah satu wakil nya yang duduk di anggota Dewan yang juga menjadi Ketua Komisi B dibidang Anggaran bahwa anggaran untuk pembangunan Jembatan permanen tersebut sebesar Rp 6 Milyar rupiah. Masyarakat Karangtengah khususnya, Desa Jambu tentunya sangat mengharapkan realisasi pembangunan jembatan permanen tersebut. Jika rencana tersebut terealisasi maka akan berdampak positif bagi pembangunan masyarakat di daerah tersebut mengingat daerah disekitar tersebut terisolir oleh Sungai Tajum yang memisahkan desa tersebut. Daerah yang berdampak tidak hanya di lingkungan Desa Jambu, akan tetapi di Desa lain seperti Kaliurip,Karangtalun, Purwojati,Banteran, dan Gerduren. Sedangkan akses jalan tersebut dapat ditingkatkan menjadi Jalan Kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Wangon dan Kecamatan Purwojati. Patut untuk kita tunggu realisasi pembangunan Jembatan permanen tersebut mengingat sudah banyak wakil rakyat dan Pemerintah yang berjanji akan membangun jembatan permanen Karangtengah, mulai dari Ketua DPRD Banyumas tahun 2009, Anggota DPRD Banyumas 2009, Wakil Bupati Banyumas tahun 2009 dan Anggota DPRD Banyumas tahun 2014. (Wikipedia)
RRI Pemancar Wangon FM 97,10 MHz
Perluas Jangkauan, RRI Dirikan Pemancar di Wangon
suaramerdeka.com
- Untuk memperluas jaringan siaran Pro 3 ke Kabupaten Cilacap, Kebumen,
Banyumas, Brebes Jawa Tengah dan Ciamis atau Pangandaran Jawa Barat,
Radio Republik Indonesia (RRI) menambahkan kembali stasiun pemancar di
Wangon, Banyumas, Selasa (29/12).
Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha (LPU) LPP RRI Sudirman Bonavarte diresmikannya stasiun pemancar Banteran Wangon, menambah jumlah pemancar frekuensi FM menjadi 361 di seluruh Indonesia, dengan kekuatan total mencapai 26, 6 MW dan frekuensi AM 62. Dengan pemancar sebanyak itu, saat ini 82 persen wilayah Indonesia sudah dijangkau oleh RRI.
“Untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, saat ini RRI paling tidak membutuhkan 500 pemancar lagi, dengan kekuatan 10 KW. Saat ini RRI di seluruh Indonesia sudah mempunyai 90 kantor, 22 diantaranya merupakan stasiun RRI yang berada di wilayah perbatasan dengan negara tetangga,” katanya.
Seluruh pemancar di Indonesia saat ini katanya adalah, pemancar AM ada 62 unit, kemudian pemancar FM ada 361 unit. Dengan jumlah output semuanya 26,6 MW. Sementara ini menurut data dari Direktorat TMD bisa menjangkau 82 wilayah Kestuan Republik Indonesia.
Kepala RRI Purwokerto Nazwin Ahmad mengatakan pemancar Pro 3 di Wangon ini, dengan frekuensi FM 97. 1 Mhz. Selain di Wangon RRI Purwokerto berencana juga akan, membangun pemancar Pro 3 di wilayah Kabupaten Brebes. Sehingga wilayah Jawa Tengah bagian barat, bisa dijangkau oleh RRI.
“Dengan adanya pemancar baru ini, siaran arus mudik di jalur selatan Jawa, khususnya wilayah Jawa Tengah dapat didengarkan dengan jelas melalui radio yang ada di kendaraan,” jelasnya.
Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha (LPU) LPP RRI Sudirman Bonavarte diresmikannya stasiun pemancar Banteran Wangon, menambah jumlah pemancar frekuensi FM menjadi 361 di seluruh Indonesia, dengan kekuatan total mencapai 26, 6 MW dan frekuensi AM 62. Dengan pemancar sebanyak itu, saat ini 82 persen wilayah Indonesia sudah dijangkau oleh RRI.
“Untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, saat ini RRI paling tidak membutuhkan 500 pemancar lagi, dengan kekuatan 10 KW. Saat ini RRI di seluruh Indonesia sudah mempunyai 90 kantor, 22 diantaranya merupakan stasiun RRI yang berada di wilayah perbatasan dengan negara tetangga,” katanya.
Seluruh pemancar di Indonesia saat ini katanya adalah, pemancar AM ada 62 unit, kemudian pemancar FM ada 361 unit. Dengan jumlah output semuanya 26,6 MW. Sementara ini menurut data dari Direktorat TMD bisa menjangkau 82 wilayah Kestuan Republik Indonesia.
Kepala RRI Purwokerto Nazwin Ahmad mengatakan pemancar Pro 3 di Wangon ini, dengan frekuensi FM 97. 1 Mhz. Selain di Wangon RRI Purwokerto berencana juga akan, membangun pemancar Pro 3 di wilayah Kabupaten Brebes. Sehingga wilayah Jawa Tengah bagian barat, bisa dijangkau oleh RRI.
“Dengan adanya pemancar baru ini, siaran arus mudik di jalur selatan Jawa, khususnya wilayah Jawa Tengah dapat didengarkan dengan jelas melalui radio yang ada di kendaraan,” jelasnya.
Jamasan Desa Dawuhan & Kalisalak (Koordinasi Wisata Budaya)
Jamasan Dawuhan Layak Jadi Wisata Budaya
BANYUMAS- Jamasan pusaka di Desa Dawuhan, Kecamatan Banyumas yang
dilakukan setiap bulan Maulid jadi wisata budaya bagi masyarakat
Banyumas dan sekitarnya. Prosesi adat yang digelar Jumat (25/12) lalu
ini menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Tidak salah jika
semestinya, Jamasan sudah menjadi objek wisata yang pantas untuk
“dijual”
ketua kelompok sadar wisata Desa Dawuhan, Sutrimo mengatakan, ada peningkatan pengunjung setiap tahunnya meski sedikit demi sedikit. Acara yang bertepatan dengan waktu libur sekolah dan libur kerja menjadi faktornya. Pengunjung dari berbagai kota sengaja datang untuk melihat budaya turun temurun tersebut, diantaranya dari Jakarta.
“Yang datang dari Jakarta juga membantu pembiayaan acara. Karena butuh dana yang besar. Sementara itu dana kami masih terbatas. Untuk pengunjung yang hadir juga kami berlakukan tiket masuk dan biaya parkir. Itu juga untuk membantu kami membiayai prosesi adat tersebut. Warga juga tidak keberatan,” ujarnya.
Dia mengatakan, kebuyaan tersebut berpotensi menjadi wisata budaya maupun wisata religi dengan adanya Makam Dawuhan. “Makam Bupati Banyumas ada dari yang pertama sampai ke 13,” paparnya.
Duta Pariwisata Banyumas, Muhammad Thol’at Al Farakhi mengatakan kebudayaan tersebut bisa menjadi destinasi wisata atraksi di Banyumas. Dia berharap, kebudayaan tersebut lebih dikemas agar semakin banyak masyarakat yang tertarik menyaksikan kebudayaan itu. “Masyarakat Banyumas sudah semestinya harus sadar budaya sendiri. Tak hanya alam, kebudayaan yang ada juga bisa jadi destinasi wisata,” imbuhnya.
Salah seorang pengunjung, Linda (22) mengatakan, dia sengaja datang dari Purwokerto untuk melihat proses jamasan pusaka. Dia mengakui selama ini dia belum mengetahui prosesi adat tersebut dan penasaran ingin mengetahuinya. Dia juga baru mengetahui jika makan Bupati Banyumas pertama, R. Joko Kaiman berada di Desa Dawuhan. ” Ternyata Banyumas juga banyak kebudayaan,” katanya. ( Radar Banyumas)
Ternyata tidak hanya Dawuhan , di desa Kalisalsk kebasen juga perguruan ada faktor prosesi jamasan pusaka . Ada prosesi baiknya jika dikoordinir dan terciptalah dikemas bersama untuk Pengembangan pariwisata .
Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di Desa Kalisalak setiap 12-13 Mulud (Rabiul Awal), selalu digelar ritual jamasan jimat peninggalan raja dinasti Mataram Sunan Amangkurat I yang dikenal dengan sebutan Sunan Mangkurat Agung. Peninggalan tersebut tersimpan dalam lumbung jimat atau langgar yang terletak di Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas. Ritual kali ini jatuh pada Minggu, 4 Januari 2015 dihadiri langsung oleh Bupati Banyumas Achmad Husein.
Pada prosesi kali ini, panitia yang hendak melakukan jamasan mendapat penghormatan dari Husein berupa penyematan kalung bawang setungkul dan
cuping gajah oling. Setelah itu pusaka-pusaka yang masih terbungkus kain mulai di keluarkan dari langgar. Sebelum dibuka dan diletakan di meja altar, terlebih dahulu pusaka diasapi dengan dupa dari pembakaran kemenyan diiringi doa oleh Ki Mad Daslam sang juru kunci lumbung jimat Kalisalak.
Ki Mad Daslam mulai mendata dan melihat keadaan jimat, ada beberapa benda baru yang tahun sebelumnya tidak terlihat yaitu berupa tutup botol dari kayu semacam tutup botol wine, penjalin, dan boneka dari kain putih dirajut dengan benang. Ketiga benda tersebut merupakan benda baru yang muncul pada jamasan tahun ini. Ada juga 6 pusaka berupa
Pasopati, Lading Penurat, Menur atau mata tombak yang disematkan di ujung payung raja, mata anak panah, Panah Ragem berbentuk bulan sabit, dan Blendi atau pelor. Setelah dijamas dengan air dari Sumur Tegalarum lalu pusaka dicuci lagi dengan air warangan dari Keraton Surakarta.
Ritual jamasan jimat Kalisalak selalu dipadati pengunjung yang umumnya masyarakat petani. Mereka selain ngalap berkah juga menantikan pertanda dari jimat, fenomena yang terjadi pada pusaka dari lumbung jimat Kalisalak dipercaya sebagi simbol dari pertanda alam untuk setahun kedepan.
Kartiko (60) asal Desa Panusupan, Kecamatan Cilongok, Banyumas, setiap tahun selalu menyaksikan jamasan tersebut. Kehadirannya untuk ngalap berkah dengan mengambil sisa jamasan. Kali ini Kartiko berhasil membawa pulang bekatul, air, dan sedikit bunga mawar. Menurutnya semua yang didapat akan digunakan untuk lahan pertaniannya, pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya yang hasilnya selalu meningkat, Kartiko sangat mensyukuri hal itu. Sementara apa yang didapat dari jamasan hanya sebagai syaratnya saja, karena semuanya tetap kembali pada Allah SWT.
Senada dengan Kartiko, Mardi (54) yang rumahnya berhadapan dengan Langgar Jimat, juga memanfaatkan air sisa jamasan untuk lahan pertaniannya. Menurutnya air tersebut sebagai syarat untuk tolak bala dari hama yang mengganggu lahan pertanian. Letak rumahnya yang berdekatan dengan langgar jimat, membuatnya turut bertanggungjawab atas kebersihannya. Bahkan setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon sering diadakan pengajian di sekitar Langgar.
Dalam prosesi jamasan jimat, juga turut dibacakan oleh Ki Darmin tulisan kuno yang ditulis pada daun lontar dengan menggunakan aksara Jawa. Di depan ribuan pengunjung yang berdesakan, Ki Darmin membacakan kalimat tersebut dengan jelas meskipun daun lontar sudah mulai terlihat rusak dimakan usia. Seluruh pengunjung yang hadir menanti ramalan dari jimat yang diterjemahkan oleh Ki Mad Daslam.
Kepada PAMOR, Ki Mad Daslam menuturkan bahwa Bekong yang selama ini sebagai pedoman bertani menunjukan pertanda pada bagian bawahnya terlihat basah. Pertanda itu dapat diartikan bahwa tahun 2015 akan banyak turun hujan, petani tidak perlu khawatir kekeringan. Sementara batu padi yang berwarna putih jumlahnya lebih banyak yaitu 4 butir dapat diartikan bahwa tahun ini petani lebih baik menanam padi karena hasilnya bisa lebih maksimal.( Tabloid Pamor)
Amangkurat I adalah Raja Mataram yang bertahta pada 1646-1677. Ia adalah anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo dan Raden Ayu Wetan (Kanjeng Ratu Kulon), putri keturunan Ki Juru Martani yang merupakan saudara dari Ki Ageng Pemanahan. Sosok yang memiliki nama kecil Mas Sayidin, yang ketika menjadi putera mahkota diganti dengan gelar Pangeran Arya Mataram atau Pangeran Ario Prabu Adi Mataram tersebut berusaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram. Amangkurat dikabarkan sempat singgah di Kalisalak, dan meninggalkan pusaka-pusaka itu agar tak membebani perjalanannya menuju Batavia. Amangkurat menuju ke Batavia untuk meminta bantuan VOC lantaran dikejar pasukan Trunojoyo yang memberontak sekitar 1676-1677. ( antara)
ketua kelompok sadar wisata Desa Dawuhan, Sutrimo mengatakan, ada peningkatan pengunjung setiap tahunnya meski sedikit demi sedikit. Acara yang bertepatan dengan waktu libur sekolah dan libur kerja menjadi faktornya. Pengunjung dari berbagai kota sengaja datang untuk melihat budaya turun temurun tersebut, diantaranya dari Jakarta.
“Yang datang dari Jakarta juga membantu pembiayaan acara. Karena butuh dana yang besar. Sementara itu dana kami masih terbatas. Untuk pengunjung yang hadir juga kami berlakukan tiket masuk dan biaya parkir. Itu juga untuk membantu kami membiayai prosesi adat tersebut. Warga juga tidak keberatan,” ujarnya.
Dia mengatakan, kebuyaan tersebut berpotensi menjadi wisata budaya maupun wisata religi dengan adanya Makam Dawuhan. “Makam Bupati Banyumas ada dari yang pertama sampai ke 13,” paparnya.
Duta Pariwisata Banyumas, Muhammad Thol’at Al Farakhi mengatakan kebudayaan tersebut bisa menjadi destinasi wisata atraksi di Banyumas. Dia berharap, kebudayaan tersebut lebih dikemas agar semakin banyak masyarakat yang tertarik menyaksikan kebudayaan itu. “Masyarakat Banyumas sudah semestinya harus sadar budaya sendiri. Tak hanya alam, kebudayaan yang ada juga bisa jadi destinasi wisata,” imbuhnya.
Salah seorang pengunjung, Linda (22) mengatakan, dia sengaja datang dari Purwokerto untuk melihat proses jamasan pusaka. Dia mengakui selama ini dia belum mengetahui prosesi adat tersebut dan penasaran ingin mengetahuinya. Dia juga baru mengetahui jika makan Bupati Banyumas pertama, R. Joko Kaiman berada di Desa Dawuhan. ” Ternyata Banyumas juga banyak kebudayaan,” katanya. ( Radar Banyumas)
Ternyata tidak hanya Dawuhan , di desa Kalisalsk kebasen juga perguruan ada faktor prosesi jamasan pusaka . Ada prosesi baiknya jika dikoordinir dan terciptalah dikemas bersama untuk Pengembangan pariwisata .
Jamasan Jimat Kalisalak Tahun 2015
Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di Desa Kalisalak setiap 12-13 Mulud (Rabiul Awal), selalu digelar ritual jamasan jimat peninggalan raja dinasti Mataram Sunan Amangkurat I yang dikenal dengan sebutan Sunan Mangkurat Agung. Peninggalan tersebut tersimpan dalam lumbung jimat atau langgar yang terletak di Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas. Ritual kali ini jatuh pada Minggu, 4 Januari 2015 dihadiri langsung oleh Bupati Banyumas Achmad Husein.
Pada prosesi kali ini, panitia yang hendak melakukan jamasan mendapat penghormatan dari Husein berupa penyematan kalung bawang setungkul dan
cuping gajah oling. Setelah itu pusaka-pusaka yang masih terbungkus kain mulai di keluarkan dari langgar. Sebelum dibuka dan diletakan di meja altar, terlebih dahulu pusaka diasapi dengan dupa dari pembakaran kemenyan diiringi doa oleh Ki Mad Daslam sang juru kunci lumbung jimat Kalisalak.
Ki Mad Daslam mulai mendata dan melihat keadaan jimat, ada beberapa benda baru yang tahun sebelumnya tidak terlihat yaitu berupa tutup botol dari kayu semacam tutup botol wine, penjalin, dan boneka dari kain putih dirajut dengan benang. Ketiga benda tersebut merupakan benda baru yang muncul pada jamasan tahun ini. Ada juga 6 pusaka berupa
Pasopati, Lading Penurat, Menur atau mata tombak yang disematkan di ujung payung raja, mata anak panah, Panah Ragem berbentuk bulan sabit, dan Blendi atau pelor. Setelah dijamas dengan air dari Sumur Tegalarum lalu pusaka dicuci lagi dengan air warangan dari Keraton Surakarta.
Ritual jamasan jimat Kalisalak selalu dipadati pengunjung yang umumnya masyarakat petani. Mereka selain ngalap berkah juga menantikan pertanda dari jimat, fenomena yang terjadi pada pusaka dari lumbung jimat Kalisalak dipercaya sebagi simbol dari pertanda alam untuk setahun kedepan.
Kartiko (60) asal Desa Panusupan, Kecamatan Cilongok, Banyumas, setiap tahun selalu menyaksikan jamasan tersebut. Kehadirannya untuk ngalap berkah dengan mengambil sisa jamasan. Kali ini Kartiko berhasil membawa pulang bekatul, air, dan sedikit bunga mawar. Menurutnya semua yang didapat akan digunakan untuk lahan pertaniannya, pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya yang hasilnya selalu meningkat, Kartiko sangat mensyukuri hal itu. Sementara apa yang didapat dari jamasan hanya sebagai syaratnya saja, karena semuanya tetap kembali pada Allah SWT.
Senada dengan Kartiko, Mardi (54) yang rumahnya berhadapan dengan Langgar Jimat, juga memanfaatkan air sisa jamasan untuk lahan pertaniannya. Menurutnya air tersebut sebagai syarat untuk tolak bala dari hama yang mengganggu lahan pertanian. Letak rumahnya yang berdekatan dengan langgar jimat, membuatnya turut bertanggungjawab atas kebersihannya. Bahkan setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon sering diadakan pengajian di sekitar Langgar.
Dalam prosesi jamasan jimat, juga turut dibacakan oleh Ki Darmin tulisan kuno yang ditulis pada daun lontar dengan menggunakan aksara Jawa. Di depan ribuan pengunjung yang berdesakan, Ki Darmin membacakan kalimat tersebut dengan jelas meskipun daun lontar sudah mulai terlihat rusak dimakan usia. Seluruh pengunjung yang hadir menanti ramalan dari jimat yang diterjemahkan oleh Ki Mad Daslam.
Kepada PAMOR, Ki Mad Daslam menuturkan bahwa Bekong yang selama ini sebagai pedoman bertani menunjukan pertanda pada bagian bawahnya terlihat basah. Pertanda itu dapat diartikan bahwa tahun 2015 akan banyak turun hujan, petani tidak perlu khawatir kekeringan. Sementara batu padi yang berwarna putih jumlahnya lebih banyak yaitu 4 butir dapat diartikan bahwa tahun ini petani lebih baik menanam padi karena hasilnya bisa lebih maksimal.( Tabloid Pamor)
sejarah Terkait Pusaka di Kalisalak Kebasen
Amangkurat I adalah Raja Mataram yang bertahta pada 1646-1677. Ia adalah anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo dan Raden Ayu Wetan (Kanjeng Ratu Kulon), putri keturunan Ki Juru Martani yang merupakan saudara dari Ki Ageng Pemanahan. Sosok yang memiliki nama kecil Mas Sayidin, yang ketika menjadi putera mahkota diganti dengan gelar Pangeran Arya Mataram atau Pangeran Ario Prabu Adi Mataram tersebut berusaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram. Amangkurat dikabarkan sempat singgah di Kalisalak, dan meninggalkan pusaka-pusaka itu agar tak membebani perjalanannya menuju Batavia. Amangkurat menuju ke Batavia untuk meminta bantuan VOC lantaran dikejar pasukan Trunojoyo yang memberontak sekitar 1676-1677. ( antara)
Terkait Pusaka Desa Dawuhan.
Ada benda seperti bentuk Naga yang konon kata warga sekitar inilah gambaran kendaran yang digunakan saat di alam akhirat kelak. barangkali simbol yang memuat ajaran-ajaran untuk memudahkan pemahaman masyarakat pada awal penyebaran agama Islam agar mudah di pahami. Naga Desa Dawuhan Banyumas Kujang yang cukup besar juga menjadi benda peninggalan yang di rumat oleh Juru Kunci. Kujang yang menjadi pusaka khas pajajaran menandakan ada hubungan erat antara Banyumas dengan kerajaan-kerajaan Sunda. Ada Kujang yang menjadi Pusaka di Dawuhan Dari Bahan kayu yang telah berumur ratusan tahun terdapat tempat untuk menakar beras. ada pula kepingan-kepingan uang pada jaman dulu yang tersimpan di dalam tempat penyimpanan uang. Pusaka Dawuhan Banyumas Beberapa keris dan Kitab-kitab kuno juga ikut di pindahkan ke Museum Pusaka Desa Dawuhan Banyumas. Ada kitab suci AL-Quran yang telah berumur ratusan tahun dan beberapa catatan-catatan peninggalan leluhur Banyumas. (Maya Banyumas)Wangon Expo Tampung Puluhan Pelaku UMKM
WANGON – Berbagai kegiatan digelar dalam acara Wangon Expo yang dibuka Bupati Banyumas, Achmad Husein, Minggu (27/12) siang. Diawali dengan jalan sehat, lomba mewarnai, hiburan, donor darah, sampai peresmian gedung BUMDes hingga pelayanan Akte Massal dan Pelayanan Perpanjangan SIM akan digelar mulai 27 Desember 2015 sampai 3 Januari 2016 mendatang di Gelanggang Olah raga Desa Wangon.
Kepala Desa Wangon, Subejo mengatakan, sudah ada 35 stand yang mengikuti Wangon Expo selama satu minggu digelar sebagai wadah bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah yang ada di Desa Wangon dan sekitarnya. Berbagai produk dipamerkan seperti jamu kemasan, gula organik, aneka macam sapu buatan warga, produk makanan dan minuman yang juga didukung oleh pelaku perbankkan serta perusahaan otomotif, provider seluler.
“Kegiatan ini murni swadaya dari masyarakat dan donatur. Dilaksanakan dengan diawalai tasyakuran, hiburan lengger, dilanjutkan pembukaan oleh Bupati Banyumas pada hari Minggu (27/12). Kegiatan berjalan dengan lancar dan sukses pada hari hari dan seterusnya,”jelasnya.
Yang spektakuler, lanjut Subejo, pada malam tahun baru 2016, akan diadakan pesta kembang api dengan durasi 15 menit. Dalam malam tahun baru juga digelar hiburan dan pasar malam yang akan menambah memeriahkan acara tersebut.
Bupati Banyumas Achmad Husein dalam membuka Wangon Expo mengapresiasi Wangon Expo yang dilaksanakan Desa Wangon. Ia mengharapkan Muspika terus mendukung dan mengawal kegiatan yang menjadi wadah bagi pelaky usaha mikro kecil menengah di Wangon.
“Camat harus ikut mengawal supaya berkelanjutan bagi peningkatan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan berlangsungnya Wangon Expo juga bisa sesuai dengan target dan keberlanjutan. Semoga, Wangon Expo berjalan dengan sukses,”harapnya.
(Radar Banyumas)
Senin, 28 Desember 2015
Dunia Kampus Purwokerto
Tumbuhnya Purwokerto menjadi kota pelajar . Ada 2 faktor penggerak utama ekonomi Purwokerto yaitu Stasiun besar purwokerto dan Unsoed . 2 faktor
ini saling mendukung . Stasiun besar berperan penting di era
kolonial . Dan Unsoed diakui
sebagai penggerak ekonomi perkotaan Purwokerto sejak era 1960 an . Pada keSempatan Kali ini saya fokus ke faktor Unsoed . Dengan adanya Unsoed terciptalah suatu ekosistem perekonomian yang
melibatkan banyak elemen . Mulai dari usaha kuliner , kos kosan ,
alat tulis hingga penginapan , angkutan dan hiburan . Seiring
berkembang nya kota muncul juga lembaga pendidikan tinggi lain / perguruan tinggi lain dan
terciptalah kondisi purwokerto Seperti saat ini sebagai kota
pelajar .
Tumbuhnya Perguruan Tinggi
Beruntung Purwokerto menjadi Salah Satu kota yang memiliki PTN dalam hal ini UnSoed. KampuS ini berkembang eiring main maunya perkembaga kota. Unoed yang aanya haya memiliki gedung kampus sederhana, sekarang mulai berbenah. memag sebenarnya kalah start dibanding salah satu PT non negeri yaitu UMP yang terlebih dahulu membangun banyak gedung perkuliahan megah. Namun sekarang Unsoed sudah berbenah, terbukti saat ini menjadi Universitas yang memiliki gedung termegah di Purwokerto dan kabarnya akan terus membangun.
Inilah Fakultas Ekonomi Bisnis mengalahkan rekor gedung tertinggi sebelumnya milik IAIN Purwokerto
Dan sebagai pionir tumbuhnya kampus bergedung megah adalah
UMP. Tumbuhnya Peruguran Tinggi ini saling
melengkapi sebagai pendukung Purwokerto kota Pelajar
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri yang Diunggulkan
Info Tentang Blog Banyumas Corner
saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...
-
Di Kabupaten Banyumas unit pelayanan Samsat ada beberapa lokasi Yakni kantor pusat Purwokerto, DriveThru halaman rumah dinas eks Bakorwi...
-
Tingkatkan Kecepatan Layanan JNE Resmikan Wangon Gateway Salah satu perusahaan jasa pengiriman ekspres dan logistik nasional, JNE ter...
-
Bunga-bunga api kecil melentik ke udara ketika tangan Suing mengusik perapian. Tangan yang pucat dan bergerak lemah. Tengkuk dan dahi S...