- Taman Keanekaragaman Hayati Baturraden
PADA awal tahun 2000-an, sebagian warga di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, diresahkan dengan kasus pencemaran lingkungan. Air sumur yang biasanya jernih dan segar, tiba-tiba berubah warna dan berbau tidak sedap.
Warga menduga sumber pencemaran berasal dari sebuah tempat penampungan sampah sementara (TPS) di atas permukiman. Setelah diteliti, TPS tersebut akhirnya ditutup karena terbukti mencemari sumber air di sekitarnya. "Mulai 2004 disetop. Waktu itu dari Dinas Kesehatan melakukan penelitian, karena ada pencemaran, sumur jadi bau kotor.
Pencemaran air sampai radius 2 km ke arah bawah," tutur warga yang tinggal di sekitar lokasi itu, Waram (60). Pemkab akhirnya menginisiasi menutup timbunan sampah setinggi 7-8 meter itu menggunakan tanah. Lahan tersebut disulap menjadi sebuah taman. Sedangkan lahan di sekitarnya ditanami berbagai macam tumbuhan.
Tanaman Endemik
Di lahan seluas 1,3 hektare itu, kini tidak dijumpai lagi timbunan sampah. Lokasi tersebut telah dipenuhi ratusan tanaman dengan berbagai ukuran. Mulai dari tanaman buah-buahan hingga tanaman langka endemik Gunung Slamet. "Sekarang ada sekitar 620 tanaman, jenisnya ada sekitar 130 yang terdiri atas tanaman keras dan buah-buahan," kata pria yang kini dipercaya untuk merawat tanaman di lokasi yang diberi nama Taman Keanekaragaman Hayati ini.
Dia mengatakan, beberapa tanaman langka endemik Gunung Slamet ada di situ, antara lain pohon bengang, janggel, pasang, sampang, dan sarangan. "Semuanya ada di atas gunung, bibitnya diambil dari Gunung Slamet," sambung dia. Humas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas, Subarkah Setyonegoro, mengatakan, selain untuk konservasi tanaman, lokasi tersebut juga dijadikan sarana edukasi sekaligus tempat rekreasi bagi masyarakat.
"Mahasiswa dan dosen sering melakukan penelitian di sini, ada yang dari Unsoed, UGM, dan Undip. Selain itu lokasi ini juga sering dijadikan tempat untuk kegiatan Pramuka, seperti kemah," katanya.
Menurut dia, masyarakat yang mengunjungi taman tersebut tidak dikenai biaya. Taman tersebut dilengkapi dengan beberapa fasilitas, antara lain tempat duduk di sejumlah titik, gasebo, dan MCK. Sementara itu, seorang pengunjung, Dian Nurulita Fajri (21), mengatakan, kawasan hijau seperti itu sangat penting untuk keseimbangan ekosistem. "Apalagi ini kan dulu bekas TPS," kata mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kampus VII Purwokerto ini.
sumber Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar