Seorang
pelajar gagal pada ujian sekolah lanjutannya. Tahun berikutnya ia ikut
lagi, dan masih saja gagal. Setelah gagal hingga tiga kali, ia sangat
malu dengan keadaanya, Ia pun meninggalkan rumah.
Ia terus
berjalan tanpa tujuan. Setelah lama berjalan, ia berhenti di dekat
sebuah sumur untuk menghilangkan haus. Banyak wanita
dan anak-anak berkumpul di sekitarnya. Mereka mengisi
tempayan-tempayan secara bergiliran. Di sana ia menangkap suatu tanda
yang amat berharga. Ia benar-benar tergerak, dan hausnya telah hilang.
Ia heran ketika ia berpikir bahwa dirinya telah menemukan sesuatu yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan air yang mulanya ia cari.
Apa
yang terjadi cukup sederhana. Orang-orang mendatangi sumur untuk
mengambil air. Biasanya mereka membawa tempayan yang terbuat dari tanah.
Mereka akan meletakkan sebuah tempayan di atas sebuah batu dekat
sumur. Kekagumannya adalah pada bagian batu tempat tempayan tergesek,
ada lubang di sana. Pikirnya, tempayan terbuat dari tanah, namun ketika
diletakan di atas tempat yang sama berulang –ulang akan mengikis batu,
benda yang lebih keras dari tanah. Benda yang kuat kalah dengan benda
yang lemah hanya melalui perbuatan yang berulang-ulang. “Kemudian,
mengapa aku tidak berhasil dalam ujian jika aku begitu sabar? Aku yakin
dapat mengatasi rintangan-rintangan denagn usaha yang lebih besar
dalam pelajaran” pikirnya dalam hati.
Segera ia putuskan untuk pulang dan mulai berusaha keras untuk belajar sekali lagi. Tahun berikutnya, ia ikut ujian untuk keempat kalinya dalam ujian sekolah lanjutan. Kali ini hasilnya jauh berbeda dengan sebelumnya, Ia dapat mengerjakan dengan baik dan mendapat nilai tertinggi. Setelah gagal tiga kali, akhirnya ia mengenal dirinya.
Pelajaran dari batu itu telah mengubah hidupnya. Pelajar yang mulanya pergi dari rumah , karena tak dapat menerima kegagalan, telah datang untuk menjadi nomor atu dalam sebuah ujian yang ia ambil. Ketika mendapat nilai tertinggi pada tes magisternya, ia memperoleh beasiswa untuk belajar ke luar negeri mengambil program doktoral dari lembaga donatur pendidikan.
Mungkin ini satu-satunya kejadian. Namun, sebenarnya di setiap tempat adasebuah “batu” yang menunjukan kekurangan dan kegagalan seseorang. Batu dapat mengajari seseorang suatu pelajaran yang membuatnya menerima pesan-pesan yang dibawa. Hanya dengan mau melihat “batu”seperti itulah solusi yang tepat dapat kita temukan.
Segera ia putuskan untuk pulang dan mulai berusaha keras untuk belajar sekali lagi. Tahun berikutnya, ia ikut ujian untuk keempat kalinya dalam ujian sekolah lanjutan. Kali ini hasilnya jauh berbeda dengan sebelumnya, Ia dapat mengerjakan dengan baik dan mendapat nilai tertinggi. Setelah gagal tiga kali, akhirnya ia mengenal dirinya.
Pelajaran dari batu itu telah mengubah hidupnya. Pelajar yang mulanya pergi dari rumah , karena tak dapat menerima kegagalan, telah datang untuk menjadi nomor atu dalam sebuah ujian yang ia ambil. Ketika mendapat nilai tertinggi pada tes magisternya, ia memperoleh beasiswa untuk belajar ke luar negeri mengambil program doktoral dari lembaga donatur pendidikan.
Mungkin ini satu-satunya kejadian. Namun, sebenarnya di setiap tempat adasebuah “batu” yang menunjukan kekurangan dan kegagalan seseorang. Batu dapat mengajari seseorang suatu pelajaran yang membuatnya menerima pesan-pesan yang dibawa. Hanya dengan mau melihat “batu”seperti itulah solusi yang tepat dapat kita temukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar