PEMIMPIN Banyumas di masa mendatang diharapkan dapat mendorong Banyumas kembali ke karakter aslinya. Karakter asli Banyumas adalah egalitarian dan berorientasi pada politik kerakyatan. Hal itu disampaikan budayawan dan sastrawan Ahmad Tohari saat dimintai tanggapannya mengenai sosok ideal Bupati Banyumas jelang Pikkada serentak 2018 mendatang.
Menurutnya saat ini sudah banyak rakyat dan pejabat dari kalangan Banyumas yang kehilangan orientasi politik kerakyatan dan keumatan. "Pilihlah Pemimpin Banyumas Bisa mengembalikan karakter dan beroeintasi kerakyatan. Banyumas sekarang sudah tercemar. Perkembangannya tidak terarahkan sekarang ini, " jelasnya. Budaya Banyumasan yang dimaksud adalah budaya egalitarian, kerakyatan bukan elitis atau berorientasi pada keraton.
Ia menilai hingga sekarang ini budaya elitis membuat rakyat Banyumas berpikir dan bertindak secara feodal. " Orang Banyumas itu sejak dulu merupakan masyarakat tanpa kasta. Meskipun ada kerajaan namun hubungan raja, pejabat dan rakyat nyaris tanpa sekat. Mereka begitu dekat, namun hal itu mulai berubah ketika ada pengaruh Mataram, " ujarnya.
Menurut pengarang trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk, untuk melihat sejarah secara komprehensif, seseorang diminta tak hanya melihat aspek budaya daerahnya saja. Aspek ekonomi dan politik dari perkembangan peradaban yang membentuk atau dibentuk sebuah pemerintahan juga harua ditilik. "Perlu diperhatikan juga bagaimana ekonomi rakyat menopang kehidupan politik Kerajaan Mataram. Jangan hanya dilihat bahasa atau atariannya saja yang dianggap adiluhung, " ujarnya.
sumber Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar