suaramerdeka.com
Serangan babi hutan pada lahan pertanian di wilayah Desa Krajan, Kecamatan Pekuncen semakin meluas. Diperkitakan lahan yang telah dirambah babi hutan lima hektare. Kepala Dusun II Desa Krajan, Agus Giniarso mengatakan, serangan kawanan babi hutan ini menyebar di berbagai wilayah pertanian warga.
Selain sawah yang ditanami padi, sejumlah ladang dan kebun palawija juga menjadi sasaran babi hutan. Akibatnya banyak petani khususnya di wilayah Gununganyar yang dirugikan. “Memang masih bisa panen, namun karena lahan dan tanaman rusak maka panen padi, ataupun palawija yang ditanam petani menurun hingga 50 persen.
Akibatnya, petani rugi jutaan rupiah,” katanya. Dijelaskan Agus, serangan babi hutan yang sebelumnya sempat mereda, kembali terjadi sejak dua bulan terakhir ini. Selain merusak tanaman warga, keberadaan dan jelajah kawanan babi hutan di wilayah dekat pemukiman ini juga membahayakan warga yang biasa beraktivitas di sekitar hutan.
“Warga tak berani menghalau kawanan babi hutan yang biasanya menjelajahi area pertanian saat pagi, sore dan malam hari. Karena jumlahnya tidak hanya satu ekor saja, kawanan babi berbahaya,” jelasnya. Pertengahan 2015 lalu, akibat serangan babi hutan terjadi di Desa Sokawera Kecamatan Cilongok.
Tak hanya merusak lahan pertanian dan tanaman, babi hutan melukai, Ida Zulaikha (25) warga RT4 RW 1 Dusun Kampung Baru desa setempat. Selain di Sokawera, warga Desa Karangkemiri Kecamatan Pekuncen juga sempat terluka akibat serangan babi hutan.
Sementara itu, anggota Persatuan Penembak Indonesia (Perbakin) Banyumas, Romli Haryadi mengatakan, untuk mengusir dan mengendalikan kawanan babi hutan yang mulai turun ke perkampungan, warga desa yang tinggal di tepian hutan diminta waspada dan tidak serampangan. Pasalnya babi hutan sangat berbahaya jika tidak ditangani secara profesional.Re
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar